ExtraPart [28]
ExtraPart [28]
Saat mendapati kenyataan bahwa aku sedang hamil, otakku tiba-tiba terasa kosong. Aku bahkan tak mampu mengatakan apapun sepanjang perjalanan ke rumah sakit karena terus mencoba berpikir sambil memegangi perut. Semua hal yang tentang kehamilan ini membuatku dilema. Terlebih dengan jadwal keberangkatanku ke Jerman yang sebentar lagi tiba.
Aku memang berpikir untuk tinggal di negara ini saja saat masih berada di rumah peninggalan Opa. Namun setelah kupikir lebih dalam, sepertinya lebih baik aku pergi ke Jerman dan mengambil risiko. Mungkin ....
Ugh, aku merasa jahat sekali. Janin ini bahkan tak memiliki kesalahan apapun karena berada di rahimku di saat seperti ini.
Bunda mewakiliku bicara pada dokter di sepanjang sesi dengan mengaku sebagai kerabatku dan mengatakan suamiku sedang bekerja hingga dia lah yang mengantar. Secara harfiah Bunda memang benar karena Astro sedang bekerja di restoran di samping motel melalui laptop dan Bunda adalah orang tua kandungku. Namun aku terpesona dengan caranya bicara karena terlihat sangat meyakinkan. Aku bahkan berpikir Bunda dan Astro memiliki sifat yang mirip. Entahlah. Mungkin ini hanya karena aku sedang berpikir berlebihan.
Dokter melakukan pemeriksaan USG dan menjelaskan bahwa janin di rahimku berusia lima minggu tiga hari jika dihitung dari hari pertama aku menstruasi bulan lalu. Walau menurutku mungkin saja usia janinku sekitar tujuh minggu jika dihitung dari tanggal bertepatan saat aku bercinta dengan Astro tanpa menggunakan pengaman.
Bercak darah yang kualami adalah reaksi karena kelelahan seperti dugaanku, yang juga membuatku harus lebih waspada untuk beraktivitas. Dari yang kudengarkan selama sesi, janinku baik-baik saja. Aku harus beristirahat lebih banyak dan makan makanan bergizi. Aku harus langsung berhenti beraktivitas jika perutku terasa nyeri dan harus melakukan pemeriksaan dengan dokter jika bercak darah kembali muncul.
Dokter memberi resep vitamin yang harus dikonsumsi dan aku terkejut saat menerima vitamin berwarna kuning keemasan dari staf apotek. Bentuk dan warnanya sama dengan yang Ibu berikan di restoran Jepang all you can eat. Sepertinya Ibu sengaja mengganti kemasan dengan botol kaca tanpa tulisan agar aku tak tahu vitamin apa itu.
Bunda mengamit tanganku hingga membuatku menatapnya, "Sekarang gimana?"
"Faza ga tau. Ga bisa mikir." ujarku sambil mengalihkan tatapan ke luar jendela. Kami masih berada di area parkiran rumah sakit. Otakku sedang berusaha berpikir bagaimana menyampaikan berita ini pada Astro, walau percuma karena aku tak mampu menemukan solusi.
"Faza harus ngasih tau Astro."
Aku terdiam. Jika bisa, aku ingin menyembunyikan kehamilan ini. Setidaknya sampai kami tiba di Jerman. Aku akan memikirkan yang lainnya nanti saja.
"Apa Bunda aja yang ngasih tau?"
Aku menggeleng, "Faza aja, tapi ... nanti."
"Kapan?"
Aku menoleh untuk menatap Bunda, "Nanti. Biar Faza yang milih waktunya. Bunda harus rahasiain ini sementara waktu. Ya?"
Bunda menatapku ragu walau mengangguk pada akhirnya, "Jangan kelamaan. Astro harus tau biar bisa bantu Faza kalau ada apa-apa."
