Bayangan Sang Rubah Putih (2)
Bayangan Sang Rubah Putih (2)
Cezar dan Viorel bergumam penuh keraguan, tidak yakin apakah sosok itu memang benar-benar adik bungsu mereka. Ioan sendiri terkejut hingga tak bisa berkata-kata.
Para incubus pun terkejut dalam artian yang lain.
Luca bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa. Sakit dijantungnya bahkan tidak lagi mengusiknya digantikan dengan sebuah kenangan masa lalu yang kembali terputar di dalam benaknya.
[Sesosok half-beast rubah berambut panjang berwarna putih yang diikat ekor kuda berdiri di tepi pantai Kota Rumbell. Pakaian panjang dan lebarnya berkibar, dimainkan oleh semilir angin lembut sore itu. Cadar yang menutupi wajahnya melambai, sesekali memperlihatkan sebuah bibir yang tersenyum lembut.
Luca berdiri tidak jauh darinya dalam diam.
Tidak ada yang berbicara hingga Luca akhirnya tidak tahan lagi dan bertanya, "Apa yang ingin kau katakan?"
Half-beast rubah itu menoleh pelan tanpa kehilangan senyumnya tapi entah mengapa Luca tahu bahwa pria di depannya sedang tersenyum sedih.
"Tuan Luca, apakah cara seperti ini adalah benar? Aku berharap kau bisa menghapus sistem kasta ini saja secara penuh…."
Luca tidak menjawab. ia sudah bosan mendengar permintaan ini. Half-beast ini benar-benar gigih padahal permintaannya sudah Luca tolak mentah-mentah.
"Kaummu itu harus merasakan bagaimana berada di posisi terbawah!" desis Luca penuh dendam.
Telinga half-beast itu menekuk lemas tapi senyumnya masih menghias indah di bawah cadar tersebut. "Baiklah…."]
Bibir Luca sedikit bergetar. Kerongkongannya kering dan suara yang ia keluarkan terdengar parau.
"Gohabi…."
Telinga rubah itu bergerak menuju arah Luca dan dengan pelan menoleh. Ketika matanya mendapati sosok Luca, mata kuning keemasan itu terbelalak lebar dari balik cadar.
"Lu … ca…."
Mendengar gumamannya, Luca segera yakin. Suara yang begitu familiar, yang dimiliki oleh sesosok tanpa wajah di masa lalu dan oleh sesosok yang mewarnai hidupnya sekarang.
Bagaikan kehilangan seluruh tenaganya, kaki sosok berambut putih itu langsung lemas dan tubuhnya segera limbung. Tangannya terlepas dari leher penjaga yang sudah pingsan dan penjaga itu meluncur bebas jatuh mengantuk lantai dengan bunyi tulang yang retak menggema.
Luca berlari maju dan segera menangkap sosok itu. Di saat yang bersamaan, api hitam mulai padam.
"Mihai!" panggilnya membuat semua orang tersadar dari keterkejutan.
'Apa dia bilang? Mihai?' Semua incubus itu merasa sedang berhalusinasi dan sekarang menjadi penuh keraguan.
"Da!" Hanya Liviu yang tidak ragu dan segera terbang menuju papanya.
Yang lainnya berjalan mendekat dan semuanya tanpa sadar menahan napas. Di dalam pelukan Luca sekarang, sosok yang tadinya berambut putih itu sekarang telah kembali menjadi sosok yang sudah sangat akrab dengan mereka yaitu Mihai.
"Bagaimana bisa?" Daniel dan Daniela berseru tidak percaya.
Vasile pun ragu-ragu bertanya, "Bukankah tadi itu Gohabi?" Ia masih mengingat bagaimana cara berpakaian kepala pertama kaum half-beast setelah turunnya kasta kaum itu yang selalu menutupi wajahnya dengan cadar. Tidak salah lagi yang tadi adalah Gohabi tapi entah mengapa, sosok tadi memiliki tanduk juga.
'Bukankah Gohabi itu half-beast?'
