Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [22]



ExtraPart [22]

1Niat bekerjaku menguap karena langsung tertidur setelah merasa nyaman berbaring di dipan. Aku terbangun setelah matahari mengintip di balik dedaunan dan memutuskan untuk langsung pulang.     

Sialnya aku lupa bahwa semalam melewati jalan rahasia bawah tanah dan justru pulang melalui jalur yang biasa. Oma sangat terkejut saat melihatku memasuki halaman hingga menjatuhkan selang yang dipakai untuk menyiram tanaman tanpa mematikannya lebih dulu hingga air membasahi tanah dan membuatnya becek.     

"Faza dari mana? Tadi Oma ke kamar, tapi kamarnya masih dikunci."     

Aku menyalami dan mencium tangan Oma dengan canggung, "Ke rumah pohon sebentar."     

"Ke rumah pohon?" Oma bertanya dengan tatapan panik, lalu tiba-tiba menoleh seolah sedang mencari sesuatu. "Astro ga ikut kan? Tadi Oma liat Astro duduk di depan kamar Faza sambil kerja."     

Aah ....     

Aku menggeleng sambil mengamit ujung selang dan mematikan air, "Faza sendiri. Faza mandi dulu ya. Gerah."     

Oma masih menatapku bingung walau aku mengabaikannya dan melanjutkan langkah menuju kamar. Aku harus langsung mandi karena tubuhku terasa tak nyaman.     

Astro yang duduk tepat di samping pintu terkejut saat aku sampai, "Dari mana? Kamar masih kekunci dari semalem."     

"Rumah pohon." ujarku sambil mengamit gagang pintu.     

Sial. Aku menguncinya menggunakan kunci slot dari dalam. Aku harus mendobraknya jika ingin masuk atau berjalan ke area pohon karet dan masuk kembali melalui lorong bawah tanah jika ingin mengambil rute tercepat.     

Astro sepertinya menyadari apa yang terjadi dan menatapku tak percaya sambil bangkit, "Pantes ga ada jawaban dari semalem. Ternyata aku ngomong sendiri."     

Aku terdiam.     

"Keluar jam berapa?"     

"Abis kamu bilang ...."     

"Apa?"     

Aku menatapnya ragu dengan jantung berdetak kencang. Kakiku bahkan mundur satu langkah dengan sendirinya dan aku terkejut saat menyadarinya, "I love you."     

Wajahnya merona merah dengan senyum mengembang di bibirnya, "I love you too, Honey."     

Aku mengalihkan tatapan ke arah dapur dan baru saja akan melangkah, tapi Astro mengamit ujung lengan jaketku hingga membuatku membeku. Jantungku berdetak kencang sekali dan sepertinya akan mampu melarikan diri dari tubuhku.     

Astro menyandarkan bahu pada dinding dan memeluk dirinya sendiri dengan sebelah lengan. Aku bisa melihatnya dengan jelas dari sudut mataku. Dia menatapku dengan tatapan menderita, terlihat kesepian, dan sangat menyedihkan.     

"Lepas." ujarku tanpa menatapnya.     

Astro memang melepas ujung jaketku dan memeluk dirinya dengan kedua lengan. Namun hatiku terasa sakit.     

Aku terdiam lama sebelum akhirnya melangkah menuju dapur. Langkahku terhenti di depan wastafel untuk mencuci tangan, tapi pikiranku melayang sambil memainkan sabun.     

Astro menggeser tanganku agar terbasuh air yang mengalir sebelum mematikan keran dan mengamit bahuku. Dia mendudukkanku di kursi makanku yang biasa dan mengambilkan seporsi nasi goreng, dengan telur, acar, dan timun di sisinya. Kemudian meletakkannya di hadapanku sebelum berjalan memutar ke seberang sana untuk duduk.     

Tanganku menyentuh sendok setelah meletakkan ransel di kursi di sebelahku, tapi ragu untuk menyendok makanan. Aku justru menatap Astro yang sudah berkutat dengan laptop di seberang sana, "Kamu udah sarapan?"     

Astro menggeleng dengan tatapan terus tertuju pada layar hingga membuatku menoleh untuk mencari keberadaan jam dinding, pukul 09.43. Jam makannya sudah terlewat jauh dan sepertinya dia menungguku di depan pintu kamar karena ingin memastikanku makan lebih dulu.     

