Tarik
Tarik
"Bu Gres, Tika ga masuk. Harusnya dia ada lomba nyanyi nanti sore. Maaf kalau kita ga bisa ikut partisipasi di semua lomba yang udah kita ajuin ke Ibu." ujar Tasya.
"Gimana kalau Faza yang gantiin? Sabtu lalu aku denger nyanyinya bagus." tiba-tiba Fani berkomentar.
"Sebenernya ... aku mau minta tolong juga sih, tapi ... Faza udah ngerjain banyak. Barusan Faza juga udah mau gantiin Tika jaga bazar." ujar Tasya ragu-ragu.
"Lagu yang dipilih sama Tika apa ya? Setau Ibu lagunya sengaja dipilih beda setiap kelas." bu Gres bertanya.
"Lagunya 'Bright' dari Echosmith, Bu Gres." ujar Tasya.
"Zen kamu kan klub musik, bisa gantiin Tika?" bu Gres bertanya.
"Saya bisa main gitar sama bass, tapi suara saya ga bagus kalau nyanyi." ujar Zen.
"Faza tau lagu itu?" bu Gres bertanya.
Aku mengangguk karena aku tak ingin berbohong.
"Lomba nyanyi cuma nyanyi sekali kan ya, Tasya?" bu Gres bertanya.
Tasya mengangguk mengiyakan dan tatapan semua orang mulai terlihat berharap padaku. Kurasa aku bisa menebak apa yang akan terjadi.
"Tapi saya ga punya persiapan apapun." ujarku yang untuk mencoba menolak.
"Fani bisa cerita sebagus apa suara Faza?" bu Gres bertanya.
"Kayak youtuber yang cover lagu gitu, Bu." Fani menjawab.
"Sebenernya saya sempet rekam sih kemarin. Tadinya mau saya kasih ke bu Lastri, tapi Faza bilang ga mau ikut klub ekskul apapun. Jadi saya batal ngasih." ujar Zen.
"Coba Ibu mau denger." ujar bu Gres sambil memberi isyarat pada Zen untuk memberikan rekamannya.
Zen mengambil handphone dari saku celananya dan suaraku keluar dari sana. Ada sensasi aneh di perutku saat aku mendengar diriku sendiri menyanyi, terasa berputar dan meninggalkan sensasi mual.
"Sayang banget suara sebagus ini ga ikut lomba." ujar bu Gres sesaat setelah mendengar bait pertama, yang berhasil membuatku merasa buruk dengan diriku sendiri.
"Kalau saya gantiin Tika, saya ... ga ada persiapan sama sekali, Bu. Musik pengiringnya atau baju yang bisa dipakai ke atas panggung. Saya juga ga punya latihan khusus buat lagu itu." ujarku mencoba memberi alasan.
"Aku bisa iringin pakai gitar kalau kamu mau. Kita bisa pinjem gitar di klub musik." ujar Zen yang menawarkan diri, ada senyum yang lebar sekali mengembang di bibirnya.
"Bajunya nanti Ibu minta orang anter dari butik. Lomba nyanyinya sore, masih ada banyak waktu. Zen ukuran kamu kayaknya L ya?" bu Gres menebak, Zen hanya mengangguk. "Faza M?"
Aku mengangguk ragu-ragu. Kurasa aku tak bisa melarikan diri.
"Kita bisa latihan sebentar abis aku lomba basket sama tarik tambang." ujar Zen.
Aku mengangguk dengan terpaksa. Kurasa aku benar-benar tak bisa melarikan diri lagi.
Entah bagaimana sepertinya semuanya sudah diputuskan begitu saja dan semua orang berpencar ke pos lomba masing-masing. Aku dan Tasya ke turun ke halaman tempat stand bazar kami berada untuk menggantikan Donna yang segera ke lapangan basket. Selama kaku meninggalkan Donna di halaman, Donna telah berhasil menjual tujuh produk dan mendapat lima stiker love yang sudah dimasukkan ke dalam kotak khusus saat kami tiba.
Ada sekitar belasan stand bazar lain di sini yang menjual berbagai macam jenis. Mulai dari minuman, cemilan, pakaian, sepatu, hoodie, hingga action figure. Aku sempat melihat Astro sedang mengamati beberapa action figure sebelum beranjak ke lapangan basket.
Stand bazar kelas kami dengan cepat mendapatkan perhatian dari anak-anak perempuan. Tak terhitung berapa dreamcatcher, kalung, tiara, gelang, jepit rambut, beberapa buket bunga peony serta dua buah macrame yang tadinya aku tak begitu yakin akan menjualnya, segera berpindah tangan. Kami mendapat banyak stiker love yang tak sempat kami hitung karena pengunjung stand kami berganti dengan cepat.
"Aku ga peduli kalau kita ga menang di bazar ini. Aku udah seneng liat ekspresi anak-anak yang mampir." ujar Tasya yang terlihat bersemangat sekali.
Aku hanya tersenyum untuk menanggapi. Aku memahami perasaannya, karena kurasa aku pun begitu.
