Sosok Wanita dalam Putih
Sosok Wanita dalam Putih
"Hoaahhmmm~~~" Daniela menguap lebar hingga butiran air mata menggantung di sudut matanya. Melihat itu, Daniel ikut menguap lebar juga.
"Sst! Jangan berisik!" tegur Vasile setengah berbisik seraya meluncurkan tatapan tajam kepada mereka.
Ketiganya sedang bersembunyi di atas langit-langit ruang pribadi Daigo Tudor di dalam gedung pemerintahan Kaum half-beast. Dengan membuat lubang kecil menggunakan sihir, mereka dapat mengintip dan mendengarkan apa yang sedang terjadi di dalam ruangan itu.
Sudah satu minggu penuh mereka membuntuti Daigo Tudor dan hingga hari ini pun, singa itu hanya berkeliling atau mengadakan rapat yang membicarakan mengenai pembangunan area kaum. Sekarang pun, Tudor terus berbincang dengan beberapa tetua mengenai hal-hal sepele seperti kesan mereka terhadap makan malam hari ini.
Sebenarnya awalnya mereka berencana untuk membuntuti Claudiu terlebih dahulu, tapi kepala kaum half-beast itu tidak terlihat batang hidungnya dimanapun. Oleh sebab itu mereka memutuskan untuk mengikuti Tudor yang terlihat sangat aktif terlibat dalam urusan pemerintahan bagaikan ia adalah kepala kaum yang sebenarnya.
Daniel dan Daniela sudah terlalu bosan dan hampir tertidur di tempat. Vasile sendiri juga tergoda untuk menyerah. Ia merindukan kehangatan Toma di sampingnya. Namun, ia tidak bisa pulang dengan tangan kosong dan mengkhianati kepercayaan keponakannya.
Para tetua itu akhirnya keluar dari ruang pribadi Tudor. Senyum hangat di wajah singa itu langsung pudar, tidak meninggalkan jejak apa pun.
Jika mereka harus melaporkan hasil penyelidikan mereka, mungkin mereka hanya bisa melaporkan satu hal ini, yaitu betapa bermuka duanya pria bernama Daigo Tudor itu.
"Vasile, aku sudah tidak bisa lagi," gumam Daniela setengah berbisik. Ia berbaring sambil memainkan ujung rambutnya dengan malas.
"Aku juga. Aku mau pulang," tambah Daniel yang menahan dirinya untuk tidak berguling-guling kesal di atas plafon karena akan menyebabkan keributan.
Sudah lama mereka tidak melakukan penyelidikan berhari-hari tanpa bisa beristirahat di atas tempat tidur jadi mereka tidak lagi terbiasa dengan keadaan ini. Lagipula, sudah hampir 300 atau 400 tahun mereka hanya mengurus pekerjaan di dalam kediaman. Ketika mereka harus mengurus pekerjaan pengintaian seperti ini pun, mereka bisa menyelesaikannya dalam waktu kurang dari dua hari.
"Jangan bertingkah seperti anak kecil!" Vasile menjadi semakin frustasi mendengar rengekan mereka.
"Kami mas—"
Sebelum kedua kembar itu bisa memprotes, Vasile tiba-tiba mengangkat tangannya, menyuruh mereka berhenti. Matanya menatap lurus pada lubang yang ia buat pada plafon.
Daniela dan Daniel juga ikut mengintip dari lubang yang mereka buat dan menemukan seseorang berbalut hitam seluruhnya memasuki ruangan Tudor melalui jendela. Tudor mempersilakan orang itu masuk dan dengan cekatan menutup kembali jendelanya setelah memastikan tidak ada orang di sekitar.
Setelah kembali duduk dan menyeruput tehnya, Tudor membuka suara, "Kau sudah boleh berbicara."
Sosok berbalut hitam itu mengangguk tegas dalam posisi berlutut. Ia melaporkan hasil dari misi yang ditugaskan kepada mereka dan ketika mendengar misi apa itu, mata ketiganya yang berada di atas langit-langit ruangan itu langsung berbinar.