Yang lain juga memikirkan hal yang sama bahkan Adrian dan Silver juga. Walaupun mereka merupakan golongan muda yang tidak mungkin pernah bertemu dengan sosok Gohabi, buku pelajaran saat mereka sekolah memiliki ilustrasi yang menggambarkan garis beras penampilan pria itu. Sosok tadi benar-benar cerminan dari gambar yang pernah mereka lihat.
Di sisi lain, Cezar, Viorel, dan Ioan saling bertatap satu sama lain dengan bingung.
"Gohabi?" tanya Ioan dengan alis terajut erat. Ia tahu nama itu dan siapa pemilik nama itu. Namun, bagaimana bisa? Itu putranya dan seorang half-beast spesies harimau dan itu tidak mungkin salah!
Cezar dan Viorel juga masih sangat mengingat sosok Mihai sejak adik bungsu mereka lahir dan mereka bisa memastikan bahwa tidak ada kesalahan spesies pada adiknya itu.
Luca tidak mengatakan apa-apa. Ia mengangkat Mihai ke dalam pelukannya lalu mulai berjalan keluar dari ruangan. "Silver, cek keadaan semua penjaga ini dan temukan half-beast yang dilelang oleh tempat ini."
Walaupun masih tidak bisa mengatur keterkejutannya, Silver tetap memberi hormat sambil berseru, "Siap, Tuan!"
Luca mengangguk kecil. "Kalian semua kembali ke kediaman termasuk Asaka Ioan. Aku memiliki beberapa pertanyaan padamu."
Ioan memucat tapi ia tidak lagi berusaha kabur. Semuanya sudah begitu kacau dan ia rasa, ia tidak bisa menutupi identitas Mihai lebih jauh dari ini. "Baiklah."
Mereka pun berjalan keluar, kembali ke kediaman Luca, meninggalkan Silver dan Adrian yang menawarkan diri untuk membantu.
Setelah kepergian mereka, Adrian menggaruk rambut panjangnya yang kusut seraya mendekati sahabatnya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Asaka itu keluarga half-beast yang menjadi istri Tuan Luca bukan? Mengapa Paman Steve itu terlihat sangat akrab dengan mereka? Dan mengapa istri Tuan Luca malah memiliki sosok Mantan Kepala Kaum half-beast?"
Silver mengedikkan bahunya. ia juga tidak tahu tapi ia rasa ia juga tidak berhak tahu. "Biarkan saja kedua pihak keluarga yang menyelesaikan segalanya."
Adrian walaupun masih bingung tapi tidak mengatakan apa-apa lagi. Kepalanya menjadi semakin sakit ketika memikirkannya jadi ia memutuskan untuk melupakannya saja. Lagipula, itu bukan urusannya, untuk apa ia sewot?
'Tidak ada untungnya juga untuk mengetahui masalah keluarga karyawanku sendiri….'
*****
PRANG!
Gheorghe melempar benda yang ada di atas meja ruang kerjanya penuh amarah. Lagi-lagi rencananya digagalkan dan bahkan kali ini, untuk kabur, ia harus diselamatkan oleh Anna dan diberikan penawar racun lumpuh itu.
"SIAL! KEPARAT!" umpatnya sembari melempar barang lain lagi karena amarahnya belum kunjung reda.
"Tenanglah." Anna berdiri di sudut ruang kerja pria itu dalam tenang. Matanya berkilat menonton perilaku Gheorghe bagaikan itu adalah sebuah tontonan seru.
"BAGAIMANA AKU BISA TENANG?!"
Dilihat dari kekuatannya, Gheorghe semakin merasakan ancaman Mihai dan bayangan sosok tadi … bisa dipastikan bahwa pria ini memiliki hubungan dengan Gohabi! 'Tidak bisa! Aku benar-benar harus membunuhnya! Jangan sampai ia merusak rencana untuk membunuh Luca juga!'
