Zen
Zen
Aku sedang memperhatikan sketsa buatanku di kertas dengan skala lebih kecil sebagai pedoman melukis, tepat saat Reno dan Toro selesai membantuku memasang kanvas ke bingkai berukuran 300 x 150 cm yang mereka buat.
"Ini gede banget loh, Za. Yakin bisa selesai seminggu?" Tasya berkomentar setelah menatap ukuran kanvas yang terbentang di dinding belakang kelas kami.
"Aku usahain, harusnya sih bisa. Aku bisa lanjutin pulang sekolah kalau emang waktunya ga cukup." ujarku. Sebetulnya aku yakin bisa menyelesaikannya di akhir hari senin atau selasa, tapi aku tak ingin dianggap menyombongkan diri.
"Aku ngerti sih kalau seniman ngerasa bisa nyelesaiin karyanya sendirian, tapi ini gede banget ukurannya." ujar Reno.
Entah kenapa, aku merasa sedikit tersinggung dipanggil dengan sebutan seniman. Aku tak.tahu apakah Reno sedang memuji atau mengejek. Kurasa aku tak akan berkomentar.
Aku bisa mengerti kenapa mereka merasa ragu padaku karena mereka memang belum pernah melihatku menghasilkan karya apapun. Lagi pula aku memang terlihat egois sekali saat aku meminta kepercayaan daei mereka untuk memberiku ruang melukis yang begitu luas di acara yang seharusnya adalah milik semua murid di kelas ini.
Aku hanya merasa ingin membuat diriku sendiri berguna saat meminta kesempatan itu, tapi sepertinya aku lupa bahwa aku hanyalah murid baru yang belum terlihat menghasilkan karya apapun.
"Kamu ga bisa bantu, Zen?" Reno bertanya.
"Bisa sih kalau yang punya proyek ngasih kesempatan." ujar Zen sambil menoleh padaku.
"Biar aku tunjukin lukisan Zen ke kamu, Za." ujar Reno.
Reno mengeluarkan handphonenya daei saku dan memperlihatkan akun instagram milik Zen. Ada lusinan lukisan di akun itu. Kurasa aku harus mengakui bahwa aku sangat menyukainya. Caranya membuat detail dan arah goresannya bagus sekali.
"Aku ga tau kamu ternyata pelukis." ujarku pada Zen.
"Karena kamu ga pernah nanya." ujar Zen yang menanggapi komentarku dengan santai. "Aku juga ga ngira bakal ada lukisan di acara begini. Kemarin aku setuju ngasih kamu kesempatan karena pengen tau seberapa nekat kamu mau ngerjain ini. Sebenernya aku ga yakin juga kalau kamu ternyata bisa ngelukis, jadi ga masalah."
"Aku seneng denger kamu ngomong jujur sesuai pikiran kamu." ujarku. Aku tahu hanya ada sedikit sekali orang yang akan benar-benar memaksudkan setiap kata dalam ucapannya. Aku sangat menghargai itu.
"Aku pikir kamu bakal tersinggung." ujar Zen menatapku tak percaya.
Aku hanya menggeleng dan tersenyum tipis. Entah kenapa aku suka melihat ekspresinya yang jujur itu.
"Jadi, butuh bantuan?"
Aku menggumam mengiyakan, "Kasih tau aku kalau kamu punya ide yang lebih bagus."
"Ga perlu, sketsa kamu bagus. Kita cuma harus mindahin ke kanvas ini dan bikin lukisannya jadi lebih hidup."
Tepat saat Zen mengakhiri kalimatnya, terdengar suara lagu dari speaker di atas meja guru. Lantunan lagu membuat suasana tim kami lebih semangat.
Siska dan Fani yang sedang membuat layar untuk kapal ikut menyanyi. Toro dan Tasya yang sedang membuat ornamen jangkar untuk pintu kelas kami sempat ikut menggerakkan tubuh mereka sesuai irama. Bahkan Reno yang sedang membantu menyiapkan cat dan kuas ikut membuat suara beatbox dengan mulutnya.