Aku mengangguk sambil menatapi vitamin dan penambah darah di pangkuanku. Bagaimana aku harus menyembunyikan ini dari Astro? Haruskah aku mengganti botolnya seperti yang dilakukan oleh Ibu? Namun Astro pasti sudah tahu vitamin apa yang diberikan Ibu untukku. Dia pasti tahu jika aku menyembunyikannya dengan cara yang sama.
Mobil mulai melaju dan yang kuperhatikan hanyalah segala benda yang terlihat kabur dari kaca jendela. Andai aku bisa kabur lagi, apa yang akan kulakukan? Aku tak mungkin menggugurkan kandungan ini. Anak ini adalah anak yang diinginkan Astro dan Oma. Haruskah aku menjaganya walau belum merasa siap?
Aku menatap Bunda yang sedang memegang kemudi mobil, "Bunda ga seneng Faza hamil?"
Bunda menoleh padaku, "Bunda lebih seneng kalau Faza bisa terima calon bayi itu."
Aah ....
Aku menundukkan wajah dan menatap perut, "Faza ga mungkin gugurin kan."
"Ayah pasti marah kalau Faza gugurin janin."
Tiba-tiba saja bulu halusku meremang. Terbayang jelas wajah Ayah saat kami berbincang di pelabuhan di dalam mimpiku bertahun lalu. Ayah memintaku berhati-hati, tapi aku bahkan tak mampu mengendalikan hasrat hingga bercinta tanpa pengaman. Aku bodoh sekali.
"Faza nginep di motel aja sementara biar istirahat dulu. Bunda temenin. Astro bisa ke Surabaya sama Lombok sendiri kan?"
Aku menggeleng, "Faza yang punya urusan di Surabaya."
"Kalau gitu jangan sampai kecapekan. Faza denger sendiri kan tadi dokter bilang apa?"
Aku mengangguk tanpa mengatakan apapun. Aku ingat dengan jelas apa saja yang disampaikan oleh dokter, walau mulai berpikir andai semua ini hanya mimpi. Aku akan sangat bahagia jika terbangun detik ini juga.
"Zen pasti kaget kalau tau Faza hamil."
Aku menoleh untuk menatap Bunda, "Bunda juga ga boleh cerita ke Zen atau keluarganya. Ini rahasia sampai Faza siap buat cerita."
Bunda tersenyum lembut sambil menoleh padaku, "Nanti kabarin kapan Faza siap. Zen harus tau Faza hamil. Dia harus move on."
Kali ini aku setuju. Zen sudah terlalu lama terombang-ambing dengan perasaannya sendiri. Dia memang harus mengambil sikap dan aku mulai berharap Tiara mampu mengisi hatinya.
"Nanti Bunda kirim resep smoothie yang enak lewat chat. Bagus diminum kalau lagi mual atau males makan. Faza emang ga kena morning sickness, tapi kebutuhan vitamin dari buah harus dikonsumsi setiap hari. Di badan Faza sekarang ada janin yang butuh nutrisi. Ga boleh masa bodoh."
Aku mengangguk tanpa mengatakan apapun. Janin ini memang harus kujaga, bukan? Aku tak memiliki pilihan lain.
"Kalau ayah masih ada pasti seneng banget mau punya cucu."
Aku tersenyum dan jelas terbayang di mataku Ayah sedang mengajak cucunya menaiki gunung walau masih berusia tujuh bulan. Ayah pernah melakukannya saat Danar masih bayi. Aku tak terkejut jika Ayah melakukannya lagi.
Mobil tiba di parkiran motel. Aku sudah mendapati sosok Astro yang sedang menunggu di satu sudut dari kejauhan.
"Faza titip ya. Nanti Faza ambil kalau mau berangkat ke Surabaya." ujarku sambil memasukkan vitamin ke dalam tempat penyimpanan di dashboard.
=======
Early update buat kak Yulia karena sering nanyain kapan update di facebook haha jadi bikin semangat ngetiiik ♡
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-