Aku mengangkat piring berisi nasi goreng sambil bangkit dan duduk di kursi di sebelahnya, lalu mengambil satu suapan dan menyodorkannya padanya. Astro terlihat terkejut pada awalnya walau menerimanya dengan senyum lebar. Tatapannya berubah menjadi sangat lembut hingga membuatku bertanya-tanya kenapa aku terus menghindarinya.     

Astro mengamit sendok lain dan menyendok makanan untuk menyuapiku. Aku menerimanya karena tak tega dengan tatapannya yang tiba-tiba berubah menderita seolah tahu aku akan menolak. Tepat setelah aku menerima suapan darinya, sebuah kecupan mendarat di pipiku.     

Aku menatapnya tajam sambil mengunyah dan menelan sebelum bicara, "Jangan macem-macem."     

"Fine." ujarnya dengan senyum lebar. Seolah baru saja menang dariku dan ini terasa menyebalkan.     

Aku menaruh sendok di piring dan baru saja akan bangkit, tapi Astro menahan lenganku.     

"Please, Honey."     

Aku menatapnya sebal, "Jangan macem-macem."     

Astro mengangguk pasrah dengan tatapan menderita dan membuka mulut untuk meminta disuapi lagi. Aku menyuapinya dengan perasaan kesal walau berusaha menahan diri. Bagaimana pun aku tak ingin dia sakit karena ulahku.     

"Lain kali ga usah nunggu aku. Kalau udah waktunya makan kamu harus makan."     

Astro menggeleng, "Mana enak makan sendiri."     

Aah ....     

Alasan itu juga yang membuatnya sakit thypus bertahun lalu. Dia menyembunyikannya dariku dan kedua orang tuanya. Jika bukan karena aku menyadari gelagat aneh saat meneleponnya, aku tak akan tahu dia sedang sakit saat itu.     

Kami saling menyuapi dalam diam dan menambah porsi dua kali hingga merasa kenyang. Namun Astro masih saja mengamit timun lain dan mengunyahnya.     

Aku membawa piring kotor dan mencucinya sebelum memakai ranselku kembali. Aku menoleh untuk menatap Astro sebelum melangkahkan kaki ke teras belakang, "Mau ikut?"     

Astro tersenyum lebar sekali dan mengangguk. Langkahnya mengikutiku tepat di sampingku. Kami mengendap melewati pagar kecil dan berjalan cepat menuju deretan pohon karet.     

Aku mengajak Astro memasuki deretan pohon karet dengan sebuah isyarat. Aku tak yakin di mana letak pintu menuju lorong bawah tanah berada jika melewati jalur ini. Sepertinya aku memang harus menyusuri area.     

Seratus meter dari jalan dan aku masih mencari pintu dengan udara yang mulai terasa panas. Aku mengamit botol minum dari ransel dan meneguk isinya, lalu menawarkannya pada Astro. Dia menolak dengan isyarat, tapi mengamit ransel dari punggungku dan memakainya.     

"Bagus kamu ga kesambet setan keliaran sendirian tengah malem."     

Aku menatapnya sebal, "Mana ada setan?"     

Astro menaikkan bahu, "Selama ini aku nganggep Baru sejenis mereka. Bagus dia udah pergi."     

Aku menggeleng pelan sambil melanjutkan langkah. Namun baru saja menyadari kenapa Oma memiliki rumah penuh ruang rahasia di dekat deretan pohon karet. Ini terasa seperti sedang berkeliaran di mansion, "Mungkin Opa tau Kakek punya mansion. Walau teknisnya mansion itu udah diwarisin ke kamu."     

Astro menghentikan langkah hingga membuatku ikut berhenti, "Seriously?"     

"Mungkin."     

Astro menatapku dengan tatapan tak percaya, "Ga mungkin."     

Aku mengabaikannya dengan terus berjalan, "Ada tiga lorong. Satu keluar di area ini, satu di area sawah, satunya lagi deket jembatan yang ke arah rumah pohon. Aku harus nanya Bunda apa Bunda tau lorong itu juga. Kalau ga tau, mungkin lorongnya dipakai Opa buat nguntit Bunda selama Bunda pergi nenangin diri ke rumah pohon."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.