Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [13]



ExtraPart [13]

1"Aku tunggu kamu siap punya anak dan ga akan pernah ceraiin kamu." ujar Astro pada akhirnya setelah kami bertatapan lama sekali. Bahkan air mataku sudah tak lagi mengalir.     

Aku mengangguk singkat dan memeluk lutut lebih erat. Entah kenapa masih terasa ada sesuatu yang harus dibicarakan. Namun aku tak mampu memikirkan apapun hingga kembali menyandarkan kepala pada lutut dan memejamkan mata. Terasa lelah sekali.     

Jariku terasa tersentuh oleh jari Astro, tapi aku menarik tangan dan menyembunyikannya di antara lutut dan dada. Entah kenapa tubuhku masih menolaknya. Hati dan perutku pun masih terasa sakit. Akan masuk akal jika semua ini terjadi karena aku akan menstruasi sebentar lagi, tapi entah kenapa aku merasa bukan itu alasannya.     

Saat aku membuka mata, Astro menatapku dengan tatapan menderita dan terlihat serba salah. Aku bisa memahami kenapa dia merasa seperti itu karena baru kali ini aku menolaknya terus menerus walau sudah menerima keputusannya. Namun aku tak mampu melakukan apapun. Aku hanya merasa harus menghindarinya.     

Aku bangkit dengan canggung dan berjalan mendahuluinya melewati deretan nisan yang terbuat dari batu dan kayu. Hangatnya cahaya matahari masih menerpa area makam hingga tak terlihat menakutkan bagiku.     

Langkahku terhenti di dekat pohon rambutan di area rumah peninggalan Opa. Pohon-pohon di sekitarku sedang berbuah banyak walau tidak terlalu lebat. Aku ingin memanjatnya, tapi mengurungkan niat saat menyadari pasti ada banyak semut yang akan menggigitku jika daerah kekuasaannya diganggu. Alih-alih meminta bantuan pada Astro, aku justru berkeliling mencari Kyle dan menemukannya sedang membaca buku di ruang kerja.     

Aku menarik lengannya hingga Kyle bangkit dan menatapku bingung. Namun aku mengabaikannya dan menariknya keluar rumah, "Aku pengen rambutan. Bantu aku cari orang buat panen. Liat tuh buahnya udah mateng. Sayang kalau dibiarin gitu aja."     

Kyle menoleh untuk menatap Astro yang berada di belakang kami. Astro hanya mengangguk dan sepertinya akan menjaga jarak dariku. Namun aku cukup yakin Astro tak akan membiarkanku hanya berdua dengan Kyle.     

"Ayo, Kyle. Cepet!" ujarku sambil menggerakkan lengannya untuk meminta perhatian.     

"Aku telpon Samsul dulu." ujar Kyle sambil mengamit handphone dari saku, lalu menelepon orang yang dimaksud dan memintanya datang sebelum memutus sambungan telepon. "Satu jam lagi sampai."     

Aku mengangguk sambil tersenyum dan baru menyadari ini adalah senyumku yang pertama sejak beberapa hari lalu. Ini terasa aneh hingga aku melepas tangan dari lengan Kyle, "Aku mandi dulu."     

Aku berlari menuju kamar tanpa menoleh ke belakang, lalu menguncinya dan terdiam sambil bersandar pada pintu. Aku tak ingin Astro mengikutiku ke kamar mandi lagi. Jariku masih bergetar saat mengingat kejadian dia memaksaku untuk bercinta dengannya.     

Aah, aku sempat menamparnya sebelum kabur. Tamparan itu kencang sekali karena suara tamparannya menggema di kamar mandi. Biasanya aku akan khawatir apakah rasanya sakit, tapi entah kenapa justru merasa bersyukur karena menamparnya sekencang itu.     

Aku menghela napas berat sambil melangkah ke kamar mandi. Aku akan berlama-lama di sini. Bermain air dan sabun sambil membayangkan seolah masih anak-anak mungkin akan terasa menyenangkan. Setidaknya akan membantu menghabiskan waktu seorang diri.     

Mataku menangkap keberadaan jam dinding di kamar mandi setelah puas bermain, pukul 10.39. Mungkin sudah saatnya aku keluar. Samsul yang disebutkan oleh Kyle mungkin saja sudah datang. Terlebih, perutku lapar karena melewatkan sarapan.     

