Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [42]



ExtraPart [42]

1"Aneh banget." ujarku sambil menjauhkan wajah Astro dari tengkukku.     

Astro menatapku dengan tatapan menderita, "Please, Honey. Sekali aja."     

Aku menggeleng gusar, "Aku ngerasa lagi diawasin."     

"Cuekin aja. Dia juga ga liat." ujarnya sambil mengecup dadaku. Hangat napasnya menderu di sana dan membuat hasratku naik.     

Aah, pria ini benar-benar ....     

Aku mengalihkan tatapan ke arah jendela dan memejamkan mata, "Cepet. Aku ga nyaman."     

Astro mengecup bibirku dengan senyum lebar dan memulai penetrasi. Aku memejamkan mata dan berharap ini semua segera berakhir karena merasa aneh sekali. Ada janin yang aktif bergerak sesekali di dalam rahimku, sedangkan Astro sedang sangat berhasrat hingga aku tak tega menolaknya.     

Aku tak berani membuka mata hingga dia mendapatkan kenikmatannya. Aku tahu dia sudah sangat berusaha agar aku merasa nyaman, tapi pikiran bercinta di tengah calon bayi kami yang sedang mengawasi membuatku malu dan salah tingkah. Aku sama sekali tidak menikmati percintaan ini dan merasa sangat lega saat Astro mengakhirinya.     

Aku menghela napas sambil membuka mata. Aku tahu dia kecewa, "Maaf."     

Astro menggeleng pelan sambil menarik selimut untuk menutup tubuh kami. Kemudian mengecup puncak kepalaku, "Thank you, Honey."     

Aku menggumam mengiyakan walau tak yakin kenapa aku melakukannya. Kepalaku berpindah ke lengan Astro dalam sekejap hingga membuatku mendongak untuk menatapnya.     

"I love you."     

"I love you too."     

Astro mengelus wajahku, "Besok kita coba lagi. Kamu harus usaha lebih rileks."     

Aku menatapnya sebal. Andai dia tahu aku juga ingin bercinta dengannya seperti biasa. Aku tak mampu mengabaikan keberadaan janin di dalam rahimku karena dia terus bergerak. Terlebih, perutku sudah semakin bulat dan membuatku tak mampu bergerak leluasa karena khawatir akan keberadaan janinku.     

Usia kandunganku memang masih di trimester kedua, tapi aku justru mulai banyak berpikir yang tidak semestinya. Padahal menurut informasi yang kudapatkan untuk kebanyakan wanita, usia kehamilan ini justru usia yang lebih menyenangkan dibandingkan trimester pertama.     

Astro mengecup dahiku dan bicara dengan bibir bergerak di sana, "Anak kita lahir nanti ada di musim dingin. Kita harus siapin semua perlengkapan jauh-jauh hari."     

Aku menggumam mengiyakan sambil memejamkan mata, "Bunda udah janji mau nyiapin waktu buat bantu belanja perlengkapan bayi. Aku udah nanya Oma sama Ibu mau ikut atau ga. Katanya Oma ngikut aja kapan mau belanja, tapi kayaknya Ibu masih ga terbiasa sama Bunda."     

"Ga pa-pa. Ibu pasti khawatir ada apa-apa."     

"Tapi Ibu udah pegang surat perjanjian. Harusnya itu cukup buat bikin Ibu percaya."     

"Lebih bagus kalau Ibu khawatir, Honey. Itu artinya Ibu peduli."     

Aku membuka mata dan menatap Astro dalam diam. Entah kenapa hatiku tiba-tiba terasa sakit. Selama bertahun-tahun sejak robohnya jembatan yang menewaskan Ayah dan kedua adikku, Bunda tidak peduli pada keberadaanku.     

Aku tahu perasaan ini aneh. Padahal aku tahu alasan Bunda melakukannya. Lagi pula Bunda sudah lebih leluasa mengungkapkan kekhawatirannya sejak kami bertemu. Sepertinya aku memang harus mewaspadai perubahan hormon yang mengubah suasana hatiku menjadi tak menentu. Ugh, aku bahkan tak yakin apakah pikiran-pikiran aneh ini adalah karena ulah hormonku.     

