ExtraPart [29]
ExtraPart [29]
Aku justru meminta diantar ke rumah rahasia di belakang workshop untuk beristirahat lebih dulu. Aku akan ke workshop besok setelah membenahi suasana hatiku.
Vitamin dan penambah darah berhasil kusembunyikan dengan menyelipkannya di bawah kursi jok tengah saat Astro tidak menyadarinya. Untungnya Bunda bersikeras membawakan makanan hingga aku memiliki waktu untuk berkutat di jok tengah tanpa membuat Astro curiga. Sesampainya di sini aku menyembunyikannya di sudut paling belakang gudang dan menguncinya. Seingatku Astro tak pernah menyentuh ruangan itu, maka seharusnya tempat itu aman.
Aroma citrus menyeruak dari bathtub yang sedang merendam tubuhku. Aku mengelus perut sambil menatapinya dalam diam. Aku terus berpikir kenapa harus hamil di saat seperti ini, walau tak mungkin menyalahkan janin yang hadir karena kecerobohanku.
Tatapanku beralih ke sekeliling kamar mandi. Entah sudah berapa kali aku dan Astro bercinta di sini. Entah bagaimana pula Astro menahan diri karena tak ingin membuatku takut sejak aku kabur darinya. Dia bahkan terlihat sangat menderita saat memintaku mencium tangannya malam sebelum pernikahan Denada dan Kyle diselenggarakan.
Tiba-tiba senyum menghiasi bibirku. Denada dan Kyle saat ini sedang berbulan madu di Kepulauan Karibia. Aku meminta Astro memberi Kyle cuti dua bulan, tapi Kyle bersikeras memangkasnya menjadi satu bulan dan akan langsung menyusul kami ke Jerman. Sedangkan Denada akan kembali ke negara ini untuk mengurus segala keperluan pindah mengikuti Kyle setelahnya.
Entah apa yang Kyle katakan pada Denada. Aku cukup yakin Denada akan menggerutu jika tahu aku membohonginya karena tak memberi tahu negara sesungguhnya tempat aku dan Astro akan berkuliah. Lagi.
Aku menghela napas perlahan, dengan tangan mengelus perut. Aku tahu ada banyak pasangan yang mendambakan bayi hadir dalam pernikahan mereka. Aku pun sadar sebetulnya merasa sedikit senang karena mampu membuktikan bahwa aku tidak mandul. Namun aku belum siap menerima calon bayi ini. Aku merasa belum siap menjadi orang tua.
Terdengar ketukan di pintu, "Kamu di dalem?"
Aku menatap ke arah pintu dan mengangguk. Bodohnya aku. Astro tak mungkin melihatnya.
Aah, dia bahkan tak berusaha membuka pintu walau aku lupa menguncinya.
"Honey?"
"Aku lagi mandi."
"Okay. Aku ke dapur ya. Aku beli bento favorit kamu sekalian ke sini tadi. Mau aku angetin dulu."
"Thank you."
"My pleasure."
Tanganku kembali mengelus perut dalam diam. Apakah bayiku nanti akan sangat lahap makan karena dia membuatku makan lebih banyak dari biasanya? Apakah dia akan lebih menyukai jenang ketan dibandingkan brownies karena aku lebih sering makan jenang ketan saat hamil?
Aku tersenyum. Bunda berkata senang memakan jenang ketan saat mengandung aku, tapi aku lebih suka brownies saat tumbuh dewasa. Sepertinya aku tak perlu memikirkan hal ini lebih lanjut karena tak akan menemukan kepastian.
"Kamu Reagan atau Regina?"
Aku terkejut saat mendengar kalimat itu terlontar dari bibirku sendiri. Saat pemeriksaan USG tadi hanya ada satu bentuk oval yang terdeteksi, maka mungkin hanya ada satu janin di dalam rahimku.