'Misi penyerangan anggota kepolisian!'
"Para polisi mulai berpatroli dalam tim beranggotakan lima orang dan mereka jarang terpisah. Untuk kekuatan kami sekarang, sulit untuk menyerang lima incubus sekaligus. Kami sangat menyesal karena tidak bisa melakukan misi kami dengan baik."
"Tidak masalah. Aku bisa meminta pembaharuan pil sihir yang diproduksi oleh Keluarga Udrea kepada Illiu untuk mengurangi efek samping atau meningkatkan kekuatan sihirnya dalam setiap pil. Untuk beberapa hari ini, awasi saja pergerakan para polisi itu dan jika ada cela, seranglah mereka. Oh ya, bawa juga beberapa tim baru yang kalian latih beberapa hari ini."
Setelah memberikan perintah itu, sosok berbalut hitam mengundurkan diri dan keluar dari jendela yang tadi ia masuki.
Vasile dan kedua kembar saling menatap, mengkomunikasikan pikiran mereka. Walaupun mereka hanya mendapatkan informasi kecil, mereka mempertimbangkan apakah mereka bisa kembali ke kediaman sekarang atau tidak karena mereka tidak yakin akan mendapatkan informasi lebih dari ini mengingat setelah satu minggu membuntuti Tudor, mereka baru bisa menemukan secuil informasi ini.
Belum sempat mereka mengambil keputusan, sebuah keanehan tertangkap sudut mata mereka.
Dari udara kosong, sebuah sosok seksi berbalut pakaian putih ketat di seluruh tubuhnya muncul. Wajahnya terbalut kain putih menyisakan sepasang mata emas yang indah. Dua gundukan kecil terlihat jelas dari balik kain yang menutupi kepalanya, menandakan bahwa sosok itu merupakan seorang half-beast. Namun, Vasile menemukan aroma aneh yang tidak asing yang seharusnya tidak melekat pada tubuh seorang half-beast.
"Kau masih menugaskan mereka untuk menyerang para polisi?" tanya sosok itu yang merupakan seorang wanita. Suaranya lembut tapi tegas dan penuh dominasi.
"Ya," gumam Tudor acuh tak acuh.
"Mereka tidak akan bisa membunuh incubus-incubus itu dengan kemampuan mereka yang sekarang. Untuk apa kau memberikan tugas yang hanya akan membuang-buang tenaga mereka itu."
"Bukankah sudah kubilang sebelumnya? Polisi-polisi sombong itu bisa menjadi bahan latihan bagi kaum kita dalam menggunakan sihir. Selain itu, bukankah menyenangkan bisa mengerjai mereka dan membuat mereka sibuk seperti ini."
"Dan membuatku kesulitan? Ingatlah, aku yang harus membuatkan alasan untukmu agar dapat meyakinkan Kepala Keluarga Olteanu bahwa kau tidak akan berkhianat." Kontras dengan pernyataannya, wanita itu terlihat santai dan seperti menikmati permainan yang sedang dibuat oleh Tudor.
Tudor juga menyadari nada suara itu membuat ia mendengus mengejek. "Kau juga menikmati mengelabui orang-orang bodoh itu," sindirnya membuat wanita itu tersenyum lebar di balik kain penutup wajahnya.
"Pastinya." Kekehnya.
Wanita itu melemparkan botol kaca kecil berisi penuh dengan bubuk putih halus ke tangan Tudor. Mata Tudor berbinar bahagia melihat botol itu.
"Ini untuk dua bulan ke depan. Umurmu akan diperpanjang 100 tahun."
Tudor terkekeh-kekeh sambil menatap botol itu dari segala arah, bagaikan botol itu adalah sebuah batu berharga yang perlu dikagumi dari segala sisi. Tanpa basa-basi, ia membuka tutup botolnya dan mencampurkan beberapa sendok teh bubuk itu ke dalam minumannya.
