Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Jaket



Jaket

1  Jaket Astro memberiku lebih banyak perhatian dari murid-murid di hari berikutnya. Entah bagaimana, tapi sepertinya jaket itu memiliki tulisan dengan nama Astro yang hanya aku yang tak mampu melihatnya.    

  "Kenapa jaket Astro ada sama kamu?" Zen bertanya dengan suara pelan, sesaat setelah aku duduk di kursiku. Entah Zen adalah orang ke berapa yang bertanya. Pertanyaannya membuatku melipat jaket Astro dan menaruhnya ke dalam ranselku.    

  "Jaketku kan rusak."    

  "Trus dia kasih jaketnya ke kamu gitu?"    

  "Aku ga yakin dia ngasih atau minjemin. Dia cuma bilang kalau aku bisa pakai." ujarku. Kurasa aku akan mengembalikannya saja nanti jika aku sudah membeli jaket yang baru.    

  "Hubungan kalian tuh apa sih sebenernya?"    

  "Menurut kamu?"    

  "Kalau emang ga ada apa-apa, ya jaga jarak dong. Both of you looks like a couple but you said that you are single (Kalian kayak orang pacaran tapi kamu bilang kamu ga punya pacar)."    

  "What are you trying to say (Kamu mau ngomong apa)?"    

  "Kalau kamu single harusnya kamu bisa jaga diri kamu baik-baik. Kamu jadi keliatan kayak ..." Zen menggantung kalimatnya.    

  Sepertinya aku mengerti maksudnya. Begitukah pendangan orang-orang padaku? Tiba-tiba saja aku mengingat berbagai kesempatan saat melihat orang-orang berbisik saat mereka memperhatikan aku dan Astro sedang bersama.    

  Sejak Zen menawariku bantuan untuk menyelesaikan lukisan beberapa waktu lalu, aku tahu dia adalah orang yang akan memaksudkan kata-kata dalam kalimatnya dengan baik. Aku tahu dia tulus mengatakan itu karena dia merasa peduli.    

  "Makasih udah ngingetin." ujarku singkat.    

  Zen terlihat bergumul dengan pikirannya sendiri. Terlihat jelas pada tatapannya, tapi kurasa aku akan diam saja.    

  "Jaga diri kamu, Faza. Kita masih muda, kita punya masa depan yang panjang." ujarnya.    

  Aah kalimatnya mengingatkanku pada opa....    

  "Aku tau kok." ujarku. Kurasa aku baru menyadari, Zen duduk di kursinya yang biasa, tapi dia menaruh kursinya di sebelahku. "Kamu duduk di sini sekarang?"    

  "Aku wakil ketua kelas di kelas ini dan aku mau nyalonin diri jadi ketua OSIS yang baru. Aku bakal jagain kamu mulai sekarang. Ga bakal aku biarin ada kejadian kayak kemarin lagi."    

  Aah....    

  ***    

  "Attention, Guys!!" Zen berteriak di depan kelas kami. Dia meminta perhatian kami sesaat sebelum kami pulang. Sepertinya dia meminta bu Gres menyelesaikan materi kami dengan cepat karena ada yang ingin dia bahas.    

  "Mulai hari ini bakal ada pembagian jadwal jaga kunci kelas. Karena jumlah murid di kelas kita ada 23 orang, kita bisa gantian setiap hari sama yang lain. Aku udah dapet ijin dari bu Gres sama pak Sugeng buat jadi kelas percontohan.    

  "Kita mulai dari absen pertama di kelas ini, lanjut ke yang kedua dan seterusnya. Contohnya, sore ini. Absen pertama aku kasih jadwal jaga kunci, nanti dia harus nunggu semua anak kelas kita keluar sebelum pulang.    

  "Karena dia kebetulan jaga kunci di hari jumat sore, kayak sekarang. Dia punya tanggung jawab buat jadi kuncen sampai senin. Tugasnya ngunci kelas aja kok.    

  "Kalau hari biasa kalian megang sampai hari selanjutnya aja. Besok yang jaga kunci harus dateng pagi, ga boleh lebih dari jam 07.15. Dia yang buka kunci kelas kita, dia juga punya tanggung jawab seharian itu jadi kuncen.    

  "Kalau ada jadwal olahraga atau ke lab, dia harus pastiin anak-anak udah keluar dan ngunci kelas kita. Dia juga yang harus buka kalau kita udah selesai dari semua kegiatan akademik. Kunci bisa dikasih ke absen setelahnya pas sore kita mau pulang. Giliran absen setelahnya yang pegang tanggung jawab. Ada pertanyaan?"    

  Saat Zen mengakhiri kalimatnya, seisi kelas penuh dengan kalimat protes.    

  "Ribet banget Zen!"    

  "Aku ga yakin bisa bangun pagi deh."    

  "Kenapa ga kamu aja Zen yang pegang kuncinya?"    

  "Kayak biasa aja sih, ga ada apa-apa juga kok."    

  Itu hanya sebagian yang terdengar di telingaku. Mendengar kalimat-kalimat itu membuatku merasa buruk pada diriku sendiri.    

  Aah kurasa aku benar-benar membuat Zen bekerja lebih banyak karena kejadian kemarin....    

  "Silent, please!" Zen berteriak menengahi protes di sekitarnya, yang segera menghilang. "Ini cuma salah satu bentuk latihan tanggung jawab yang mau sekolah bentuk ke depan. Kalau alasan kalian cuma karena ga bisa bangun pagi, ya pasang alarm dong! Bangun lebih pagi, badan lebih sehat. Jangan males!    

  "Kalau ga mau ribet, silahkan pindah ke kelas sebelah. Kelas sebelah punya lebihan quota buat satu orang, tapi jangan ngeluh lagi kalau emang nanti kebijakannya bakal dipakai pak Sugeng buat semua kelas beberapa bulan ke depan."    

  Lalu kelas kami hening.    

  "Ada pertanyaan lain?" Zen bertanya.    

  Sepertinya tak ada yang memiliki cukup keberanian untuk memprotesnya kali ini.    

  "Okay, deal ya! Aku udah jelasin mekanismenya. Mulai hari ini aku kasih kunci ke absen pertama. Tolong dijaga baik-baik."    

  Setelah itu Zen memanggil Ario dan memberikan kunci padanya. Ario menerimanya dengan terpaksa dan bersubgut-sungut, tapi diabaikan oleh Zen yang sudah kembali duduk ke kursinya.    

  "Kamu ga harus ngelakuin ini, Zen." ujarku dengan suara pelan.    

  "Harus, kalau ga mau ada kejadian kayak kemarin. Lagian programnya bagus, biar pada ga males ngurusin diri sendiri. Pak Sugeng sama bu Gres juga dukung kok." ujar Zen sambil membereskan barang-barangnya.    

  "I am so sorry, aku jadi bikin kamu repot."    

  "Ga perlu minta maaf. Kamu ga bikin salah."    

  "Kalau gitu aku mau berterima kasih sama kamu. Thank you, Zen." ujarku sambil menatap Zen sungguh-sungguh.    

  Zen hanya memberiku sebuah senyum. Kurasa aku tahu dia tulus membantuku.    

  =======    

  Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..    

  Kalian bisa add akun FB ku : iamno    

  Atau follow akun IG @nouveliezte    

  Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..    

  Btw, kalian bisa panggil aku -nou-


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.