Entah bagaimana hatiku terasa hangat. Mungkin aku bisa menyesuaikan diri jika hanya memiliki satu bayi. Oma sudah berkata akan membantu, bukan? Bunda juga sepertinya tak akan membiarkanku melalui ini seorang diri.
Tubuhku bangkit dari bathtub dengan tangan refleks mencari tempat untuk berpegangan. Sepertinya aku harus memasang palang khusus untuk bangkit agar tak ada sesuatu terjadi pada janinku jika tak sengaja terpeleset. Kamar mandi bisa menjadi lokasi kecelakaan jika aku tidak berhati-hati.
Aku keluar kamar setelah mengeringkan tubuh dan berpakaian, lalu menuruni tangga perlahan. Astro sedang berkutat dengan laptop di meja makan saat aku sampai, dengan bento yang sudah dihangatkan di sisi yang lain. Sepertinya dia menungguku karena belum menyentuh makanannya.
Dia menggeser laptop saat aku duduk dan mendekatkan bento ke arahku, "Makan dulu. Abis makan kamu harus tidur. Kerjaan kamu biar aku yang kerjain. Aku udah nelpon om Chandra, pak Simon, sama pak Bruce. Kamu ngurusin workshop sama toko craft aja."
Aku mengangguk sambil mengamit sumpit, "Thank you."
Astro terdiam sambil menatapku. Tangannya yang hampir menyentuh bento miliknya bahkan melayang di udara.
"Kenapa ngeliatin aku begitu? Cepet makan. Nanti keburu dingin lagi."
Astro mengedarkan tatapan ke sekeliling, "Apa aku harus sewa orang buat ngusir setan dari rumah ini?"
Aku menatapnya tak percaya, "Apaan sih?"
"Kamu cuma aku tinggal satu setengah jam, tapi tiba-tiba rela kerjaan kamu aku yang ngerjain. Pasti ada yang beres di rumah ini."
Aku menggeleng perlahan sambil mulai menyuap makanan. Lagi-lagi dia membahas tentang setan. Aku tak mengerti dengan apa yang berada di otak briliannya saat ini.
Astro mengamit daguku dan menatapku lekat, "Kamu istriku kan?"
"Seriously? Emangnya kamu pikir aku siapa? Roro Jongrang?"
Astro menatap tangannya yang sedang menyentuh daguku, "Kamu ga protes?"
Apa gunanya aku protes disentuh olehnya jika saat ini sedang mengandung anaknya?
Sebelum ini aku memang menghindarinya karena tak ingin membuat hasratnya naik dan memaksaku bercinta. Namun yang dia ketahui saat ini aku sedang menstruasi. Dia tak akan memaksaku bercinta. Terlebih anak yang dia inginkan saat ini berada di dalam rahimku. Aku menolak untuk disentuh olehnya pun percuma.
Astro mendekatkan tubuh padaku dan memegangi wajahku dengan kedua tangan. Dia meneliti wajahku seolah aku adalah spesies langka dan tersenyum lebar, "Udah ga masalah aku sentuh kan?"
Aku menggeleng tanpa mengatakan apapun.
Astro mengecup bibirku sekali dan menatapku penuh minat. Lalu mengecup bibirku kedua kali dengan senyum lebar. Kecupannya yang ketiga mendarat di bibirku dengan tatapan penuh cinta, "I love you, Honey."
"I love you too." ujarku dengan wajah dan telinga yang terasa panas. Sepertinya hasratku naik dan tiba-tiba terbayang bagaimana jika kami bercinta dengan janin di dalam rahimku.
Apakah calon bayi kami itu tahu jika orang tuanya sedang bercinta? Apakah dia akan kesakitan? Mungkin akan terasa memalukan karena aku merasa sedang diawasi, bukan?
Astro tertawa sambil memeluk tubuhku erat, tapi aku bisa merasakan bahuku basah. Sepertinya dia menangis karena terlalu bahagia bisa menyentuhku dengan leluasa seperti biasanya.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-