"Dasar tidak sabaran," cibir wanita itu.
Tudor tidak mempedulikannya dan langsung meneguk habis cairan di dalam gelasnya itu. Senyum di wajahnya begitu lebar hingga matanya membentuk bulan sabit yang menyeramkan. "Rasanya seperti hidup kembali!"
Wanita itu mendengus bosan. "Apanya yang hidup kembali. Mati saja belum pernah."
"Apa yang kau katakan?! Perpanjangan umurku ini sama saja dengan membawaku keluar dari kematian yang seharusnya sudah menghampiriku berkali-kali."
Wanita itu menggumamkan 'terserah' dengan cuek lalu mengubah topik.
"Bagaimana dengan Claudiu? Kau masih belum menemukannya?"
Mendengar nama itu, kegelapan meliputi wajah Tudor. Bibirnya sedikit mengerucut. "Dia seperti menghilang begitu saja. Aku tidak bisa menemukannya. Padahal sedikit lagi aku bisa membunuhnya!"
Bruk!
Wanita itu hendak membalas tapi bunyi benda jatuh menyelanya. Mereka semua menegang.
Vasile menatap tajam kepada kedua anak kembar itu, mengira mereka telah tanpa sengaja menendang atau menjatuhkan sesuatu.
Daniel dan Daniela segera menggeleng kuat. Mereka benar-benar tidak melakukan apa pun. Rasa kantuk dan bosan mereka telah hilang karena mendengarkan perbincangan yang begitu penting.
Walaupun Vasile masih tidak mempercayai keduanya karena ia sangat mengenali kenakalan dan kecerobohan dua anak kembar itu, ia tidak bisa berlama-lama lagi di sana. Kedua orang di dalam ruang itu telah bersiaga dan mengedarkan pandangan penuh selidik mereka ke seluruh ruangan. Jika mereka terus berdiam di sini, kemungkinan besar Tudor bisa menemukan mereka karena insting dan indra half-beast sangatlah kuat.
"Keluar kau dari sana!" seru Tudor tiba-tiba.
Jantung Vasile hampir meloncat keluar, mengira mereka sudah ditemukan.
Ia bisa kembali bernafas lega ketika Tudor mengarahkan tangannya ke arah pintu geser di samping kanannya yang terhubung ke ruangan lain dan segera meluncurkan sihir angin yang tajam. Walaupun kekuatan energi sihirnya tidak begitu kuat, pisau angin itu cukup tajam untuk mengiris pintu dan melewatinya.
Sosok berbalut hitam segera meloncat keluar dari pintu yang sudah penuh lubang dan hampir roboh itu. Beberapa bagian kain pakaiannya robek dan memiliki bercak darah tapi bekas lukanya dengan pelan mulai menutup.
Vasile dan kedua anak kembar itu langsung menyadari siapa pria yang sedang diserang.
"Lemparkan bola cahaya dan langsung keluar dari sini! Aku akan menyusul," pinta Vasile masih setengah berbisik.
Daniela segera mengeluarkan dua buah bola kecil dan menyalurkan energi sihirnya sebelum melemparkan bola itu ke bawah, merobek plafon itu dan cahaya yang menyilaukan segera membutakan pandangan semua orang. Vasile yang sudah menyihir matanya bergerak dengan gesit menuju sosok berbalut hitam itu dan membawanya keluar.
"CEPAT TANGKAP MEREKA!" teriak Tudor yang tidak dapat melihat apa pun.
Wanita yang bersamanya juga tidak memprediksi kedatangan bola kecil itu. Jadi, ia juga ikut terbutakan.
Ketika penglihatan mereka pulih, sosok itu sudah tidak ada.
Dengan penuh kemurkaan, Tudor mengutus bawahannya untuk menyelidiki seluruh penjuru area tempat tinggal mereka, tapi hingga fajar datang menyapa dunia, mereka tidak menemukan apa-apa….