Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [9]



ExtraPart [9]

2"Makasih, Mas." ujarku sambil menyodorkan tujuh lembar uang dengan nominal terbesar yang ada di dompet pada pria yang melepas kamera depan dan belakang mobilku. Aku menemukan bengkel kecil yang buka hingga larut malam saat sedang berkeliaran di jalan raya.     

"Ini kebanyakan, Mbak." ujarnya saat menerima uang dariku dengan tatapan tak percaya.     

"Ga pa-pa. Makasih buat bantuannya." ujarku sambil menghampiri mobil dan membuka pintu di sebelah kemudi.     

Pria itu terlihat bingung saat aku mulai menyalakan mobil. Namun aku mengabaikannya dengan langsung mengendarai mobil kembali ke jalan raya.     

Aku belum memutuskan akan pergi ke mana. Setelah mendapatkan kesadaranku kembali setelah menangis di tepi jalan beberapa waktu lalu, aku langsung mengendarai mobil lagi dengan kecepatan tinggi. Aku beruntung karena malam sudah sangat larut hingga tak banyak yang berkendara di jam ini.     

Semua tempat yang terpikirkan untukku menginap kutepis jauh-jauh sejak menyadari Astro mungkin saja mengetahui pergerakanku dari kamera yang terpasang di mobilku. Namun sekarang aku bebas pergi ke mana pun dan baru saja berpikir memutar jalan menuju ke Jogja untuk menemui Bunda.     

Aku mencoba menelepon Bunda dari handphone yang terpasang di holder, tapi teleponku tidak diterima. Aku memang salah menelepon di jam selarut ini karena Bunda mungkin saja sudah tidur. Namun aku memberi Bunda pesan bahwa aku sedang dalam perjalanan ke sana dan melanjutkan perjalanan menuju ke rumah peninggalan mendiang Nenek Zen.     

Sialnya, aku menemukan pesan dari Bunda bahwa ada Zen dan keluarganya sedang berada di sana tepat setengah jam sebelum aku sampai. Hingga aku memutuskan untuk menginap di hotel tepi pantai di dekat area itu.     

Aku menyewa kamar dan langsung menggunakan fasilitas laundry kilat agar bisa menggunakan pakaian yang melekat di tubuhku kembali. Aku akan membeli pakaian besok pagi karena tak membawa satu pun saat keluar dari rumah mertuaku. Di saat seperti ini aku merasa bodoh sekali karena pergi tanpa memikirkan risiko yang akan datang setelahnya.     

Aku menghela napas panjang sambil berusaha menghirup uap hangat dari bath tub yang mengelilingi tubuhku, lalu mengamit handphone yang kuletakkan di samping bath tub agar bisa melihat siapa saja yang menghubungiku. Sejauh ini Ibu, Ayah, Oma sudah memberi puluhan telepon. Namun aku mengabaikan semuanya. Hatiku terasa semakin sakit saat menyadari tak ada satu pun telepon dari Astro.     

Jam di sudut handphone seolah mengingatkan untuk tidur, tapi aku sama sekali tidak mengantuk. Walau harus kuakui tubuhku lelah sekali dan tatapan mata Astro saat memaksaku bercinta di kamar mandi masih terbayang jelas hingga membuat jariku kembali bergetar.     

Apakah aku yang bersikap berlebihan karena berusaha melindungi keputusanku untuk menunda memiliki anak? Atau apakah Astro terlalu ingin mendapatkan seorang bayi hingga mengabaikan perasaanku?     

Keduanya terasa sama buruknya saat ini.     

Aku memejamkan mata sambil mengelus perut dan terngiang kalimat Astro saat menyebutkan dia sudah terlalu sabar menungguku bertahun-tahun ini. Apakah itu artinya dia sudah kehilangan kesabaran untuk menghadapiku?     

Aku tersenyum getir. Perutku masih terasa sakit dan ini mungkin saja karena aku merasa terlalu lelah yang bertepatan dengan jadwal menstruasiku sebentar lagi. Hal seperti ini pernah terjadi beberapa bulan setelah menikah dengan Astro, bukan? Putri bahkan memintaku memeriksakan diri ke dokter karena khawatir aku mengidap miom.     

Handphone di samping bathtub kembali bergetar. Aku membuka mata dan mengamit handphone untuk melihat siapa yang menghubungiku. Ini pertama kalinya Kyle menghubungiku hari ini maka aku menerimanya dengan mengaktifkan tombol speaker tanpa berpikir lebih lanjut.     

