Jembatan
Jembatan
Kurasa aku tahu kenapa grup itu dinamakan begitu. Karena entah bagaimana aku, Mayang dan Denada menemukan hal yang lucu. Jenis bunga kesukaan kami sama, yaitu lavender.
Aku membuka grup itu, tapi tak ada pesan apapun. Hanya ada notifikasi Denada mengundangku masuk ke grup. Namun ada pesan lain dan aku membukanya.
Astro : Kamu bikin akun instagram?
Aku : Belum, kenapa?
Astro : Ga pa-pa
Kurasa aku akan mengabaikannya. Aku meletakkan handphoneku kembali dan keluar dari kamar sambil mengusap rambutku yang basah dengan handuk.
Aku berjalan ke dapur untuk mengambil segelas susu dan sebuah pir dari kulkas. Saat aku kembali ke kamar dan duduk di depan komputer, sudah ada notifikasi baru di handphoneku yang berisi pesan dari Denada dan Mayang di grup Lavender kami.
Mayang : Aku udah di rumah. Nanti kita bikin jadwal main setelah aku lulus ya. Sekarang aku ga bisa banyak main dulu, aku mau fokus belajar
Denada : Aku main ke rumah kamu boleh dong. Kita belajar bareng
Mayang : Boleh
Mayang : Faza udah di rumah?
Aku : Udah
Denada : Faza punya akun sosmed ga?
Aku : Ga punya
Denada : Kalau nanti bikin kasih tau ya
Aku : Iya
Aku sama sekali tak berminat membuat akun sosial media apapun, tapi kuiyakan saja karena aku tak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Aku hanya tak ingin mengikuti anak-anak lain yang membuat akun sosial media hanya untuk dianggap eksis.
Aku mengambil buku materi yang akan kupelajari besok bersama kak Anggun. Aku ingin belajar sebentar sebelum tidur saat ada notifikasi pesan baru.
Astro : Minggu depan kita ke rumah pohon
Aku : Okay
Astro : Abis itu aku ga bisa ke rumah opa dulu sampai liburan naik kelas
Aku mengecek kalender mejaku. Aku membalik halaman dan menemukan beberapa tanggal yang kulingkari. Dua bulan lagi saatnya kenaikan kelas. Bersamaan dengan itu, Denada dan Mayang pasti sibuk sekali mempersiapkan kelulusan mereka.
***
Kak Anggun sedang menjelaskan jenis-jenis akar tanaman saat kami menggali beberapa jenis tanaman bumbu dapur di kebun milik oma. Akar-akar yang sedang dijelaskan oleh kak Anggun diantaranya adalah jahe, lengkuas, kunyit, sereh, bawang merah, cabai, dan tomat. Sebetulnya ada beberapa jenis pohon buah dan bunga, tapi terlalu repot jika kami harus menggali semuanya hari itu.
Aku senang sekali saat kak Anggun setuju dengan ideku untuk menggali akar tanaman dan mengidentifikasikannya dari pada hanya melihat gambarnya dari buku. Dengan begini, entah kenapa membuatku merasa seperti sedang belajar dengan bunda.
"Gambar kamu bagus. Mau lanjut ke sekolah seni?" kak Anggun bertanya sambil memperhatikan goresan demi goresan yang kubuat di buku.
"Belum kepikiran, Kak."
Entah kenapa kak Anggun justru memberi arahan padaku apa saja yang mungkin akan kutempuh jika aku ingin melanjutkan ke sekolah seni. Walaupun kurasa aku akan memilih mempelajari bisnis untuk melanjutkan perusahaan ayah dan toko kain Opa, aku merasa tak sopan untuk menolak penjelasan kak Anggun yang terlihat sangat antusias saat menjelaskan.
***
Hari minggu datang dengan cepat. Pagi-pagi sekali, Astro sudah sampai di rumah opa. Kami sarapan dan meminta ijin untuk berangkat ke rumah pohon pada opa. Opa mengijinkan kami ke sana dan berpesan kami harus kembali sebelum malam tiba.
Kami berjalan kaki melewati deretan pohon karet, menyusuri sawah yang berkelok, juga memasuki ke hutan yang terlihat masih muda. Pohon-pohon di hutan itu terlihat tinggi dan besar, namun jarak antar pohonnya tidak terlalu rapat dan masih mendapat banyak sinar matahari.
Astro berkata kami bisa ke sini dengan membawa sepeda, tapi akan memutar jauh sekali dan kami harus menuntun sepeda di tengah sawah untuk bisa sampai. Tiba saat kami sampai di depan sebuah jembatan kecil, langkahku terhenti.
Jembatan itu hanya selebar beberapa meter dan panjang tidak lebih dari lima belas meter. Di bawah jembatan itu ada sungai yang tidak terlalu dalam dengan arus yang tidak terlalu kuat. Situasi ini akan terlihat aman dan baik-baik saja andai aku tak memiliki pengalaman buruk dengan jembatan yang membuatku kehilangan keluargaku.
Bayangan mimpi burukku seketika kembali, membuat napasku tertahan dan terasa ada batu besar jatuh ke dasar perutku. Aku bahkan mulai merasakan sesuatu yang dingin mengaliri tengkukku.
Astro berada beberapa langkah di hadapanku. Dia menghentikan langkahnya saat melihatku terpaku. Dia berjalan kembali dan berhenti tepat satu langkah di hadapanku.
"Kamu bisa pegang teralisnya kalau kamu takut."
Aku menggelengkan kepalaku, "Ada jalan lain?"
"Aku cuma tau jalan ini aja. Mau coba muter? Tapi kayaknya jauh banget."
Aku menggelengkan kepalaku kembali. Aku merasa buruk sekali dengan diriku sendiri.
Aku sudah berusaha mengabaikan mimpi burukku yang setiap malam datang, walau tubuhku selalu basah dengan keringat saat pagi menjelang. Aku masih sering tak dapat menahan air mata yang jatuh saat melihat kelebatan kejadian saat jembatan runtuh itu terulang di depan mataku.
Namun menghadapi jembatan di hadapanku ini benar-benar sesuatu yang tidak aku bayangkan. Haruskah kami pulang dan membatalkan rencana kami?
Aku ingat Astro berkata ini adalah hari terakhir dia bisa menemaniku bermain sebelum libur sekolahnya tiba. Akan sangat disayangkan jika perjalanan kami hari ini menjadi perjalanan yang sia-sia.
Lebih dari itu, aku sangat penasaran dengan rumah pohon yang akan kami tuju. Apakah itu rumah pohon yang bunda datangi dulu? Mungkin masih ada beberapa tanda bekas peninggalan pemiliknya di sana, bukan?
Hatiku bergemuruh dan terasa aneh. Aku takut, tapi aku juga merasa aku harus melawannya.
Isi kepalaku memerintahkan diriku untuk tenang dan ada suara yang seperti berkata pada diriku sendiri bahwa kali ini akan baik-baik saja. Jembatan itu terlihat baik-baik saja, yang perlu kulakukan adalah mencoba melangkah.
Aku memaksa kakiku yang terasa lemas untuk bergerak maju. Keringat terasa mengalir di punggungku. Bulu halus di tanganku terasa mengalirkan sensasi aneh dan dingin. Bahkan pandangan mataku seperti terasa berputar. Pikiranku memberi ide untuk mundur tiba-tiba, tapi hal itu pun tetap terasa salah bagiku.
Haruskah aku melakukan ini? Kami bisa kembali lain kali, bukan? Kurasa Astro pasti mengerti.
Aah mungkinkah dia mengerti?
=======
NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING