ExtraPart [38]
ExtraPart [38]
Ayah memberi penjelasan dengan sangat meyakinkan melalui telepon bahwa Om Hanum akan sangat menjaga kerahasiaan kondisiku saat ini. Walau harus memberikan salah satu koleksi patung milik Ayah yang sebelumnya berada di rumah peninggalan Kakek Indra pada Om Hanum.
Aku mendapatkan mutterpass (buku berisi semua informasi tentang masa kehamilan). Aku diharuskan mencari Hebamme (seperti bidan) jauh-jauh hari karena Hebamme yang akan membantu mengecek kondisiku dan bayiku setelah melahirkan.
Ayah, Ibu, dan Oma tiba satu setengah bulan setelahnya. Ayah dan Ibu menyewa apartemen yang berada di satu gedung denganku, tepat di depan unit apartemenku. Oma memutuskan tinggal bersama mereka karena tak ingin mengganggu pekerjaan Astro karena kami memakai kamar sebagai ruang kerja.
Oma dan Ibu datang setiap pagi ke unit apartemenku dan baru pulang setelah makan malam. Mereka memasak berbagai makanan dan bercerita tentang pengalaman hamil masing-masing.
Ibu berkata aku memilih pilihan yang tepat saat memutuskan nekat ikut Astro ke negara ini karena merasakan bagaimana ditinggal oleh suami saat sedang hamil dan memiliki suasana hati yang tak menentu. Oma awalnya tidak setuju dengan pendapat Ibu karena seharusnya aku mengakui kehamilanku sebelum berangkat agar tak perlu mengalami penerbangan tiga belas jam saat sedang hamil, tapi akhirnya pasrah karena menyadari kondisiku yang baik-baik saja.
Mereka berhasil membuatku membatalkan melanjutkan pendidikan dan meyakinkanku bahwa pendidikan bisa dilanjutkan setelah melahirkan. Aku tak tahu apakah Astro atau Ayah yang meminta mereka mengatakannya, tapi aku tak memiliki pilihan lain saat melihat dua wanita yang kusayangi sangat mengkhawatirkan keadaanku. Terlebih, setidaknya pekerjaan Astro tak akan bertambah karena aku tetap mengelola Lavender's Craft dan Lauvender Jewelry.
Ayah pulang setelah satu bulan berada di Jerman, meninggalkan Ibu dan Oma tetap berada di sini. Ibu dan Oma akan menemaniku sampai aku melahirkan, sedangkan Ayah akan datang sesekali untuk menjenguk. Tak lama setelah Ayah pulang, Bunda datang.
Oma dan Ibu terlihat sangat terkejut saat kami bertemu Bunda di taman. Aku memang sengaja mengatur pertemuan mereka agar terlihat natural, walau sepertinya rencanaku gagal. Bunda dengan sangat percaya diri menghampiri kami dan berkata sedang mencari inspirasi hingga terdampar Jerman.
Terdampar? Yang benar saja?
Ibu menatap Oma canggung, "Bisa kebetulan banget ya?"
Aku hampir saja tertawa. Namun berhasil mengalihkan perhatian pada seekor anjing yang sedang berjalan-jalan dengan pemiliknya. Tiba-tiba aku memikirkan Denada. Entah bagaimana dia akan mencecarku dengan pertanyaan jika sampai di sini karena aku mengabaikan semua pesan pribadinya sedangkan Kyle sudah sampai di sini sesuai jadwal satu setengah bulan yang lalu.
Oma tersenyum lembut, "Ana tinggal di mana di sini?"
"Dari jalan ini belok kanan. Lurus sebelum perempatan nanti ada apartemen. Saya tinggal di sana sampai tahun depan." ujar Bunda sambil menatap Ibu dan Oma bergantian. "Kalau Faza hamil, kayaknya sih saya bisa bantu-bantu sedikit sebelum pulang."
"Tau ... Faza hamil dari mana?" Ibu bertanya dengan tatapan menyelidik.
"Kaliatan kok." ujar Bunda sambil mengelus perutku. "Udah berapa bulan?"
