Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [41]



ExtraPart [41]

3"Mafaza Marzia!" tegur Mayang dengan tatapan tajam melalui video call.     

Jantungku terasa berhenti berdetak dalam sedetik waktu yang terlewat, tapi segera menyadari situasi dan berusaha tersenyum, "Iya Nona Mayang yang manis."     

"Ternyata bener kata Denada. Nyebelin banget!" pekik Mayang yang terlihat sangat kesal.     

Aku tersenyum lebar, "Calon istrinya Axelle ga boleh marah-marah sama ibu hamil."     

Mayang menatapku tak percaya walau wajahnya merona merah. Setelah Astro memberi tahu bahwa Axelle berniat mengaku pada Mayang, aku menelepon Axelle dan memintanya memberi tahu status hubungannya dengan Mayang.     

Axelle bicara dengan nada bicara yang mantap, tidak cepat tidak juga lambat, mengaku bahwa mereka resmi akan melanjutkan jenjang ke pernikahan. Namun dia mengaku bahwa Mayang belum tahu tentang keluarga masing-masing yang sudah saling mengenal.     

"Aku minta maaf ga ngasih tau. Aku pikir biar Axe yang ngasih tau kamu langsung. Aku ga enak kalau ikut campur. Axe emang sepupu Astro, tapi aku ga punya hak masuk ke ranah pribadinya." ujarku dengan wajah yang sengaja kubuat seolah sedang merasa sangat bersalah hingga sempat berpikir untuk hati-hati pada calon bayi di rahimku ini karena mungkin akan pandai berakting.     

Tatapan Mayang berubah lebih lembut dan sepertinya sempat menghela napas, "Ya udah, mau gimana lagi?"     

"Sorry, May, tapi aku ikut seneng kalian mau nikah."     

Wajah Mayang merona lebih merah, "Tau gini aku ga perlu susah-susah sok jual mahal. Aku udah lama suka sama dia, tapi ga pernah bilang siapa-siapa karena udah niat mau nyari calon suami nanti aja kalau udah sukses. Dia juga kalem banget, astaga! Hampir mati gaya aku kalau deket dia."     

Aku hampir saja tertawa walau berhasil menahan diri, "Kamu kenal Axe kapan?"     

"Waktu ambil penelitian di Surabaya buat bahan proposal thesis. Dia cool banget. Aku ga sanggup liat ke arah lain. Aku pikir aku lagi kesambet waktu itu karena ga bisa lupa mukanya sampai dua minggu. Akhirnya aku coba ajak ngobrol sebelum pulang, tapi aku keliatan bodoh banget kayaknya karena ga jelas ngomong apa. Aku malu banget!" ujar Mayang dengan ekspresi hampir frustrasi karena sempat menutup wajah dengan kedua tangan.     

Aku tersenyum karena merasa gemas melihat ekspresi Mayang, "Bagus kalau akhirnya lancar kan?"     

Mayang menatapku tak percaya, "Lebih dari dua tahun aku kenal dia dan baru sekarang aku tau dia sepupunya Astro! Coba cerita, apa aja yang aku ga tau! Kamu udah bohong soal Jerman dan nyembunyiin calon keponakanku, sek ...."     

"Calon keponakan kamu?" aku bertanya dengan senyum tertahan.     

Mayang mengerjapkan mata dan terdiam sebelum akhirnya berteriak histeris, "Astaga! Bukan itu maksudku! Kamu kan kalau punya anak nanti manggil aku 'Tante'. Bener kan jadi keponakanku?"     

"Kamu emang jadi tantenya sih nanti." ujarku dengan senyum penuh arti. Aku yakin Mayang pasti mengerti maksud kalimatku tanpa aku menjelaskan lebih lanjut.     

"Faza!"     

Aku tertawa hingga Astro masuk ke kamar. Sepertinya dia terganggu di ruang kerja karena tawaku tak kunjung berhenti dan berniat mengecek situasi. Kamar ini memang kedap suara, tapi aku sengaja membuka pintu hingga sepertinya suaraku bisa terdengar leluasa olehnya.     

