ExtraPart [16]
ExtraPart [16]
Napasnya panjang dan dalam, tapi sepertinya menyadari aku terbangun setelah aku mengangkat kepala dari lengannya. Tangannya yang bebas mengamit kepalaku dan merebahkan kepalaku di lengannya lagi. Dia bahkan memegangi wajahku agar tetap berada di sana.
"Aku mau mandi." ujarku sambil menjauhkan tangannya dari wajahku. Namun dia justru memelukku erat dengan bantal yang memberi jarak bagi kami. Lagi-lagi aku mengutuk lengannya dalam hati karena sangat panjang hingga mampu memelukku dengan mudah.
"Sebentar lagi. Aku kangen banget." gumamnya sambil mengecup dahiku.
Aah ....
Aku terdiam sambil memeluk bantal lebih erat. Sebetulnya aku tak ingin bersentuhan dengannya jika memungkinkan. Jantungku berdetak kencang sekali karena takut membuat hasratnya tiba-tiba naik dan dia mungkin saja memaksaku untuk bercinta lagi. Aku benci memikirkan dia akan berusaha membuatku hamil.
"Semalem ibu nelpon. Aku udah janji bawa kamu pulang."
Aku mendongak untuk menatapnya. Dia membuka mata saat aku terdiam memikirkan cara untuk menolaknya membawaku pulang kembali ke rumah Ayah.
"Kita harus pulang, Honey."
Aku menggeleng gusar. Entah kenapa aku benar-benar tak ingin pergi dari rumah ini. Aku bahkan mulai berpikir untuk membatalkan kepergian ke Jerman dan tinggal di sini saja. Aku bisa melanjutkan pendidikan di negara ini.
Astro mengelus wajahku hingga membuatku mundur untuk menghindarinya walau percuma, "Kamu bisa menghindar dari aku, tapi ga bisa terus menghindar dari oma. Aku bisa aja biarin kamu kabur lagi dan ngawasin kamu dari jauh, tapi oma nangis terus karena kepikiran kamu dan ngerasa bersalah udah maksa punya anak."
"Ga mau."
"Kamu harus mau. Aku akan lakuin apa aja buat bawa kamu pulang. Ga masalah kalau kita harus pisah kamar karena kamu takut sama aku. Kamu harus tetep pulang."
Aku terdiam. Aku memang takut padanya. Aku bahkan masih merasa jijik dan harus menahan diri saat berada di sisinya seperti ini.
Astro menatapku dengan tatapan menderita, "Aku tolol banget sampai bikin kamu takut sama aku begini."
"Emang. Kamu bikin aku jijik." entah bagaimana kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku dan aku menyesalinya setelah menyadari kalimat itu terlontar.
Astro terlihat sangat terkejut, tapi tertawa dilema sesaat setelahnya. Entah apa yang dia pikirkan. Dia terlihat sangat menyedihkan.
Aku memaksa tubuhku bangkit. Astro baru saja akan menahanku, tapi aku menepisnya, "Jangan pegang-pegang."
Astro terkejut dan menatapku dengan tatapan menderita, "Seriously?"
"Aku serius." ujarku sambil turun dari tempat tidur dan menghampiri lemari untuk mengambil pakaian ganti. "Kamu yang bilang kamu ga keberatan pisah kamar. Mulai sekarang kita tidur sendiri-sendiri."
"Itu ...."
Aku menatapnya tajam, "Atau aku kabur lagi. Kamu yang bilang kamu bisa awasin aku dari jauh."
Bibirnya bergerak untuk mengucapkan sesuatu, tapi sepertinya dia kehilangan kata-kata. Aku tak akan repot-repot menunggunya bicara dan melanjutkan langkah ke kamar mandi.
Aku langsung mengunci pintu untuk mencegahnya mengikutiku masuk. Aku baru saja melepas pakaian dan mengelus perut perlahan, "Ayah kamu nyebelin banget."
Namun tiba-tiba aku terdiam karena terkejut. Untuk apa aku bicara pada perutku sendiri? Aku tak mungkin tertular kebiasaan Astro yang berbicara pada calon anaknya, bukan?
Aku menggeleng dengan gusar dan segera mandi untuk menyegarkan pikiran. Aku pasti sudah gila karena bicara seorang diri. Bulu halusku bahkan bergidik ngeri karena menyadari rumah ini sudah tak ditinggali selama bertahun-tahun.
Aku berganti pakaian sebelum keluar kamar mandi dan menemukan Astro sedang menyandarkan bahu pada dinding di sebelah pintu hingga membuatku terkejut. Dia hampir saja mengamit tanganku, tapi aku menghindarinya dengan berjalan menjauh.
Astro menatapku dengan tatapan menderita, "Kamu serius ga mau aku pegang?"
"Kenapa ga?" aku bertanya sambil mengusap rambut yang basah dengan handuk yang tersampir di bahu.