Dari selentingan percakapan murid yang berlalu melewati kami, kami mendapatkan informasi bahwa di lapangan basket sekarang ini sedang final kategori putra. Kelas kami melawan XI Sains I, kelas Astro. Aku dan Tasya sebetulnya sangat ingin menonton, tapi kami tahu stand bazar kami tak bisa ditinggalkan.
Hingga sekitar setengah jam kemudian, kami melihat Astro dan timnya terlihat merayakan sesuatu sebelum menaiki tangga. Kurasa aku dan Tasya sama-sama menebak bahwa kelas Astro lah pemenangnya.
"Tahun lalu kelasnya menang juga. Aku ga kaget kalau dia menang juga tahun ini, soalnya orang-orang timnya itu juga. Aku cuma heran kenapa mereka bisa sekelas lagi." ujar Tasya.
Kurasa aku mulai memahami kenapa Astro bisa tumbuh setinggi itu. Dia tak pernah mengatakan apapun padaku tentang kesukaannya pada basket.
Satu-persatu murid dari arah gedung olahraga kembali ke gedung utama. Ada yang memisahkan diri untuk melihat-lihat area bazar, ada juga yang langsung menghampiri ke kantin.
Donna dan tim basket kelas kami menghampiri kami dengan wajah lesu, "Sorry Tasya, kita cuma juara tiga."
"Ga pa-pa. Kita seneng-seneng aja, Don." ujar Tasya sambil menepuk bahu Donna.
Tasya mengingatkan kami sebentar lagi saatnya lomba tarik tambang. Dia meminta dua orang teman kami menggantikan kami menjaga stand karena kami akan mengganti pakaian kami dengan pakaian olahraga. Kami menuju area pertandingan tarik tambang sesaat setelahnya.
Sayangnya, tim tarik tambang kami kalah di kesempatan kedua karena Donna sudah terlalu lelah. Walaupun begitu kami tidak mengeluh. Kami bertiga menganggapnya sebagai salah satu cara untuk bersenang-senang.
Kami bertahan di gedung olahraga untuk menonton lomba tarik tambang selanjutnya karena di bagian putra terlihat sangat seru. Setelah beberapa kali bertanding, kelas kami berhasil masuk final lagi. Melawan kelas Astro.
Donna berteriak memberi semangat pada Zen, Reno dan Toro sesaat sebelum pertandingan final dimulai. Zen menoleh ke arah kami karena suara Donna terdengar kencang dan membakar semangat. Astro sempat menatapku lama sebelum mengalihkan tatapannya pada tali tambang yang sudah dia genggam.
Saat peluit ditiup, tarik menarik tambang terlihat alot sekali. Kubu Zen sempat tergelincir, tapi berhasil menahan situasi. Suara Donna terdengar semakin kencang hingga kubu kelas kami seperti mendapat kekuatan entah dari mana, yang tiba-tiba berhasil menarik tambang dengan kuat dan memenangkan pertandingan. Meninggalkan ekspresi terkejut di wajah Astro yang menemui kekalahannya.
Setelah lomba tarik tambang adalah jadwal bebas. Aku, Tasya dan Donna memutuskan kembali ke stand bazar karena kami tahu di sana pasti akan menjadi lebih sibuk.
Dengan banyaknya murid dan guru yang melihat-lihat, semakin banyak juga produk yang berpindah tangan. Entah kami sudah mengumpulkan berapa banyak stiker di dalam kotak sampai saat ini.
Sesaat kemudian terdengar seseorang membuat pengumuman bahwa lomba dance akan segera dimulai. Yang membuat sekitar belasan grup dengan beebagai kostum dan make up tiba-tiba memenuhi halaman.
"Itu Angel." ujar Donna sambil menunjuk pada seorang perempuan di tengah kerumunan.
Perempuan dengan rambut panjang, postur tubuh semampai dan wajah yang cantik. Dia berpakaian dan memakai make up ala artis korea, terlihat mencolok di tengah sana.
Handphone dalam sakuku bergetar sesaat. Saat aku membukanya ada pesan dari Zen : Kita bisa latihan dulu sebentar, aku tunggu di ruang musik.
"Latihan apa di ruang musik?" Donna bertanya, sepertinya dia melihat pesan dari Zen untukku.
Tasya mmebantuku menjelaskan apa yang terjadi pada Donna, karena dia sama sekali tak tahu. Jelas sekali Tasya berharap banyak padaku.
"Aku ikut kalau gitu." ujar Donna sambil menarik lenganku ke ruang musik.
Saat kami sampai di ruang musik, hanya ada Zen di sana. Dia sedang mengetes suara petikan gitar akustik di pangkuannya.
"Kita cuma punya waktu 20 menit kayaknya mumpung di luar lagi lomba dance. Abis itu kita harus siap-siap. Bu Gres udah nganter baju ganti kita tadi." ujar Zen sambil menunjuk ke sebuah paper bag di ujung meja.
Aah entah kenapa jantungku berdetak lebih kencang sekarang....
=======
Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Btw, kalian bisa panggil aku -nou-