Astro menghampiriku dan melihat layar laptopku. Dia menghela napas lega sambil mengusap kepalaku hingga aku memaksakan diri untuk berhenti tertawa, "Jangan kenceng-kenceng. Nanti bayinya kaget."     

Aku tersenyum sambil mengangguk. Kemudian menariknya mendekat hingga duduk di tempat tidur, tepat di sisiku. Aku melirik ke arah layar laptop yang masih memperlihatkan sosok Mayang, "Ada yang mau dapet informasi soal Axe."     

Astro tersenyum menggoda padaku sebelum menoleh pada layar, "Kenapa ga nanya sendiri ke Axe?"     

Mayang menatap kami tak percaya, "Yang bener aja?"     

Aku mengelus lengan Astro sambil menatap Mayang, "Lebih baik kamu kenal Axe dari dia, May. Kamu bisa nanya apa aja ke dia. Kalau kita yang ngasih tau khawatirnya ada informasi yang ga seharusnya kamu tau dari kita."     

Mayang terdiam lama sebelum akhirnya bicara, "Tapi dia cool banget. Lebih banyak aku yang nyari topik obrolan. Aku khawatir salah ngomong. Kalau dia ilfeel gimana?"     

"Ga mungkin. Dia udah lama ngincer kamu. Kamu aja yang lama nyadarnya. Dia udah suka kamu dari sebelum kita ke Kanada." ujar Astro dengan santai seolah hal itu adalah hal yang biasa saja. Aku mencubit pahanya hingga dia menoleh padaku. "Aku ngomong fakta."     

Aah, pria ini benar-benar ....     

Aku menoleh ke layar laptop dan menemukan Mayang sedang menutup bibir dengan kedua tangan. Sepertinya dia terkejut sekali.     

"Axe pasti ngaku kalau kamu nanya. Dia ga bisa bohong. Kalau dia diem berarti dia ngaku." ujar Astro sambil memeluk pinggangku.     

"Kalian serius?" Mayang bertanya dengan tatapan tak percaya. Bibirnya masih tertutup walau suaranya jelas terdengar.     

"Sorry, May. Aku yang bilang ke Axelle kalau aku punya sahabat yang jomblo. Aku bilang terus terang kalau kamu mau selesaiin kuliah dan ngejar karir dulu. Axe bilang dia ga masalah." ujarku yang berusaha menjelaskan situasi agar Mayang tidak salah paham dengan semua yang terjadi. "Axe tepatin janji kan kalau kalian baru ngomongin soal nikah baru-baru ini? Maksudku, dia ga deketin kamu sampai bikin kamu ngerasa keganggu."     

Mayang menurunkan tangan yang menutup bibir dan terdiam. Aku bisa mengerti jika dia sedang berusaha mencerna apa yang terjadi.     

"Tapi ... aku emang ngajarin kamu bikin brownies karena Axe suka brownies itu." ujarku ragu-ragu.     

"Kamu ...."     

"Sorry kalau kamu jadi ngerasa dibohongin, tapi jangan mutusin hubungan sama Axe cuma karena dia udah kenal kamu duluan. Kamu bisa nanya Axe kenapa kamu bisa ketemu dia waktu penelitian. Mungkin emang Axe ga sengaja ada di area penelitian kamu waktu itu."     

Mayang masih terdiam. Kali ini dengan tatapan yang tak mampu kutebak.     

"Aku berharap kamu sama Axe baik-baik aja. Kalau kalian saling sayang harusnya hal kayak gini bisa diomongin. Kamu pasti lebih lega kalau ngobrol dan tau jawabannya dari dia dibanding dari kita."     

Mayang mengangguk pada akhirnya walau tatapannya masih tak mampu kutebak, "Aku ... telpon dia dulu."     

"Tenangin diri dulu ya. Aku bukan mau sok lebih tau, tapi ... ngobrol waktu masih ngerasa kesel biasanya akhirnya ga bagus karena kita masih mikir macem-macem." ujarku sambil berusaha tersenyum. "Aku sayang kamu, May. Aku ga mungkin biarin sahabatku sakit hati karena milih orang yang ga pantes buat nerima cinta kamu."     

Mayang menatapku sendu, "Thank you."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.