Aku menatap Ibu untuk berpura-pura meminta pendapat. Bunda pasti tahu berapa usia kandunganku saat ini adalah empat belas minggu tiga hari tanpa aku memberitahukannya karena dia lah yang pertama kali menemaniku menemui dokter kandungan. Astro pun sepertinya paham tak mungkin membahas tentang Bunda yang menemaniku ke dokter kandungan pada siapapun termasuk Ibu.
Ibu terlihat salah tingkah walau segera menguasai diri, "Sekitar empat bulan, tapi ini harusnya rahasia. Pertemuan kita ini juga sebaiknya disimpan jadi rahasia."
Bunda terdiam walau tersenyum pada akhirnya, "Saya jago kok nyimpen rahasia. Saya ga keberatan bikin perjanjian kalau kalian emang butuh itu buat jaga-jaga."
Ibu mengamit tangan Bunda dan tersenyum lebar, "Kalau gitu nanti kita urus perjanjiannya. Boleh saya minta kontaknya? Kita bisa bikin janji ketemu satu atau dua hari lagi, tapi saya usahain secepetnya."
"Boleh, tapi ...." Bunda menatapku sesaat sebelum kembali menatap Ibu, "saya ngefans banget sama Faza. Kalau boleh, saya mau main ke tempat tinggal kalian selama di sini."
Ibu menoleh padaku dan Oma. Oma mengangguk pada Ibu seolah hal ini adalah hal yang biasa saja. Ibu terlihat ragu saat menatapku untuk meminta pendapat.
"Boleh kok, Tante. Sebenernya Faza udah capek jadi mau udahan jalan-jalannya. Tante bisa ikut kita pulang kalau mau." ujarku.
"Bener nih?"
Aku mengangguk, "Boleh kan, Oma?"
Oma mengangguk tanpa mengatakan apapun. Entah apakah karena Oma memang sudah terbiasa dengan keberadaan Bunda selama di Kanada, tapi tak pernah berkomentar lebih mengenai orang yang kami sebut dengan "Tante Ana" itu.
Aku memeluk lengan Ibu karena Ibu masih terlihat ragu, "Ga pa-pa kan, Bu? Kan bagus kalau Ibu akrab. Biar kenal deket sama Tante. Katanya mau bikin perjanjian?"
Ibu mengangguk walau masih terlihat tak yakin, "Kita jalan sekarang aja kalau gitu."
Aku tersenyum sambil menarik Ibu untuk berjalan bersama. Aku meninggalkan Oma dan Bunda beberapa langkah di belakang untuk membiarkan mereka berbincang berdua sambil bicara dengan nada pelan pada Ibu, "Tante itu baik kok. Kyle udah cari tau asal-usulnya jadi aman."
Ibu menghela napas lega, "Bagus deh. Dia yang deket sama mamanya Zen itu kan? Kok bisa sih kalian ketemu dia di Kanada? Ketemu dia juga di sini? Ibu khawatir banget jangan-jangan dia stalker. Kan gawat kalau ternyata dia ember ngasih tau informasi soal keluarga kita ke orang lain."
Aku menoleh ke belakang ke arah Bunda dan tersenyum padanya sebelum kembali menatap ke depan sambil bicara pada Ibu dengan nada pelan, "Faza juga ga ngerti, tapi kalau dari ceritanya Mama Zen sih dia nyentrik gitu. Faza ga keberatan asal dia jaga rahasia. Buktinya yang kita ketemu di Kanada dia ga ember kan?"
"Iya sih." gumam Ibu ragu-ragu.
Aku terdiam sesaat sebelum bicara, "Ibu ... nanti bantu Faza jelasin ke Denada ya. Faza ga buka chat pribadinya sejak dia tau dia harus ikut Kyle ke Jerman. Dia juga belum tau kalau Faza hamil. Dia pasti ngambek deh nanti."
Ibu tertawa, "Mamanya juga kaget banget kok waktu tau ternyata kita ada di sini. Gimana nanti kalau tau Faza hamil ya?"
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-