ExtraPart [34]
ExtraPart [34]
Kami pulang ke rumah Ayah untuk menjemput Oma dan mengajak Oma tinggal di rumah peninggalan Opa di Magelang. Ada Rilley dan Jian yang berjaga di sekitar hingga tiba waktunya kami berangkat ke Jerman.
Sepertinya Astro menceritakan tentang ruangan bawah tanah di rumah mahar Oma saat aku sedang mandi. Aku memang lupa memberi tahu Oma tentang itu karena ada banyak hal yang terjadi. Saat aku duduk bergabung di ruang kerja bersama mereka, Astro sedang memberikan kunci akses ke ruang bawah tanah pada Oma.
Oma menatap kunci sebelum menoleh padaku, "Faza ke rumah pohon waktu itu lewat lorong ruang bawah tanah?"
Aku mengangguk tanpa mengatakan apapun. Alih-alih menatap Oma, aku justru mengamit toples berisi keripik kentang yang berada di meja.
Oma menyodorkan kunci itu padaku, "Kalau gitu Faza aja yang simpen. Lagian akses ke ruang bawah tanah itu kan ada di kamar Faza."
Tanganku yang hampir membuka tutup toples terhenti. Aku menatap Astro untuk meminta pendapat, tapi Astro hanya diam. Mungkin memang lebih baik jika aku yang menyimpannya, maka aku menerimanya dan memasukkannya ke saku celana.
"Oma ga mau ngurusin keluarga bapaknya opa. Kalau Faza tiba-tiba pengen nyari informasi tentang mereka, Oma ga akan larang. Oma cuma minta Faza jangan ganggu mereka."
Aku mengangguk sambil membuka toples. Aku memang sudah berniat tak akan mencari tahu tentang keluarga itu karena tak ada gunanya untukku. Lebih baik aku mengurusi semua perusahaan yang dilimpahkan atas namaku dibanding mengurusi keluarga yang bahkan tak pernah menganggap keberadaan Opa.
"Faza mau dibawain jenang ketan buat ke Jerman?"
"Boleh." ujarku sambil mengunyah keripik kentang. Namun tiba-tiba mengutuk diri dalam hati karena baru sana mengatakannya. Oma bisa saja berpikir aku sedang mengandung walau memang benar. "Tapi dikit aja. Ga usah repot-repot bawain Faza banyak makanan."
Oma mengangguk sambil menatap sekeliling ruangan. Entah kenapa Oma terlihat sedih walau aku cukup memaklumi rumah ini memang memiliki kenangan yang tak mungkin Oma lupakan.
Terdengar ketukan di pintu. Astro memberi isyarat padaku dan Oma untuk tetap duduk. Dia lah yang beranjak membukakan pintu dan kembali ke ruang kerja sesaat setelahnya, "Ada tante Ana sama mamanya Zen. Kemarin Astro kirim alamat rumah ini dan bilang kita nginep di sini sebelum berangkat kuliah."
Oma bangkit tanpa mengatakan apapun. Aku hampir saja bertanya untuk apa Astro memberi tahu keberadaan kami pada Bunda dan Mama Zen, tapi membatalkannya karena Astro memberi isyarat padaku untuk mengikutinya.
Aku bangkit sambil menutup toples dan meletakkannya di meja. Sudah terdengar suara orang bercakap di ruang tamu bahkan sebelum aku melangkah keluar dari ruang kerja. Aku bisa menangkap percakapan Oma dan Bunda yang terdengar sangat akrab. Aku merasa sedih karena Oma tak tahu identitas Tante Ana adalah Bunda. Anak yang dikandung dan dibesarkan oleh tangannya sendiri.
Astro mengamit tanganku. Kami berjalan bersisian menuju ruang tamu, lalu menyalami Bunda dan Mama Zen bergantian sebelum duduk bersisian di kursi panjang.
