Terkuak
Terkuak
Di tambah dengan bulu rubahnya yang hitam legam, Yuki semakin yakin ia tidak pernah bertemu wanita itu sebelumnya. Dalam hidupnya yang panjang, hanya sedikit rubah berbulu hitam yang pernah ia temui. Hal ini memperlihatkan betapa jarangnya rubah yang memiliki bulu hitam terlahir di dunia dan semakin jarang lagi untuk melihat yang bisa tubuh dewasa bahkan hingga memiliki kerutan di wajahnya. Sebab, kelangkaan rubah berbulu hitam membuat klan mereka menganggap lahirnya satu rubah hitam merupakan tanda ketidakberuntungan dan kesengsaraan.
Seharusnya, klan half-beast rubah pun memiliki prinsip yang sama. Fakta bahwa wanita rubah hitam ini berhasil hidup sampai sekarang menggambarkan seberapa kuat wanita tersebut.
Wanita ini bahkan dapat menggendong Yuki di kedua lengannya sambil berlari mengenakan sepatu hak kayu di jalanan yang licin. Yuki menepuk tangan di dalam hati.
Yuki ingin mengucapkan sesuatu tapi wanita itu terus menatap lurus ke depan membuat Yuki mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin mengusik konsentrasi wanita itu dan membuatnya celaka.
Entah berapa lama telah berlalu ketika wanita itu akhirnya berhenti berlari. Sekelilingnya adalah gang kecil sempit yang sangat sepi.
Dadanya bergerak naik turun, berusaha mengontrol kembali ritme napasnya. Bola mata emas yang selama ini terus menatap ke depan mulai bergerak turun, bertemu pandang dengan Yuki.
"Kau … bisa berdiri?" Suara serak nan tegas memasuki telinga Yuki.
Bahkan suara wanita itu sangatlah keren dan lebih pria dibandingkan pria tulen sekali pun. Rasa kagum membesar di dalam hati Yuki.
"Iya. Aku bisa."
Wanita itu mengangguk singkat lalu menurunkan Yuki secara perlahan. Yuki menapakkan satu kakinya terlebih dahulu, memastikan kakinya kokoh baru kemudian menurunkan kaki lainnya.
"Terima kasih banyak! Maaf sudah merepotkanmu!" Yuki buru-buru membungkuk dalam. Benaknya masih dipenuhi bayangan jika Lauren berhasil membelah perutnya tadi sehingga ia tidak lagi bisa mempertahankan wajah dingin dan tenangnya.
"Tidak perlu! Aku hanya kebetulan lewat," balas wanita itu, melambai tangannya acuh tak acuh.
"Ini … boleh aku tanya sesuatu?"
"SIlakan."
"Bagaimana kau bisa menjatuhkan orang tadi?" Yuki akhirnya mengeluarkan tanda tanya yang telah tersangkut di dalam benaknya sedari tadi. Melihat perawakan wanita ini, Yuki bisa melihat kekuatannya tapi tetap saja rubah hitam ini adalah half-beast. Lauren tidak mungkin segampang itu dijatuhkan.
Wanita itu mengerjap untuk beberapa saat sebelum tiba-tiba mengutuk.
Yuki terperanjat. Ia mengira ia telah salah berbicara dan ingin melontarkan maaf tapi wanita itu menghentikannya.
"Aku tidak mengutukmu. Aku hanya lupa aku sedang pergi ke toko perkakas untuk mengganti barang pesananku yang salah tapi …." Wanita itu mengangkat panci di tangannya yang hanya tersisa gagangnya saja. "Hah … tidak mungkin aku bisa menukarnya dengan barang baru …."
Pencerahan menerangi Yuki. Walaupun hanya tersisa gagangnya saja, Yuki menemukan bahwa panci itu terbuat dari bahan besi. Seberapa tingginya kemampuan incubus, besi menjadi kelemahan terbesar mereka. Apalagi pukulan wanita itu sangatlah kuat. Lauren mungkin akan kehilangan kesadarannya selama sehari penuh.
Melihat wanita itu meratapi panci tersebut, Yuki merasa sangat bersalah.
"Maafkan aku. Biarkan aku membayar ganti rugi—"
"Tidak perlu!" tegas wanita itu. Ratapan di wajahnya sudah hilang tak berjejak bagaikan itu hanya sebuah ilusi.
"Tapi …."
Wanita itu menggeleng kuat. "Tidak masalah. Aku masih punya uang untuk membeli panci baru. Yang sudah rusak, buang saja!" Mengikuti ucapannya, wanita itu melempar gagang panci ke tanah begitu saja.
Yuki mengamati ekspresi wanita tersebut untuk beberapa saat, memastikan bahwa wanita itu benar-benar tidak berbohong barulah ia mengangguk paham. "Baiklah kalau begitu tapi biarkan aku membayar panci barumu. Tidak mungkin aku tidak membalas kebaikanmu."
Wanita itu tidak menjawab, hanya mengangkat alisnya.
Yuki tidak memperdulikan ekspresi itu, segera merogoh saku lengannya tapi yang ia tangkap hanyalah angin kosong. Saku lengan yang menyimpan uangnya telah dipotong oleh Lauren!
Semburat merah mewarnai kedua pipinya. Yuki menatap penuh ketidakenakan kepada wanita itu. "Maukah kau mengikutiku ke kediamanku dan aku akan membayarmu?"