Aku mengelus wajah Astro perlahan sambil mengecup bibirnya. Aku tahu betapa pria ini sudah sangat berusaha. Dia tak pernah melakukan sesuatu dengan setengah hati hingga saat ini.     

Napasnya yang teratur, panjang, dan dalam membuatku mengantuk hingga tertidur entah sejak kapan. Saat aku membuka mata, dia masih memelukku walau sudah terjaga lebih dulu.     

"Mau mandi?" Astro bertanya sambil mengecup dahiku saat aku mengusap mata.     

Aku menggeleng sambil merapatkan tubuh padanya, "Jam berapa?"     

"Jam setengah tujuh. Kamu mau jalan-jalan? Aku bisa nemenin sebelum ke kampus." Astro bertanya sambil memeluk tubuhku seolah aku adalah guling baginya walau perutku yang semakin bulat menghalangi jarak kami.     

"Nanti sore aja. Mau dinner?" ujarku sambil mendongak untuk menatapnya.     

"Dinner di luar?"     

Aku mengangguk, "Kita belum pernah dinner di luar selama di sini. Kita berdua aja. Minta Rilley jaga dari jauh. Biar Kyle bisa pacaran sama Denada. Denada mulai nyebelin belakangan ini."     

Astro mencubit hidungku pelan, "Denada gitu kan gara-gara kamu."     

Aku tersenyum lebar, "Apa kita kasih tau aja kalau Kyle pamanku? Biar dia berhenti cemburu ga jelas."     

"Biar itu jadi urusan Kyle. Kita ga boleh ikut campur."     

Aku menatapnya sebal walau mengangguk. Aku pun bukan tak tahu alasan Kyle menyembunyikan asal-usulnya. Aku hanya tiba-tiba saja merasa Denada berhak mengetahui siapa arti seorang Kyle bagiku.     

"Aku isi bath tub dulu." ujar Astro sambil melepas pelukannya dan bangkit. "Kamu mau susu?"     

Aku menggeleng, "Mau coklat panas aja."     

Astro mengangguk sambil merapatkan selimut untuk menutup tubuhku dan berlalu ke kamar mandi dengan tubuh telanjang, lalu kembali sesaat setelahnya untuk memakai kaos dan boxer selutut yang tergeletak sembarangan di lantai. Dia mengecup dahiku, "Aku ke dapur dulu."     

"Kalau masih ada marsmallow aku mau."     

"Aku liat dulu ya."     

Aku menggumam mengiyakan sambil menatap sosoknya menjauh keluar kamar. Dia membiarkan pintu terbuka dan berlalu ke arah dapur. Bahkan hingga saat ini, saat aku menatap tubuhnya, aku selalu menganggapnya sexy.     

Aku tersenyum seorang diri sambil mengamit handphone di meja kecil di sebelah tempat tidur. Ada banyak pesan yang masuk, tapi aku membuka pesan dari grup Lavender lebih dulu.     

Aku menemukan foto Mayang dan Axelle bersama kedua keluarga di balkon restoran milik Astro. Kakek Arya bahkan berada di sana. Mayang memberi tahu bahwa mereka sepakat akan mengadakan acara pernikahan tiga bulan lagi.     

Aku : Selamat, May. Aku seneng banget kamu resmi jadi calon sepupu iparku.     

Aku tahu di sana saat ini masih tengah malam, tapi Mayang akan membalas pesanku jika dia melihatnya. Aku menghela napas lega sambil menatapi langit-langit kamar. Tiga bulan lagi saat Mayang dan Axelle menikah, aku sedang mempersiapkan kelahiran calon bayiku. Aku tak mungkin pulang.     

Namun Denada mungkin akan pulang. Ugh, aku iri padanya karena bisa datang ke pernikahan Mayang.     

Terdengar ketukan di pintu hingga membuatku menoleh. Bunda sedang berdiri di ambang pintu sambil menggeleng, "Sekarang jam berapa, Sayang?"     

Tubuhku membeku karena ketahuan masih di tempat tidur dengan tubuh telanjang yang tertutup selimut di jam seperti ini. Astro yang muncul sesaat kemudian langsung memberi tatapan meminta maaf walau tak mengatakan apapun.     

Apa yang harus kulakukan? Situasi ini memalukan sekali.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.