"Kalau bukan Ana yang bilang kalian udah pulang, Mama ga mungkin tau." ujar Mama Zen dengan nada yang terdengar sedikit kesal walau mengatakannya sambil tersenyum. "Maaf ke sini sore-sore di waktu istirahat."
"Ga pa-pa. Oma seneng kedatengan tamu. Makasih kalian mau jauh-jauh ke sini." ujar Oma sambil tersenyum. "Ini rumah peninggalan opa. Faza yang minta nginep di sini sebelum berangkat kuliah beberapa hari lagi."
"Beberapa hari lagi? Bukannya Faza baru pulang?"
"Pulangnya udah lumayan lama kok, Ma. Sebelum nikahan Denada. Maaf ga ngabarin lebih cepet kalau kita udah pulang." ujarku.
"Oh, ya? Zen ga bilang Mama kalau ketemu Faza di nikahan Denada."
Aku menoleh pada Astro yang sejak tadi hanya diam. Namun Astro mengecup dahiku dan tersenyum tipis tanpa mengatakan apapun. Sepertinya dia senang karena Zen tak melapor pada mamanya tentang kepulangan kami. Padahal Zen bertemu denganku di restoran di samping motel sebelum pernikahan Denada diselenggarakan.
"Nanti kabarin Tante kapan kalian berangkat. Tante anter ke bandara." ujar Bunda yang membuatku menoleh padanya.
Aku hanya mengangguk dan menundukkan wajah. Aku belum berani menatap mata Bunda karena khawatir ditagih mengenai kapan aku akan mengaku pada Astro tentang kehamilanku.
"Faza gemukan ya? Mau coba pil diet yang dipakai Liana? Liana turun berat badan 7 kilo loh tahun lalu." ujar Mama Zen.
"Astro ga keberatan kok Faza gemuk. Lebih sexy." ujar Astro tanpa malu-malu.
Aku hampir saja mencubitnya jika tidak menyadari kami sedang berada di hadapan Mama Zen. Namun aku menangkap senyum Bunda dari sudut mataku walau Mama Zen terlihat terkejut.
"Zen jadian sama Tiara ya, Ma? Astro liat mereka di nikahan Denada."
"Iya. Duh, Mama seneng banget. Mama kaget Zen tiba-tiba bawa Tiara ke rumah."
"Semoga langgeng ya, Ma. Kalau Zen nikah nanti kabarin Astro."
"Pasti. Nanti kalian jadi tamu spesial."
Entah kenapa ada sesuatu yang aneh di dalam hatiku setelah mendengar Mama Zen mengatakannya. Aku menatap Mama Zen yang terlihat sangat bahagia, tapi aku merasa sepertinya Zen hanya menjadikan Tiara pelampiasan jika mengingat reaksinya di acara pernikahan Denada. Walau tentu saja itu bukan urusanku. Aku hanya berharap Zen bisa membuka hati untuk wanita dengan tulus.
"Oh, ya, saya ijin ke makam opa kalau boleh." ujar Mama Zen pada Oma dengan hati-hati.
"Boleh, tapi agak jauh kalau dari sini dan cuma bisa jalan kaki." ujar Oma.
"Ga pa-pa. Saya sama Ana ke sana berdua aja. Setelah dari sana nanti kita langsung pulang."
Oma mengangguk tanpa mengatakan apapun lagi.
"Biar Faza temenin. Kalau ke sana jam segini belum terlalu gelap kok." ujarku sambil menatap Bunda karena berpikir Bunda lah yang berniat menjenguk makam Opa, tapi meminta Mama Zen yang mengatakannya karena akan aneh jika Bunda yang meminta izin.
"Jangan. Faza di rumah aja. Ini udah hampir malem. Ga bagus jam segini ke makam." ujar Bunda dengan nada tegas hingga membuatku membeku. Bunda memang tak menyebutkan apapun tentang kehamilanku, tapi aku mengerti dengan jelas maksud kalimatnya.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-