Langkahku terhenti di depan meja rias untuk menyisir rambut sambil menatap pantulan sosok Astro yang melipat lengan di dada. Dia terlihat sedang memeluk dirinya sendiri dengan tatapan yang sepertinya kesepian saat menatapku. Entahlah. Mungkin aku hanya berpikir berlebihan.
"Buka pintunya." ujarku saat menyadari pintu terkunci karena ingin keluar.
Astro menghampiriku dan menyandarkan bahu pada pintu, "Beneran ga mau aku sentuh?"
"Iya. Bawel."
Astro menghela napas berat, "Pegang tangan juga ga mau?"
"Ga mau."
Astro menatapku dengan alis mengernyit mengganggu, "Kita udah nikah, kamu tau?"
"Yang bilang kita lagi pacaran siapa?"
Astro terlihat terganggu dengan kalimatku, "Kamu tau maksudku, Honey."
"Aku tau, tapi aku jijik deket-deket kamu."
Astro terdiam dan sepertinya kata-kata "jijik" dariku kembali membuatnya terkejut. Dia menghela napas berat dan mengamit kunci dari saku celana sebelum membuka pintu.
Aku mendahuluinya keluar kamar menuju dapur untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Tak ada apapun di sini selain rambutan yang teronggok di sudut ruangan. Aku mengamit satu ikat dan membawanya ke meja makan. Kali ini aku mengupasnya sendiri, dengan Astro yang terus menatapiku. Dia bahkan duduk jauh di seberangku walau biasanya akan duduk di sisiku tak peduli bagaimana pun situasinya.
Aku mengabaikan tatapannya dan makan dalam diam. Aku baru berhenti setelah menghabiskan satu ikat rambutan. Aku membereskan kulit dan tangkainya sebelum membuangnya di tempat sampah. Langkahku berlanjut untuk mencari keberadaan Kyle dan menemukannya sedang membaca buku di ruang kerja.
Aku duduk tepat di sisinya dan mengamit lengannya untuk kupeluk. Aku bahkan membenamkan wajah di lengannya seperti seorang anak kecil sedang mencari perlindungan dari ayahnya.
"Bisa Kyle anter Nona pulang sekarang?"
Aku mengangguk dengan enggan, "Tapi aku mau ke makam Ayah dulu."
"Baik." Kyle memang mengatakannya, tapi membiarkanku memeluknya lebih lama. Entah apa yang dilakukan Astro yang duduk di seberang kami, aku tak berminat untuk sekadar melihatnya. Namun Kyle mengusap kepalaku sesekali. Mungkin karena Astro mengizinkannya.
Kyle memesan makanan untuk kami. Bahkan duduk di sisiku sambil menemaniku makan dan menggenggam tanganku menuju mobil setelahnya, walau sebetulnya aku masih ingin tinggal di rumah peninggalan Opa. Kyle berpindah tempat untuk menjadi pengemudi mobilku, sedangkan Astro menemaniku duduk di jok tengah setelah mengambil barang-barang dari dalam rumah.
Sepanjang perjalanan aku hanya diam sambil menatap keluar jendela, tapi aku bisa melihat pantulan sosok Astro yang duduk bersila menghadap ke arahku. Dia menatapku dengan tatapan menderita walau tak mengatakan apapun dan aku tak berminat untuk mengajaknya bicara walau harus kuakui dia terlihat menyedihkan.
Kyle menemaniku ke makam sambil menggenggam tanganku. Sedangkan Astro mengikuti langkah kami di belakang. Kami berada di makam cukup lama hingga senja tiba sebelum kembali berkendara ke rumah Ayah.
Saat kami sampai, Ayah, Ibu, dan Oma sudah menunggu di teras. Oma langsung memelukku dan meminta maaf sambil menangis. Aku tak sampai hati jika mengabaikan Oma, maka aku memeluk sambil mengelus punggungnya.
"Maaf udah bikin khawatir." ujarku sambil melepaskan pelukan setelah isak tangis Oma tak lagi terdengar. Aku menyalami dan mencium tangan Oma, lalu melakukan yang sama pada kedua mertuaku. "Maaf Faza ga bisa ngobrol lama-lama. Faza capek. Faza mau istirahat ya."
Ayah mengangguk walau segera mengalihkan tatapan pada Astro. Aku mengabaikan yang terjadi setelahnya dan memasuki rumah dengan langkah cepat menuju kamar di lantai dua.
Aku ragu saat akan masuk hingga terdiam lama sebelum membuka pintu. Tanganku bergetar saat membuka pintu dan memutuskan berbalik badan. Namun tubuhku terbentur tubuh Astro yang entah sejak kapan berada di belakangku.
Astro menatapi tanganku yang bergetar dan hampir saja akan menggenggamnya, tapi aku menepisnya. Dia menatapiku dengan tatapan sangat bersalah, "Mau tidur di rumah Oma aja? Aku ga akan ganggu kamu. Aku bisa tidur di sofa."
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-