Nafasnya pendek-pendek dan dadanya bergerak naik turun dengan berlebihan. "Bagaimana dengan masalah para tetua Mocanu itu?! Kau sudah mengurusnya?!"
Anna terkekeh kecil. "Tentu saja. Yakinlah mereka tidak akan mencabut namamu dari kursi kepala kaum baru. Hanya saja untuk resminya, kau mungkin masih harus menunggu."
"Hmph! Dasar pak tua licik itu! Posisiku masih tidak aman. Aku rasa ada baiknya juga menyingkirkan pak tua itu."
Senyum di wajah Anna semakin melebar. "Kalau begitu, kau butuh darah Tuan Luca secepatnya. Jika kau mendapatkan kekuatannya, kau akan bisa melenyapkan Keluarga Mocanu hanya dengan satu kali sapuan tangan."
Amarah Gheorghe terangkat oleh bayangan kejayaannya di masa depan. Senyum sombong dan bangga tersungging. "Benar juga. Beritahu Illiu mengenai itu."
"Akan segera kusampaikan."
*****
Di saat yang sama, di ruang rapat Keluarga Mocanu, para tetua berkumpul tanpa sang kepala keluarga. Salah satu dari tetua itu menyuarakan keberatannya.
"Mengapa Tuan tidak segera merebut tahta kepala kaum?! Tentunya tahta itu tidak akan cocok untuk Gheorghe yang bar-bar dan tak senonoh itu!"
Tetua lainnya juga berseru setuju. Mereka sudah lama bekerja di bawah kepala tetua Mocanu, sang tetua peyot, Vladimir Mocanu, dan mendambakan hari dimana Vladimir menjadi kepala keluarga. Mereka sangat setia dengan Vladimir dan sangat cocok dengan cara pemikiran tetua ini untuk membangun Keluarga Mocanu menjadi semakin berjaya. Jadi, ketika Luca menaikkan Silver, mereka yang sudah iri dengan Luca semakin membenci pria itu. Mereka bersumpah akan menaikkan Vladimir menggantikan Luca dan saat itu, yakinlah bahwa Luca tidak akan bisa semena-mena lagi.
Vladimir menyeruput tehnya dan menikmatinya dengan begitu lambat hingga para tetua lainnya sudah kehilangan kesabaran.
"Tenanglah. Aku punya alasan," ujar Vladimir akhirnya. Senyum misterius menghiasi wajahnya, menarik rasa penasaran tetua lainnya.
Ketika senyum itu muncul, selalu ada rencana atau informasi yang menyenangkan dan menguntungkan bagi mereka.
"Apa itu, Tuan Vladimir?"
"Beritahu kami secepatnya!"
Vladimir tertawa kecil. "Olteanu sedang ingin membunuh Luca dan mengambil darahnya."
Para tetua terbelalak kaget. "Darahnya?!" seru mereka hampir bersamaan dan sebuah ide muncul di kepala mereka.
Salah satu dari tetua itu segera menyerukan ide tersebut. "Untuk mendapatkan kekuatan Tuan Luca?!"
Vladimir mengangguk. Matanya berkilat penuh dengan keserakahan.
Tidak hanya Olteanu saja, mungkin selain Pavel dan sebagian dari Udrea, sisa keluarga incubus sangat menginginkan kekuatan Luca dan ketika mendengar rumor bahwa mereka bisa mendapatkan kekuatan itu dari meminum darah Luca, banyak juga yang mencoba untuk menyerang Luca tapi semuanya mati di tempat. Oleh sebab itu, tidak ada lagi yang berani tapi bukan berarti keinginan itu mereda. Malah, sebaliknya, semakin kuat.
"Biarkan para Olteanu mengorbankan nyawa dan mengambil darah itu. Ketika mereka berhasil mendapatkannya, kita bisa merebutnya!"
Para tetua segera merespons ide cemerlang itu dengan pujian. Mata mereka juga dipenuhi keserakahan dan memikirkannya saja membuat mereka harus menjilat air liur yang hampir menetes keluar dari sudut bibir mereka….