Aku harus mengakui, aku dan Zen bekerja sama dengan sangat baik. Kami saling memahami apa yang akan kami kerjakan. Kami juga saling memuji progres lukisan kami yang terasa cepat dan terlihat sempurna.
"Kalian mau makan siang apa? Kita delivery aja ya." ujar Fani yang berhasil memecah konsentrasi kami, yang juga menyadarkan kami sekarang memang sudah lewat jam makan siang.
"Mau bento ga? Deket sini ada yang baru buka. Kalau mau aku bisa keluar sebentar." ujar Toro.
Entah karena kami terlalu lapar atau terlalu malas memilih makanan, kami menyetujuinya saja. Tak lama kemudian Toro kembali dan kami menghentikan pekerjaan kami untuk makan bersama. Kami beristirahat sebentar setelah menyelesaikan makanan kami sambil saling memberi laporan progres pekerjaan masing-masing.
"Leyeh-leyeh lima belas menit boleh ya Tasya yang cantik." Siska membuka suara setelah semua orang memberi laporan.
"Hmm ... boleh deh." ujar Tasya. Sepertinya dia menyadari timnya membutuhkan ruang sejenak.
Kami mulai membenamkan diri ke handphone kami masing-masing. Aku juga, yangemang tak tersentuh sama sekali sejak kami memulai pekerjaan kami tadi pagi.
Aku mengecek notifikasi di handphoneku. Ada pesan daei Astro sejak satu setengah jam yang lalu.
Astro : Udah makan?
Aku : Udah barusan
Astro : Mau pulang jam berapa?
Aku : Belum tau, kamu bisa pulang duluan kalau dekor kelas kamu udah selesai. Aku bisa minta pak Said jemput
Astro : Aku tunggu kamu aja
Aku : Okay
Aku menatap speaker di meja guru saat aku mendengar lagu kesukaanku melantun dari sana. Lagu berjudul Landslide dari Oh Wonder.
___
I know it hurts sometimes but
You'll get over it
You'll find another life to live
I know you'll get over it
.
I know you're sad and tired
You've got nothing left to give
But you'll find another life to live
I know you'll get over it
.
So when you're caught in a landslide
I'll be there for you, I'll be there for you
And in the rain, give you sunshine
I'll be there for you, I'll be there for you
.
And every time that you're lonely
Every time that you're feeling low, you should know
I'll be there for you, I'll be there for you
I'll be there for you, you know
.
I know your hope is heavy but
You'll get over it
You'll find another life to live
I know you'll get over it
.
And I know you feel like everything
Is falling to the wind
But don't you let the thunder in
Cause I know you'll get over it
.
So when you're caught in a landslide
I'll be there for you, I'll be there for you
And in the rain, give you sunshine
I'll be there for you, I'll be there for you
.
And every time that you're lonely
Every time that you're feeling low, you should know
I'll be there for you, I'll be there for you
I'll be there for you, you know
.
You fell down by the wayside
Love locked in an overflow
And you threw stones at the starlight
Cause I stood on the sidelines telling you
.
That I get that you're lonely
And I see that you feel alone
But I hide in your heart beat
I'll be there for you, you know
.
So when you're caught in a landslide
I'll be there for you, I'll be there for you
And in the rain, give you sunshine
I'll be there for you, I'll be there for you
.
And every time that you're lonely
Every time that you're feeling low, you should know
I'll be there for you, I'll be there for you
I'll be there for you, you know
.
I'll be there for you, I'll be there for you
I'll be there for you, you know
I'll be there for you, I'll be there for you
I'll be there for you, you know
.
And every time that you're lonely
Every time that you're feeling low, you should know
I'll be there for you, I'll be there for you
I'll be there for you, you know
=======
Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Btw, kalian bisa panggil aku -nou-