BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Lari Dari Penjaga Hutan



Lari Dari Penjaga Hutan

0BRUKK!!     

Tubuh tuan Putri terjatuh dan langsung tidak sadarkan diri.     

Corea menjadi sangat panic karena baki yang ia bawapun terjatuh dan menumpahkan semua isinya ke tanah.     

"Leidy! Bangunlah! Kita belum tiba," ujar Corea seraya menggoyangkan tubuh Putri Barat perlahan.     

Cukup lama, namun Corea dikejutkan dengan suara sosok wanita dari arah belakang yang menyayangkan makanan yang terbuang.     

"Para manusia memang tidak tahu terimakasih. Alam memberikan makanan untuk mereka tetapi malah disia-siakan seperti ini."     

Corea memberanikan diri untuk berbalik, dan didapatinya sosok wanita cantik dengan rambut panjang hitam pekat namun jelas memiliki taring tajam.     

"Ow rupanya kau bukan manusia? Kau peri? Tapi bukankah kalian juga memakan hasil alam?" ujar wanita bergaun hijau lebar itu seraya menatap Corea.     

"Apa kau bisa membantu temanku?" ucap Corea tanpa basa basi. Dia lalu sedikit minggir, membiarkan Leidy jelas terlihat oleh wanita cantik nan bertaring itu.     

"Apakah dia Leidy Barwet? Anakku? Oh ya ampun dia sungguh merindukanku hingga kemari secara tiba-tiba." Wanita itu menghampiri Leidy, dia mengusap wajah pucat putri barat itu dengan jemarinya yang runcing.     

Entah apa yang terjadi selanjutnya, Corea terfokus pada sosok wanita di hadapannya itu dan sibuk mencari dimana kiranya benda pusaka yang akan menjadi kelemahanya.     

Tiba-tiba saja Corea dikejutkan dengan jentikan tangan wanita itu yang memerintahnya untuk mengambilkan segelas air minum.     

"Hey, Peri! Kenapa kau melamun disaat seperti ini? Cepat ambilkan air untuk putri cantiku!" ujar wanita itu cukup nyaring.     

Corea terkesiap, dia juga sempat bingung kemana harus mencari sumber air di tengah hutan. Namun dia kembali dikejutkan dengan keadaan sekitar yang tidak lagi hutan lebat. Ia dan Leidy berada di sebuah gua nan rapi dan indah, serba hijau dengan keadaan udara yang sejuk.     

Wanita itu, si penjaga hutan, nampak sedang memberikan pengobatan tradisional untuk Leidy. Walau dia sempat marah karena embun daun berry jingga hanya tersisa setetes karena tumpah, namun dia jelas memberikan perawatan dengan baik.     

Hati Corea tersentuh dengan kebaikan hati dari wanita itu, namun dia masih ingat dengan misi 'pencuriannya'.     

Saat memberikan semacam ramuan pada Leidy, wanita itu menggenggam sebuah batu berlian yang entah dari mana asalnya.     

Corea menjadi semakin antusias, namun dia masih menunggu waktu yang tepat.     

Prosesnya cukup lama, Corea bahkan sempat bosan menunggu hingga Leidy sadar.     

Saat Leidy sudah tampak bugar, Corea memberikan isyarat untuk segera pulang karena telah ditunggu oleh Raja dan Pangeran.     

Leidy sama sekali tidak menolak, dia tidak mengetahui kalau peri wanita yang menemaninya itu telah berhasil membawa batu berlian milik Hamadriad yang sempat ditinggal untuk mengambil lembar daun obat terakhir.     

Leidy dan Corea berpamitan pulang dengan terburu, Corea cukup panic karena itu pasti akan membawa kesialan lainnya.     

Leidy sempat menolak saat diajak berjalan cepat bahkan berlari oleh Corea, karena dia merasa lelah dan baginya dengan berjalanpun mereka akan sampai rumah.     

"Kumohon jangan banyak bertanya. Ikuti saja mauku, kita berlari sebelum kita ketahuan," ujar Corea.     

Leidy mengerutkan dahi semakin tidak paham.     

Namun belum sempat memberikan penjelasan apapun pada putri barat. Mereka mendengar suara aungan nyaring dari arah belakang mereka dengan diiringi hembusan angina kencang yang menabrak tubuh mereka.     

Corea semakin erat menggandeng Leidy dan mengajaknya berlari.     

Mereka menambah kecepatan lari setelah mengetahui kalau ada banyak pasukan manusia pohon yang berlari mengejar mereka. Suara aungan masih terdengar memekakan telinga, Corea sama sekali tidak mempedulikan.     

