ExtraPart [2]
ExtraPart [2]
Seekor kupu-kupu terbang bersama pasangannya menarikan tarian mesra. Setelah jantan selesai membasahi betinanya, betina akan meletakkan telur di tempat aman dan terlindung yang disukai olehnya. Kemudian pasangan kupu-kupu akan pergi meninggalkan telur-telurnya dalam kepercayaan pada Tuhan.
Telur penurut akan menetas dalam waktu tiga hari, sedangkan telur keras kepala akan lahir dua hari lebih lama. Tuhan memang sering bercanda pada makhluknya hingga telur penurut dan telur keras kepala akan sama-sama menetas menjadi ulat. Ulat-ulat kesayangan Tuhan itu akan rakus memakan daun manapun yang dijumpai hingga berganti kulit berkali-kali.
Tiba waktunya bersembunyi dari dunia, ulat tak akan lagi mempedulikan siapapun. Bahkan keluarganya. Dia sibuk dengan dirinya sendiri di dalam kegelapan seolah sedang merajuk. Dia hanya akan berdiam diri dan menggantungkan hidup dalam kepercayaan pada Tuhan karena dia tahu hanya Tuhan yang begitu baik hati padanya. Dia tahu Tuhan akan mengubahnya menjadi sosok yang lain, yang lebih dicintai dibandingkan sosok ulat menggelikan.
Setelah menahan nafsu beberapa minggu, imago keluar dari persembunyian. Dia bergerak ke atas dahan untuk mengeringkan tubuh. Berdiam diri seraya menunggu sayapnya mekar sempurna. Jika sudah tiba waktunya, dia akan menghidupi diri dengan sajian terbaik dan mencari kekasih hati untuk menarikan tarian mesra.
Lain kupu-kupu, lain masa. Namun hidup mereka hanya sebatas selusin bulan purnama.
...
Aku membaca cerita pendek dengan tulisan tangan Opa sekali lagi. Saat ini aku sedang menunggu Astro membuka kunci yang lubangnya tersembunyi di belakang stop kontak. Kupikir dinding kamarku akan terbelah karena sudah menyadari adanya belahan di wallpaper di dinding, tapi ternyata ada pintu yang harus ditarik dari dinding selebar setengah pintu berukuran kecil.
Astro bangkit dan mengamit tanganku sebelum memasuki lubang lebih dulu, "Hati-hati. Tangganya sempit."
Aku hanya mengikuti langkahnya dalam diam sambil memperhatikan cahaya senter yang dipegang olehnya. Dia benar saat berkata tangga akses ke ruang rahasia berukuran sempit. Aku bahkan harus memiringkan tubuh sedikit agar tak mengenai dinding.
Di sini berdebu, pengap dan sedikit lembab, dengan tangga yang mengarah turun entah berapa meter. Saat sampai di depan sebuah pintu lain, aku menyodorkan kertas berisi cerita pendek pada Astro. Astro mengarahkan senter pada kertas dan membacanya sebelum mengarahkan senter pada pintu.
Pintu itu tak memiliki lubang kunci. Hanya ada kenop pintu bulat berukuran kecil yang dihiasi sarang laba-laba yang berada di sisi kiri pintu yang berukuran sama dengan pintu sebelum ini. Aku mencoba memutar kenop, tapi kenop itu bahkan tak mampu berputar walau hanya sedikit.
"Mungkin karatan jadi gabisa dibuka? Ini kan udah bertahun-tahun ga ada yang ke sini."
Alih-alih menanggapiku, Astro justru mendekatkan tubuh pada pintu dan mencoba mendorongnya. Sepertinya pintu itu kuat dan tebal karena hanya bergeming di tempatnya semula.
Astro kembali mundur dan mengarahkan cahaya senter pada sekitar tepian pintu. Dia meraba tepian pintu hingga debu yang menempel beterbangan dan membuatku bersin beberapa kali, "Sorry, Honey."
Aku menggeleng pelan sambil mengusap hidung, "Mungkin ada hubungannya sama cerita pendek itu? Coba baca dulu."
Astro mengarahkan cahaya senter pada kertas di tangannya, "Kemungkinan ini sandi, tapi aku ga liat ada tombol apapun di sini."
"Sandi apa?"
"Aku belum tau. Kalau kita nemu tombolnya aku bisa mikir kemungkinan sandinya apa."
Aku mengamit senter dari tangan Astro dan mengarahkan cahaya pada pintu. Kami bertukar posisi berdiri dengan hati-hati karena area ini sempit hingga saling menahan napas saat menggeser tubuh. Astro duduk di anak tangga saat aku berusaha meneliti senti demi senti pinggiran pintu. Tak ada yang aneh di setiap sisi pintu hingga aku berjongkok untuk meraba sisi pintu bawah yang menempel pada lantai. Biasanya akan ada sedikit lubang pada bawah pintu, tapi tak ada sedikit pun jeda di bawah pintu ini.
Aku duduk di lantai dan mengarahkan cahaya senter ke sisi bawah pintu. Kupikir aku hanya sedang salah melihat, tapi aku meraba pinggiran lantai dan menemukan sebuah lapisan cukup tebal yang sepertinya bisa diangkat. Astro menghampiriku dan membantuku mengangkat lapisan itu. Aku terkejut karena dia bisa mengangkatnya dengan mudah. Padahal kupikir lapisan itu cukup berat.