Wanita itu segera menggeleng. "Tidak perlu. Jika Tuan ini ingin membalasku hmm … begini saja! Beritahu aku, apakah yang tadi kupukul itu suamimu?"
Yuki tersedak ludahnya. Seberapa buruk mimpinya pun, ia tidak akan pernah memimpikan Lauren sebagai suaminya! Yuki menggeleng hingga kepalanya hampir putus.
"Baiklah! Baiklah! Aku paham. Berhentilah menggeleng!" Wanita itu berseru horror. "Kalau begitu …." Ia menurunkan pandangannya pada perut Yuki lalu kembali menatap mata Yuki lurus-lurus. "Aku tidak pernah mendengar Tuan ini sedang mengandung maupun menggelar pesta pernikahan?"
Dari cara wanita itu berbicara, Yuki sadar bahwa wanita itu mengenal identitasnya.
"Ini …." Walaupun wanita itu telah menyelamatkannya, tetap tidak mungkin bagi Yuki menceritakan permasalahannya kepada orang asing yang baru ia temui meskipun sebagai bentuk pembalas budian.
Wanita itu juga tersadar bahwa pertanyaannya telah menyentuh bagian yang tidak boleh disentuh. "Lupakan saja! Tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Aku sudah melewati batas karena terlalu terkejut melihat Tuan yang dirumorkan akan menjadi kepala klan rubah selanjutnya ini tiba-tiba mengandung. Hal ini sedikit mengkhianati image yang aku punya tentangmu jadi aku tidak sopan. Mohon maaf atas kelancanganku."
Yuki mengangguk lega. Ia bersyukur penyelamatnya ini bukanlah tipe yang berwajah terlalu tebal dan mengetahui kepantasan.
"Aku rasa lebih baik aku mentraktirmu makan. Beritahu aku namamu. Ketika aku sempat aku a … kan …."
Yuki tiba-tiba terdiam.
"Ada apa?" tanya wanita itu tapi Yuki tidak menjawab.
Mata pria itu membulat lebar. Pandangannya terarah lurus ke belakang punggung sang wanita. Giginya menggigit kuat bibir bagian bawah.
Wanita itu menoleh, mengikuti arah pandang Yuki. Ia langsung terperanjat oleh keberadaan sesosok pria jangkung berambut biru terang dengan sepasang tanduk di kepalanya. Entah sejak kapan pria itu telah berdiri di sana tanpa terdeteksi oleh mereka.
Wajah Yuki langsung pucat. Sosok jangkung itu adalah Alex! Jantungnya terasa berhenti berdetak untuk sejenak.
Perut Yuki masih bulat ketika dilihat dengan mata telanjang tapi sebagian tubuhnya tertutup oleh wanita itu jadi jika ia segera menggunakan sedikit sihir, ia bisa menutupi perutnya dalam sekejap. Namun, masalahnya adalah Yuki tidak tahu sejak kapan Alex telah mendengarkan percakapan mereka!
'Bagaimana ini?! Apakah dia ….'
Yuki menatap Alex penuh kecemasan. Tidak biasanya, pria itu memasang ekspresi datar, tidak dingin tapi tidak diketahui maksud dari ekspresi tersebut.
Melihat ekspresi yang begitu jarang diperlihatkan pria itu, walaupun Yuki tidak bisa membaca arti ekspresi tersebut tapi dalam relung hatinya, ia yakin rahasianya telah terkuak!
Sang wanita menatap keduanya secara bergantian. Ia sedikit paham apa yang sedang terjadi tapi ia tidak ingin ikut campur dengan masalah orang lain jadi ia menutup mulutnya rapat-rapat.
Di sisi lain, Alex tidak menghiraukan wanita itu sama sekali. Matanya hanya terpaut pada Yuki, menatap sepasang mata emas, bibir merah tipis, jakun yang bergerak naik turun, dan perut yang cembung.
Tanpa mengubah sedikit ekspresinya, Alex mulai berjalan mendekati Yuki.
Refleks, Yuki mundur dua langkah tapi Alex melebarkan langkahnya sehingga dalam sekejap, ia telah menangkap pergelangan tangan Yuki lalu menariknya pergi.
"Tu—tunggu dulu!" Yuki tahu ia tidak bisa kabur lagi jadi ia hanya bisa pasrah tapi jika ia pergi sekarang, ia tidak akan bisa mengontak penyelamatnya jadi ia buru-buru menoleh pada wanita itu.
Wanita itu sangat cerdas. Dalam satu tatapan, ia tahu apa yang ingin ditanyakan Yuki dan segera membuka mulut, "Himijime. Namaku Himijime dan aku membuka toko pakaian di area pasar. Jika kau ingin mencariku, pergilah ke sana!"
Belum sempat Yuki menjawab, Alex sudah menariknya untuk bergerak lebih cepat. Ketika mereka keluar ke jalanan yang lebih lebar, Alex berhenti sejenak, mengeluarkan sebuah kain besar untuk menutupi seluruh tubuh Yuki.
Yuki ingin menggunakan ilusi untuk menutupi perutnya tapi Alex menembakkan tatapan tajam. Pada akhirnya, Alex membungkus Yuki dengan kain itu lalu melanjutkan langkah mereka menuju salah satu penginapan terdekat ….