Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [30]



ExtraPart [30]

0Entah sudah berapa kecupan mendarat di tubuhku. Astro masih saja mengecupku yang kesekian kali. Kali ini di bahu hingga membuatku mendorong wajahnya menjauh walau sulit karena dia sedang memelukku dari belakang. Jika dia terus bersikap seperti ini aku bisa saja gagal menahan diri.     

"Tidur di kamar sebelah sana."     

Astro menggumam dengan bibir masih menempel di bahuku. Kami sedang berbaring di tempat tidur karena harus segera beristirahat. Alih-alih meletakkan kepalaku di lengannya seperti biasa, dia justru memeluk pinggangku dari belakang dengan kepala sejajar dengan kepalaku.     

"Aku ga bisa tidur kalau kamu begini."     

Astro memeluk lebih erat hingga menekan perutku, "Aku kangen."     

"Jangan kenceng-kenceng." ujarku sambil mencoba melonggarkan pelukannya dari perutku karena khawatir janinku merasa sakit, tapi pelukannya erat sekali hingga aku mencubitnya kencang agar dia melepasku.     

Astro mengaduh sambil melonggarkan pelukan hingga aku bisa melepaskan diri saat dia lengah.     

Aku bangkit sambil mengamit bantal dan menatapnya sebal, "Aku tidur di kamar sebelah. Kamu ga boleh ikut."     

Astro ikut bangkit, "Seriously?"     

Aku mengabaikannya dan berusaha berjalan cepat ke kamar sebelah, tapi Astro berhasil menyamai langkahku saat aku baru saja melewati pintu kamar kami. Dia bahkan tersenyum lebar seperti anak kecil yang sedang sengaja berulah untuk mendapatkan perhatian.     

Aku menghela napas pelan dan langsung berbalik arah untuk kembali memasuki kamar, lalu mengunci pintu dengan cepat. Untunglah sepertinya Astro tak menyangka aku akan melakukannya.     

"Honey, please."     

"Kamu tidur di kamar sebelah. Jangan berisik. Aku mau tidur." ujarku sambil kembali naik ke tempat tidur.     

Tak ada suara dari luar sana. Aku hampir saja bernapas lega, tapi tiba-tiba berpikir bagaimana jika dia nekat tidur di lantai di depan pintu.     

Aku duduk dan mengambil laptop yang berada di meja kecil di sebelah tempat tidur saat menyadari bisa melihat gerak-geriknya dari CCTV. Kemudian segera mengakses rekaman dan menemukan Astro masih berdiri menghadap pintu kamar. Tak lama, dia beranjak menuju studio dan kembali keluar dengan laptop dan tumpukan berkas di kedua lengannya. Langkahnya berlanjut ke atap dan berhenti saat duduk di sofa. Sepertinya dia akan bekerja di sana.     

Aku merebahkan tubuh di tempat tidur dan mengelus perut sambil menatapi Astro dari layar laptop yang kuletakkan sejajar dengan kepalaku. Betapa pria itu sangat gila bekerja hingga membuatku membayangkan janin di rahimku ini akan menjadi sepertinya.     

Aku memang tak tahu janin ini nanti berjenis kelamin apa. Namun jika Astro bisa mengajakku mengikuti ritme kerja yang sama sepertinya, dia juga pasti mampu membuat anak kami nanti memiliki ritme kerja yang serupa.     

Entah aku tertidur jam berapa karena tak menyadari jam yang berada di sudut laptop saat terlelap. Yang kuingat sebelum mataku terpejam adalah Astro masih berkutat di atap dan tanganku masih mengelus perut perlahan. Laptop di hadapanku sudah dalam keadaan mati saat aku membuka mata.     

Aku beranjak dari tempat tidur, lalu mengisi daya baterai laptop di meja sebelum melangkah ke kamar mandi. Keramas menggunakan sampo baru tiba-tiba membuatku merasa asing. Kenapa aku mengganti sampo beraroma green tea dengan sampo ini? Aku memang menyukai aromanya, aku hanya tiba-tiba merasa aneh karena mengganti sampo.     