Astro memindahkan lapisan itu ke samping dan terlihat sebuah kotak cekung berukuran dua puluh senti dengan sembilan tombol bulat berjajar di tengahnya. Aku baru saja akan menekan salah satu tombolnya, tapi Astro menepis tanganku, "Jangan sembarangan. Ini ada polanya."
Aku menopang dagu dengan tangan dan memperhatikan Astro yang sedang membaca cerita pendek sambil sekali-sekali menatap tombol. Aku akan membiarkannya memutuskan kode sandi dan melihat hasilnya.
Mungkin lima belas menit berlalu hingga Astro menekan tombol ketiga dari kiri, lalu tombol kedua dari kiri, kemudian menekan tombol pertama dan kedua dari kanan secara bergantian. Pintu di hadapan kami bergerak perlahan hingga membuatku bangkit dan menaiki anak tangga karena khawatir akan ada yang keluar dari dalam sana.
Astro menggeser tubuhku dan masuk ke ruangan itu lebih dulu. Dia mengamit senter dari tanganku dan mengarahkan cahaya ke sekeliling ruangan sebelum mengamit tanganku untuk mengikutinya masuk.
Ruangan ini besar sekali dan sepertinya memiliki bagian-bagian lain. Astro mencoba mencari sesuatu di dinding dan berhasil menyalakan lampu dari sakelar yang ditemukannya hingga membuat mataku lebih leluasa melihat. Ada sebuah lemari kaca dekat dengan pintu di sebelahku dan aku menghampirinya. Ada berbagai foto dan jurnal dengan berbagai tahun di sampulnya.
Aku menggeser kaca dan mengamit salah satu foto cetakan hitam putih seorang pria dengan pakaian khas jawa jaman dulu di dalam pigura. Ada sebuah tulisan di kanan bawah dengan tulisan tangan Opa.
Hartono.
Jika aku tidak salah, itu adalah foto kakek buyutku. Bapak dari Opa yang pergi merantau ke Banten dan tak pernah kembali. Dari keterangan yang kudapatkan dari Kakek Arya bertahun lalu, Opa mungkin saja pernah mencari keberadaan kakek buyutku itu, tapi Kakek Arya tak tahu apakah Opa menemukannya atau tidak. Namun jika ada foto kakek buyutku di sini, maka sepertinya Opa sudah menemukan jejaknya.
Aku meletakkan foto itu ke dalam lemari dan mengamit foto lain. Foto sebuah keluarga kecil dengan kakek buyutku di dalamnya, juga seorang wanita entah siapa dan empat orang anak. Mungkin itu adalah keluarga barunya. Entah bagaimana aku merasa sesak. Sepertinya kakek buyutku tidak kembali untuk menemui Opa dan justru membangun keluarga baru di perantauan.
Aku meletakkan foto itu kembali dan mengamati foto lain tanpa menyentuhnya. Foto lainnya adalah foto keluarga itu yang beranjak dewasa dengan nama masing-masing di sisi kanan bawah dan keterangan tahun. Mungkin tahun itu sebagai penanda foto itu diambil.
Aku mengelus jurnal dengan tahun di sampul bukunya dan berniat akan kembali lain kali untuk membacanya. Namun entah kenapa aku cukup yakin bahwa jurnal ini mungkin saja berisi informasi keluarga kakek buyutku yang baru.
Astro menepuk bahuku hingga membuatku menyadari aku tak lagi menggenggam tangannya entah sejak kapan, "Mau dilanjutin nanti aja? Kita belum makan siang. Kayaknya ruangan ini gede banget dan ada banyak berkas. Mungkin ga cukup kita geledah sebulan."
Aku mengangguk pelan, "Tadi kamu ke mana?"
Astro menunjuk ke satu sisi ruangan yang tertutup sekat, "Ke sana. Ada kamar ternyata, tapi pengap. Kalau aku ga salah tebak, kayaknya ada pintu lain yang bisa akses ruangan ini. Ruangan ini keliatan masih bersih buat ukuran ruangan yang ga pernah didatengin puluhan tahun."
Aku setuju dengannya. Mungkin memang ada akses lain menuju ruangan ini. Akan masuk akal jika Opa diam-diam masuk ke ruangan ini dari akses lain itu sebelum meninggal.
"Mau cari sekarang atau nanti?"
"Nanti aja. Di sini berdebu banget. Kita harus bawa vacuum cleaner kalau ke sini lagi lain kali." ujarku sambil mengajaknya keluar.
Namun saat sampai di dekat anak tangga aku merasa gamang bagaimana harus menutup pintunya lagi. Aku baru saja akan mengatakan sesuatu tentang itu, tapi Astro dengan mudahnya menarik kenop pintu dan menutupnya. Aku merasa bodoh sekali, tapi akan memalukan jika mengatakannya padanya.
=======
Karena udah terlanjur, sekalian aja dua chapter ya hahaha. Happy Eid Adha, readers!
Semoga semua sehat ya. Tetap patuhi prokes di mana pun & kapan pun. Semangat yang lagi isoman & dirawat. Nou kirim virtual hug untuk kalian ♡
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-