Rencana Penyerangan
Rencana Penyerangan
Hening.
"Semula aku memang tidak ingin melakukan ini karena ini adalah konyol. Menjadi keturunan Raja Elf, itu konyol karena selama ini aku memiliki kedua orangtua. Aku bersedia karena sahabatku meminta, dia memintaku untuk percaya padamu. Kamu akan menemani dan mendampingi, tapi nyatanya selama perjalanan kau banyak mengabaikanku dan membiarkanku kebingungan dengan apa yang seharusnya kulakukan. Kau piker kau sungguh pangeran? Kau bahkan tidak dapat mengayomi rakyatmu dengan baik!"
Ocehan Wedden menjadi pertunjukan tersendiri yang harus dinikmati oleh banyak orang.
Raddone yang tidak menyukai keributan segera bangkit dan hendak menyuruh pria keriting itu diam, namun ditahan oleh sang ayah yang ingin membiarkan itu selesai.
Ren menarik napas panjang, dia merasa malu namun harus tetap menjaga sikapnya.
"Lalu kenapa kau ingin pulang? Kau tidak memikirkan semua orang yang telah berjuang hingga sejauh ini untukmu?" ujar Ren dengan suara yang masih dikendalikan.
"Selama perjalanan aku terus memikirkan cara untuk menemukan kekuatan yang akan mengalahkan Kimanh. Selama itu pula aku selalu memikirkan rumahku. Jadi, kurasa memang disanalah aku akan menemukannya. Tempat terdekat dengan diriku, sejak aku kecil hingga tumbuh dewasa," jawab Wedden.
Ren lalu mengangguk pelan. "Jika memang begitu, bisakah kau menjamin kau akan berhasil setelah pulang?"
Wedden kembali diam.
"Aku akan pergi dalam sehari, lalu hari berikutnya aku akan kembali kemari."
Semua orang tercengang. Sebagian dari mereka bahkan menggeleng dan tertawa lirih. Itu hal yang mustahil.
"Jika Baginda Raja memberiku seekor kuda terbaik, maka aku akan dapat melakukan itu dan tidak membuang banyak waktu," ucap Wedden penuh percaya diri.
Raja Audore lalu tersenyum, namun Raddone mengerutkan dahi, begitu pula dengan Leidy yang menganggap pria keriting itu hanya asal bicara.
"Aku akan bersama dengan Wedden." Ley tiba-tiba berdiri mebenarkan jubahnya yang sedikit miring.
"Selama kami dalam perjalanan ke Utara, kalian bersiaplah untuk menyerang Selatan. Kami akan menyusul dengan Wedden dalam keadaan berkekuatan penuh," imbuhnya.
Semua orang segera bergumam tidak menyetujui.
"Apa kau bercanda? Bagaimana jika Kimanh dapat mengetahui kalau Wedden kembali ke Utara dan menyerang kalian disana? Serangan kami ke Selatan akan sia-sia saja." Hatt yang pertama menentang.
"Ley … kurasa ini bukan pilihan yang benar," ujar Raseel ikut bersuara.
Si kecil Tao nampak ingin ikut berpendapat, namun dia hanya menatap kakaknya dengan ekspresi penuh Tanya.
Ley segera bangkit dari duduknya. Dia semulai berdeham, lalu dia meminta ijin pada tuan Raja Barat untuk menyampaikan pikirannya.
"Kita telah berada di titik terakhir menuju peperangan besar. Semua pasukan akan berkumpul setidaknya besok atau lusa, itu waktu yang akan cukup untuk kami gunakan menuju ke Utara seperti yang Wedden ucapkan. Selama kami tidak ada, pasukan yang laind apat mempersiapkan diri untuk bertarung atau setidaknya melengkapi pakaian dans enjata untuk menyerang." Ley berbicara di tengah orang banyak.
Masih banyak yang enggan untuk menyimak, mereka tidak menyukai ide konyol dari Pewaris Raja Elf yang mengatakan hendak kembali ke Utara.
"Kalian percayalah pada kami. Kuda terbaik kurasa sungguh akan sanggup untuk menempuh Utara hanya dalam waktu sehari," ujar Ley lagi.
Seketika sekelompok pria berjubah hitam tertawa bersamaan. Nig segera berdeham dan menjaga sikapnya saat Ley melirik kearah pasukan mereka.