Tak mengherankan kenapa Astro terlihat bingung saat aku membeli sampo ini. Kami sudah memakai sampo beraroma green tea yang sama selama bertahun-tahun. Mungkin itu juga yang membuat Ibu akhirnya menyadari aku sedang hamil.     

Aah, bagaimana dengan Ibu? Astro pasti sudah memberi tahu Ibu setelah aku memberi tahu Astro bahwa aku menstruasi beberapa hari lalu. Walau sebetulnya saat itu aku sedang mengalami flek karena kelelahan, tapi aku belum memberi tahu Astro tentang kehamilan yang membuatku mengalami flek.     

Aku menghela napas dan mandi dengan cepat, lalu berpakaian sebelum keluar kamar. Langkahku menuju kamar di sebelah, tapi Astro tak ada di sana hingga aku melanjutkan langkah menuju atap.     

Yang benar saja? Semalam dia tidur di sini?     

Aku menghampiri Astro yang tidur meringkuk di sofa. Aku hampir saja membangunkannya, tapi dia terlihat tidur sangat lelap hingga membuatku tak tega.     

Aku duduk di lantai menghadap ke arahnya dan menatapinya dalam diam. Dia tampan sekali. Wajahnya saat tidur dan terjaga tak jauh berbeda.     

Tanganku menyentuh rambut di ujung dahinya yang mulai panjang. Sepertinya aku akan mengajak Astro mencukur rambut sebelum kami berangkat ke Jerman. Walau dia tetap terlihat tampan dengan gaya rambut apapun.     

Astro mengamit tanganku dan mengecupnya sambil tersenyum. Matanya masih terpejam. Sepertinya dia masih sangat mengantuk, tapi menyadari keberadaanku saat aku menyentuh rambutnya.     

"Kenapa ga tidur di kamar?"     

Astro hanya menggumam sambil mengecup tanganku.     

"Kalau masuk angin gimana? Katanya mau bantu aku ngurus tiga perusahaan."     

"Aku kuat kok."     

Aku menggeleng pelan, "Sarapannya delivery aja ya. Kamu mandi sana. Bau."     

Astro membuka mata dan menatapku dengan tatapan sayu khas bangun tidur, "Pengennya makan kamu."     

Aah, pria ini benar-benar ....     

Aku mendengkus kesal sambil mencubit pipinya, "Ga usah ngomong macem-macem. Sana mandi."     

Astro bicara dengan bibir menempel di tanganku, "Kamu selesai 'dapet' empat hari lagi kan? Kita udah pulang dari Lombok. Kita ke hotel dulu sebentar ya. Kamar di rumah Oma kan ga kedap suara. Kamu juga takut masuk kamar yang di rumah Ayah."     

Bulu halusku meremang. Aku tahu dengan jelas apa maksud kalimatnya, "Aku masih ga mau making love. Aku takut."     

"Please. Aku ga akan kasar."     

"Tapi kamu maksa. Aku ga mau." ujarku sambil menarik tangan lepas dari genggamannya dan bangkit. "Kamu harus mandi. Aku pesen delivery dulu. Kita cuma sampai sore di sini sebelum berangkat ke Lombok. Aku ga mau buang waktu."     

Astro menghela napas dengan tatapan menyayangkan saat aku menjauh. Akan lebih baik jika aku mengabaikannya. Aku memang sedang mengandung anaknya, tapi waktu kami di negara ini hanya sekitar seminggu lagi. Terlebih, aku berniat memberitahunya tentang kehamilan ini setelah sampai di Jerman nanti.     

Aku mengamit handphone dari meja saat sampai di kamar. Sudah ada banyak pesan di sana, tapi aku membuka pesan dari grup Lavender lebih dulu. Ada banyak foto kiriman Denada. Aku tersenyum saat membuka foto satu-persatu. Denada dan Kyle terlihat sangat bahagia, tapi tiba-tiba hatiku terasa disengat sesuatu tak berwujud.     

Seharusnya aku dan Astro juga bahagia, bukan? Kenapa kami justru memiliki jarak di usia pernikahan yang sudah lebih dari lima tahun ini?     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.