Sempat beberapa kali terjatuh, keduanya kembali bangkit dan berlari kencang.     

Berbagai rintangan menanti mereka, mulai dari kawat beracun yang menjadi pagar keliling, lalu tembok besar yang hanya memiliki celah sebesar tubuh binatang pengerat.     

"Kau percaya padaku, 'kan?" tanya Corea.     

Leidy tidak memiliki pilihan selain iya. Keduanya berlari kencang untuk merangkak dibawah kawan beracun. Mereka juga harus melawan beberapa pasukan manusia kayu yang menghalangi mereka untuk terus berlati.     

Dengan sebuah keajaiban, tubuh kedu wanita itu muat di lubang kecil tembok pembatas hingga membaut keduanya terbebas dari kejaran.     

Namun kondisi Leidy yang belum sepenuhnya pulih, membutanya terduduk lelah setelah melewati pagar tembok raksasa.     

Corea sedikit menggerakkan pergelangan kakinya, dia masih meringis sakit. Dia tidak ada pilihan lagi, hingga akhirnya memutuskan untuk menggendong Leidy hingga ke perbatasan hutan dan berhasil keluar dari wilayah kekuasaan Hamadriad.     

"Argh!"     

BRUK!!     

Corea menjatuhkan tubuhnya di tanah, Leidy segera turun dari punggung peri wanita itu dan mebersihkan pakaiannya.     

Corea masih belum dapat berdiri, kakinya terasa semakin sakit dan tidak dapat digerakkan. Hatt dan Raseel segera menghampiri dan membantunya untuk berdiri.     

"Leidy! Kau baik-baik saja? apa yang terjadi? Kenapa kalian berlarian seperti itu?" Raddone menghampiri sang adik dan segera memeluknya dengan erat.     

"Kurasa makhluk itu masih sangat marah karena baki isi perlengkapan ritual tertumpah. Dia mengamuk dan mengerahkan pasukan untuk mengejar kami." Leidy memberikan jawaban tanpa terdengar ada beban apapun.     

"Syukurlah kau tidak apa. Kurasa Hamadriad itu hanya marah sesaat," ujar Raddone lagi.     

"Tapi itu aneh," celetuk Leidy lagi. "Apakah kami melakukan kesalahan besar dengan menjatuhkan baki itu? Kurasa dia tahu itu bukan sebuah kesengajaan. Apakah mungkin ada kesalahan lain?" paras polos Leidy membuat Raddone mengerutkan dahi.     

Pangeran barat menatap Corea yang semula berjanji untuk mencuri sebuah pustaka untuk mengalahkan Hamadriad.     

Corea meraba saku pakaiannya, dia lalu memperlihatkannya sedikit pada Raddone.     

"Tidak ada, dan itu tidak penting sekarang. Kau harus segera kembali beristirahat dan memulihkan energy. Apapun yang terjadi, beruntunglah dia memberikanmu bantuan yang baik." Raddone merangkul putri Leidy dan membawanya kembali ke kerajaan.     

Corea mehala napas panjang. Dia hanya sedang bersama dengan dua saudara dan rekan dari Utara di sampingnya. Semua pasukan kerajaan Barat meninggalkannya dan sangat acuh dengan keadaan peri wanita yang telah berkorban banyak untuk Leidy.     

"Mereka tidak layak dibantu," ucap Hatt kesal.     

"Kita membutuhkan bantuan mereka," sahut Raseel. Keduanya masih membantu Corea untuk berjalan.     

"Kau mendapatkan pusaka makhluk itu?" tanya Ren yang bersama dengan Wedden dan Ser.     

Corea mengangguk.     

"Kurasa itulah imbalan untuk mereka berkenan membantu pertarungan ini," ujar Ren lagi.     

"Benar. Mereka juga perlu menyelamatkan wilayah, kurasa sudah seharusnya mereka membantu kita," sahut Wedden.     

"Hey kalian para pria! Kenapa kalian hanya diam dan berpikir saja? kalian meremehkan perjuangan adik perempuan kami ini? Segeralah kalian bereskan mengenai formasi dan jumlah pasukan untuk ke Selatan!" Hatt mulai geram.     

Ren mendeham dan mengalihkan pandangannya.     

"Ah tapi apakah bisa kita kembali ke Utara untuk sebentar?" tanya Wedden membuat semua orang segera meliriknya tajam.     

"Aku seperti terpanggil untuk pulang. Aku belum pernah seperti ini sebelumnya, jadi kupikir kalau ini adalah sebuah firasat."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.