"Maafkn aku, Kawan. Tapi itu sungguh mustahil. Jika memang hanya sehari, apakah kita selama ini bodoh yang memerlukan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan untuk tiba di Barat?" sahut Raseel.
Ley menelan ludah. Di dalam hati kecilnya yang paling dalam, dia juga masih tidak mempercayai hal itu. Namun dia ingin mendukung Wedden dengan keputusannya.
"Apa kalian lupa kalau dia adalah keturunan Raja Elf? Rapherson. Mereka memiliki kemampuan diluar nalar kita. Mereka ajaib." Ley meninggikan suaranya.
Bukan merasa senang, namun Wedden menjadi semakin gugup setelah mendengar kalimat Ley.
"Percaya saja, semuanya akan tetap berjalan sesuai rencana. Kita hanya perlu menyerang dengan teratur dan tertata," imbuh Ley.
"Ah anggap saja kalian sudah benar-benar pergi ke Utara dan kami bersama semua pasukan menyerang Selatan. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?" sahut Raddone yang sejak tadi menyimak.
"Wedden akan menemukan kekuatannya dan mengalahkan kegelapan."
"Hah? Hahaha! Kau ini lucu sekali, Ley! Pikiran kalian pendek dan terlalu percaya diri!" gerutu Raddone.
Untuk sementara para wanita masih diam.
Suasana masih belum nyaman karena membahas Wedden yang ingin pulang.
Mereka juga masih memperhitungkan jumlah pasukan dari seluruh Negeri yang akan membantu melawan Kimanh. Mereka juga memetakan pergerakan yang sekiranya akan dapat melemahkan pertahanan tentara Kimanh.
"Pasukan peri menyerang dari sisi Barat karena mereka memiliki pasukan gnome disana. Peri mampu mengalahkan gnome dengan mudah, bukan? Lalu pasukan pemanah harus menyebar seluruh penjuru." Nig bersama dengan Ren, Hatt dan Raseel mulai berdiskusi lebih serius.
Saat senja, pasukan dari Utara telah tiba bersamaan dengan pasukan peri hutan. Menurut kabar, pasukan peri lembah juga telah tiba namun mereka tidak menampakkan diri sebelum benar-benar siap berperang.
Wedden semakin was-was. Hari semakin gelap, namun dirinya masih belum beranjak dari tempatnya.
Ley yang mengetahui hal itu mulai merasa bingung, begitupun dengan Tao yang sempat mengatakan kalau kakaknya itu tidak boleh pergi kemanapun dan harus selalu berada di dekatnya.
Saat keadaan masih sibuk dengan perencanaan perang, mereka kedatangan tamu tak diundang yang cukup membuat geger.
Pria berjubah hitam dengan tudung api biru tiba-tiba muncul dari arah pintu masuk. Angin malam berhembus kencang tiba-tiba, memberikan kesan mengerikan yang kuat pada sosok itu.
Samar namun perlahan semakin jelas, Wedden melihat sosok Rader. Segera saja dia bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri keturunn Kimanh itu.
Semua orang masih waspada, mengingat mereka juga pernah bertemu dengan sosok Rader palsu.
"Rader! Rader! Bisakah kau menolongku! Aku sungguh membutuhkan pertolonganmu kali ini!" Wedden menghampiri Rader antusias.
Ren hendak menahan, namun pria berambut keriting itu mengabaikan dan tetap trus berinteraksi dengan Rader.
"Tolong jangan terlalu dekat," ujar Rader seraya melangkah mundur. "Kau tahu konsekuensinya," imbuhnya.
"Aku sungguh membutuhkan bantuanmu. Antar aku pergi ke Utar sekarang juga dan bawalah aku kembali sesegera mungkin." Wedden sama sekali tanpa basa basi.
"Wedden …," ucap Ren dan Ley nyaris bersamaan.
"Kalian tidak boleh bersama. Kau tahu Kimanh dapat mendeteksi keberadaan putranya, 'kan?" Rend an Ley memperingati.
"Sebentar saja. ini tidak akan buruk."
"Aku tidak bisa," tolak Rader. "Maafkan aku, Kawan. Aku kemari untuk menemui kalian dan memberikan kalian bantuan untuk pertarungan hebat yang akan kalian hadapi. Kalian hanya perlu membawa pasukan Nimfa cantik untuk Kimanh, maka dia akan menjadi lemah dan mudah dikalahkan."
***