"Nona di mana?" Kyle bertanya sebelum aku sempat mengatakan apapun. Sepertinya dia tahu aku kabur.     

"Udah aku bilang jangan panggil aku 'Nona'. Kamu sebentar lagi nikah sama Denada dan akan aneh kalau orang lain denger kamu manggil aku begitu. Kalau Astro yang minta kamu hubungin aku, bilang dia aku baik-baik aja." ujarku sambil memejamkan mata. Aku bahkan baru menyadari, aku meliburkan Rilley sejak beberapa hari lalu karena merasa keadaan aman dan tak membutuhkan pengawal untuk mengawasiku.     

"Kyle serius, Nona."     

"Aku juga serius, Kyle. Kalian ga perlu khawatir. Aku cuma perlu nenangin diri." ujarku dengan bulir hangat mulai mengalir dari sela mata sambil mengelus perut. Entah kenapa di saat seperti ini aku justru membayangkan seorang bayi menggenggam tanganku.     

"Nona ...."     

"Aku baik-baik aja. Nanti kalau udah tenang aku pulang." ujarku yang langsung mematikan telepon sesaat setelahnya.     

Handphone-ku bergetar karena Kyle menelepon lagi. Namun aku langsung menutup telepon darinya dan mematikan handphone agar tak ada yang menghubungiku lagi.     

Aku menarik napas panjang sebelum memasukkan kepala ke dalam air. Sepertinya akan menyenangkan untuk berenang di situasi seperti ini. Bahkan mungkin menyelam di laut akan terasa jauh lebih baik.     

Aku mengeluarkan kepala saat terdengar ketukan di pintu. Aku segera keluar dari bath tub dan memakai handuk kimono sebelum keluar kamar mandi dan membuka lubang intip di pintu untuk mengintip siapa yang datang di jam seperti ini.     

Aku membuka pintu saat memastikan yang datang hanyalah staf hotel yang mengantar pakaianku yang sudah selesai di-laundry. Kemudian mengunci pintu setelah mendapatkan pakaianku dan baru saja berpikir mungkin Kyle bisa melacak jejakku dengan mudah menggunakan lokasi handphone-ku.     

Aku hampir saja mengutuk diriku sendiri walau segera berpakaian dan membereskan semua barangku sebelum kembali ke area reservasi untuk check out. Aku langsung berkendara menuju hotel lain yang berjarak satu jam berkendara dan menyewa kamar di sana. Aku beruntung karena mematikan handphone sebelum berpindah hotel hingga Kyle pasti akan membutuhkan waktu untuk melacak keberadaanku.     

Aku membuka gorden dan berbaring meringkuk di tempat tidur sambil menatap keluar jendela yang lebar. Masih gelap di luar sana, dengan bintang yang menghiasi langit malam yang bisa kuhitung dengan jari. Namun sebentar lagi pagi menjelang dan aku belum tidur walau hanya sebentar.     

Bulir air hangat kembali meleleh dari sela mataku hingga aku memejamkan mata untuk berusaha menahannya walau percuma. Hatiku sakit. Perutku terasa tak nyaman dan mulai nyeri. Tanganku berusaha menggapai sesuatu, tapi hanya mampu meraih perut dan mengelusnya.     

Di saat seperti ini genggaman tangan Astro yang biasanya menenangkanku. Biasanya hanya dengan berbincang dan bersentuhan dengannya akan mampu membuatku luluh. Namun saat ini tak mungkin.     

Apakah aku terlalu egois dengan keputusanku untuk menunda memiliki anak? Namun Astro yang berkata akan menungguku. Salahkah aku jika menagih ucapannya?     

Namun dia baru saja berkata sudah kehilangan kesabaran. Sepertinya aku memang tak mungkin menagih ucapan itu padanya lagi. Dia sudah menunjukkan sikap yang sangat jelas tentang itu.     

Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku menghilang saja? Namun aku pasti akan ditemukan cepat atau lambat. Bukankah lebih baik jika aku pulang saja dan mengajak Astro bicara?     

Aku menghela napas perlahan sambil menyeka air mata, lalu kembali mengelus perutku. Apakah kami akan baik-baik saja setelah ini? Apa pula dengan yang kusebut kami?     

Aku bahkan hanya sendiri, dengan tangan yang merindukan digenggam oleh seseorang. Namun yang terbayang kembali adalah sosok bertangan mungil yang memanggilku "Bunda".     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.