Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Rencana



Rencana

0  Opa tak lagi membuka pembicaraan tentang sekolah, oma terlihat lebih ceria karena aku banyak membantu pekerjaannya dan aku tak lagi mengurung diriku sendiri di kamar. Walau satu-satunya temanku saat ini adalah Astro, kurasa itu saja cukup. Karena aku menganggap kak Anggun, guru privatku sebagai teman juga.    

  Aku memberanikan diri mengemukakan beberapa eksperimen mengenai beberapa materi pelajaran kami. Kak Anggun sangat antusias, bahkan meminta ijin dariku untuk mengunggah hasil eksperimen itu di platform sosial media miliknya.     

  Suatu hari, pak Simon datang. Sepanjang pengetahuanku, pak Simon adalah pimpinan manager yang bekerja di gerai kopi ayah karena kami pernah bertemu beberapa kali.    

  Aku sempat mencuri dengar pembicaraan pak Simon dengan opa, yang membuktikan dugaanku bahwa opa lah yang mengurusi gerai kopi ayah untuk sementara. Dari pembicaraan yang kudengar, pak Simon menyebutkan bahwa dia mewakili PT Sohan Sejahtera untuk memberikan laporan dan mengatakan sejauh ini perusahaan ayahku berjalan baik-baik saja.    

  Pak Simon berkata semua karyawan menyatakan belasungkawa yang dalam atas kecelakaan yang menewaskan keluargaku dan ingin mengadakan sebuah pertemuan, tapi opa menolak. Opa tak ingin membuatku mengingat kesedihanku kembali bila pertemuan itu diselenggarakan. Kami cukup menerima ucapan belasungkawa itu dari jauh dengan baik dan mengharapkan kerja sama yang semakin erat.    

  Saat itu aku mengerti, aku harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuanku. Aku harus belajar bagaimana menjalankan sebuah perusahaan. Karena sebagai satu-satunya anak ayah yang selamat, tentu PT Sohan Sejahtera yang menaungi belasan cabang gerai kopi itu akan diwariskan padaku.    

  Keesokan hari setelah kedatangan pak Simon, aku memberanikan diri meminta opa mengajariku bagaimana menjalankan sebuah bisnis. Karena satu-satunya orang yang bisa kupercaya untuk mengajariku berbisnis adalah opa.     

  Aku tahu opa mulai membangun beberapa cabang toko kain sejak bunda berusia muda. Kurasa belajar sejak dini akan lebih baik dari pada menunda, bukan? Saat kurasa opa akan menyanggupi, ternyata opa menolak.    

  "Sekarang Mafaza harus belajar dengan baik. Banyak cari teman, membangun relasi yang luas. Opa akan sering mengajak Mafaza ke toko di hari libur. Mafaza bisa memperhatikan bagaimana pekerjaan semua karyawan di sana. Opa akan mengajari Mafaza mengelola perusahaan kalau Mafaza sudah SMA. Opa ga akan menunggu sampai Mafaza kuliah, karena Opa tau Mafaza cerdas dan Opa juga semakin tua, Opa ga punya banyak waktu."    

  Aah kurasa aku mengerti....    

  Selain harus mengelola perusahaan peninggalan ayahku nantinya, kurasa aku juga akan mewarisi bisnis kain milik opa. Bunda adalah anak tunggal. Dengan menghilangnya bunda saat kecelakaan itu terjadi, kurasa sudah jelas bahwa aku lah yang akan mewarisi yang seharusnya diwariskan ke bunda.    

  Aku bisa merasakan tekanan di tatapan mata opa saat menatapku. Walau aku tak begitu mengerti apa yang opaku rasakan, tapi melihat tatapan mata itu membuatku merasa dadaku seperti sedang terhimpit beban tak kasat mata.    

  ***    

  Aku sedang berbincang dengan seorang anak perempuan bernama Mayang saat mengikuti oma ke acara arisan dengan teman-teman oma untuk yang kedua kalinya. Dia adalah anak yang pernah oma sebut beberapa waktu lalu.    

  Mayang adalah anak perempuan yang feminim, terlihat dari selera pakaiannya. Dia memakai dress terusan sepanjang lutut berwarna krem, dengan rambut sebahu yang digerai. Ada jepit rambut kecil yang menahan rambutnya tetap terlihat rapi.    

  Sejauh ini, kurasa dia cukup menyenangkan karena kami langsung menemukan topik pembicaraan yang sesuai. Yang mengejutkan, walau usianya sama sepertiku namun ternyata Mayang sedang menyiapkan diri untuk kelulusan.    

  Mayang lompat kelas saat kelas empat, yang memungkinkan dia bisa lulus setahun lebih cepat. Saat aku mengambil ujian kesetaraan paket A-ku nanti, dia sudah ada di SMP kelas tujuh dan akan naik kelas delapan.    

  Kami sedang saling menukar nomor handphone saat seorang anak perempuan menepuk bahu Mayang dan tersenyum. Dia memakai kemeja lengan pendek berwarna biru hangat dan rok span berwarna hitam yang menutup hingga mata kaki, rambutnya yang lurus bergaya bob pendek membingkai wajahnya yang cantik sekali.    

  Saat melihatku dia langsung memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan, "Aku Denada. Kamu cucunya oma Sagenah?"    

  "Mafaza, kamu bisa panggil aku Faza." ujarku sambil menyambut uluran tangannya. Saat aku menarik kembali tanganku, aku menyadari mereka sedang saling bertatapan mencurigakan. "Kenapa? Namaku aneh ya?"    

  "Ga kok." Denada menjawab.     

  "Kita belum ketemu Angel." ujar Mayang pada Denada, yang mengangguk mengerti.    

  "Kayaknya dia ga ikut. Tadi aku liat eyang putrinya, tapi ga liat dia. Oh ya, ini rumah nenekku. Kalian bisa main ke rumahku kapan-kapan, nanti aku bilang mama. Rumahku deket kok dari sini." ujar Denada.    

  Aku mengangguk, "Mm ... Angel yang tadi kalian sebut, siapa?"    

  "Bukan siapa-siapa. Nanti juga kamu tau kalau kamu sering ikut arisan. Kita cari cemilan yuk." ujar Mayang sambil beranjak dari tempat kami duduk.    

  Dari percakapanku dengan mereka, ternyata Denada setahun lebih tua dari aku dan Mayang. Karena Mayang pernah lompat kelas, mereka berada di kelas yang sama, di sekolah yang sama.    

  Tunggu sebentar ... Astro lebih tua setahun dariku, bukan? Kenapa kami sama-sama berada di kelas lima?    

  "Faza, kamu mau lanjut homeschooling sampai lulus nanti?" Denada bertanya.     

  Aku menatap Denada dengan terkejut. Namun segera menemukan pemahaman bahwa mungkin oma sudah menceritakan kondisiku padanya. Mungkin pada Mayang juga, maka aku mengangguk.    

  "Ada kemungkinan nanti SMP sekolah di sekolah kayak kita?"    

  "Aku belum mikirin, tapi aku udah ngerasa cocok belajar homeschooling. Jadi mungkin mau lanjut homeschooling lagi."    

  Denada dan Mayang mengangguk mengerti. Pembahasan tentang sekolah berhenti di sana dan kami mulai membicarakan beberapa tempat wisata yang berada di area yang dekat dengan kami. Sepertinya Mayang dan Denada akan membawaku berkeliling setelah mereka selesai ujian nanti.    

  =======    

  NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.