Aku mengeringkan tubuh dengan handuk dan keluar kamar mandi untuk berpakaian. Aku menatap pantulan diriku sendiri di cermin sambil menyisir rambut, tapi fokus mataku tertuju pada perut hingga mengelusnya. Perutku terasa penuh walau merasa lapar. Ini aneh sekali.     

Apakah karena aku terlalu banyak makan sebelum ini? Apakah lemak di perutku terlalu banyak hingga aku merasa perutku terasa lebih berisi? Ugh, ini menyebalkan.     

Aku meletakkan sisir dan mengepang rambut asal saja sebelum berjalan cepat untuk membuka pintu. Langkahku sempat terhenti saat menyadari Astro sedang menyandarkan tubuh pada dinding di sebelah pintu sambil melipat lengan di dada. Tatapannya terlihat menderita, tapi aku mengabaikannya dan justru berjalan dengan langkah panjang keluar rumah.     

Ada tiga orang pria sedang berkutat memanen rambutan di berbagai sudut, dengan Kyle yang sedang mengawasi mereka sambil duduk di tepi teras yang bersebelahan dengan tanah. Sudah ada dua keranjang rambutan berserakan yang belum dibereskan di tanah dan aku langsung mengamit setangkai rambutan yang masih dikelilingi semut.     

Aku memutus satu rambutan dari tangkainya sambil duduk tepat di samping Kyle, lalu meniup semut hingga jatuh dan membuka kulit rambutan sebelum mengunyah dagingnya yang terasa manis dan berair. Sepertinya aku akan makan banyak rambutan hari ini.     

"Mau dijual atau dibagiin?" Kyle bertanya.     

"Terserah aja. Biasanya diapain?" aku bertanya sambil membuka kulit rambutan yang lain.     

"Dijual ke pengepul. Nanti labanya untuk donasi di area sini."     

"Bawa pulang juga ga pa-pa kok, biar dibagiin di komplek. Oma sering bagi-bagi makanan kan?" ujarku setelah menelan daging rambutan di dalam mulut.     

Kyle mengangguk sambil menoleh ke belakang. Sepertinya dia sedang menatap Astro, tapi aku tak berminat untuk mengikuti arah tatapannya. Aku bisa membayangkan Astro sedang duduk di kursi teras atau sedang menyandarkan tubuh pada kusen pintu jika mengukur dari arah tatapan Kyle.     

"Kamu udah nelpon Denada?" aku bertanya untuk mengalihkan pikiran sambil mengupas rambutan yang lain.     

Kyle mengangguk sambil mengalihkan tatapan pada pria yang sedang memotong tangkai rambutan dengan galah, "Tadi pagi. Denada titip salam. Dia khawatir."     

Aku menatap Kyle dalam diam sebelum bicara, "Kamu cerita ke Denada?"     

"Denada pasti tahu ada apa. Hubungan kamu sama Astro memang sedikit panas belakangan ini."     

Aah ....     

Aku bahkan baru ingat bahwa aku mengabaikan Denada dan Mayang juga. Aku belum membuka pesan seorang pun sejak mematikan handphone di hotel beberapa hari lalu. Mayang mungkin sudah memberiku nama pria yang disukainya dan sedang menunggu kabar dariku.     

Tanganku baru saja akan mengupas rambutan yang lain saat Kyle menahannya, "Kamu harus sarapan. Jangan makan rambutan terlalu banyak."     

Aku menepis tangan Kyle dan melanjutkan mengupas, "Aku mau makan banyak. Jangan ganggu. Kamu boleh makan juga kok. Itu ada banyak. Aku kan ga minta kamu bayar. Kamu boleh simpen sebagian buat Denada juga kalau mau. Bilang dia aku baik-baik aja. Aku pasti dateng kalau kalian nikah."     

Kyle mengamit tanganku hingga aku terpaksa menatapnya, "Nona harus makan. Jangan bersikap seenaknya dan bikin orang lain khawatir. Itu sikap yang ga dewasa. Banyak orang yang sayang sama Nona. Tolong pikirin mereka juga."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.