ExtraPart [25]
ExtraPart [25]
Melihat mereka sangat bahagia membuatku tersenyum sejak pagi. Aku bahkan tak perlu berpura-pura memasang ekspresi bahagia walau sedang berada di sekitar Astro, hingga sepertinya membuatnya berani mengecup dahiku berkali-kali walau perjanjian kami semalam hanyalah saling menggenggam tangan dan memeluk pinggang.
Hampir semua kolega kami datang di acara ini. Termasuk rekan pengawal Kyle yang tak diketahui oleh keluarga Denada. Namun mereka memberi salam dengan anggukan kepala padaku dan Astro jika bertemu.
Sebetulnya, semalam aku meminta Rilley dan Jian untuk membantu mengamankan acara tanpa sepengetahuan keluarga Denada. Walau sejauh ini acara berjalan baik-baik saja, kuharap mereka masih berjaga jika tiba-tiba terjadi sesuatu.
Tadi pagi, setelah acara ijab kabul dilaksanakan aku sudah memberi dua lagu sebagai hadiah untuk mereka. Aku juga memberikan kado pernikahan secara langsung dan berpesan pada Kyle untuk menjaga sahabatku dengan baik.
Sepanjang hari kuhabiskan dengan hilir mudik membantu yang bisa kulakukan. Namun sekarang kakiku sudah terasa lelah untuk berdiri hingga memutuskan untuk duduk di area makan keluarga sambil memakan penganan. Padahal acara masih harus berlangsung dua jam lagi.
"Mau ke restroom aja?" Astro yang entah datang dari mana tiba-tiba bertanya saat aku akan menyuap puding.
Aku menggeleng. Walau sepertinya aku akan langsung tidur setelah sampai di rumah Oma. Tumitku terasa sakit. Perutku juga nyeri walau hanya sesekali.
Tadi pagi aku menemukan hal yang aneh saat sedang mandi. Tak ada darah di pembalut walau aku tetap memakai pembalut baru setelah mandi. Jika tak ada darah di pembalutku lagi hingga besok, sepertinya aku akan ke dokter seorang diri.
Astro menyodorkan handphone miliknya. Ada percakapan antara dia dengan Bunda. Bunda bertanya kenapa belum menerima kabar dariku setelah seminggu berselang.
"Ga mungkin ketemu juga kan? Kita mau ke Surabaya besok." ujarku sambil memasukkan suapan puding yang lain ke mulut.
"Kita bisa mampir ke Jogja. Kan kita bawa mobil."
Aku terdiam sesaat sebelum mengangguk, "Ibu gimana? Ibu kan ikut."
"Ibu ga ikut. Nanti baru dateng ke Surabaya kalau kita mau ke Lombok."
Begitukah? Bukankah itu berarti aku hanya akan berdua dengan Astro ke Surabaya? Lalu apa gunanya Ibu menawariku tidur berdua di Lombok jika membiarkanku tidur berdua dengan Astro di Surabaya lebih dulu?
Aku menggigit ujung sendok sambil menatap Astro yang terlihat tampan dengan setelan jas maroonnya, lalu berusaha meneliti detakan jantungku yang sepertinya terasa berbeda. Apakah aku sedang terpesona?
Astro mengamit tisu dari meja dan mengelap ujung bibirku, "Mau pulang?"
Aku menggeleng sambil melepas sendok dari mulut, "Nanti aja kalau acaranya selesai. Aku ga enak kalau pulang duluan, tapi kayaknya mau di sini aja sampai acara selesai. Perutku nyeri."
Astro mengelus perutku, "Nanti kita ke dokter dulu sebelum pulang. Mungkin dokter bisa ngasih obat nyeri."
"Ga usah."
"Kenapa ga?"
"Aku mau tidur. Capek."
Astro menatapku dalam diam. Dia mengelus rambut di ujung dahiku dan merapatkan kursi agar bisa memeluk pinggangku.
"Kayaknya berat badanku naik lagi. Aku ga mungkin diet sebelum berangkat kuliah karena kita masih harus bolak-balik keluar kota. Nanti bantu aku cari gym yang bagus kalau udah sampai di sana." ujarku yang sengaja tak menyebut Jerman dengan jelas. Kuharap dia mengerti maksudku.
"Aku ga keberatan kamu gemuk." ujar Astro sambil menatap ke arah pelaminan.
Kami sudah berdebat tentang ini ratusan kali dan aku tak berminat mendebatnya lagi. Aku akan mengabaikannya agar tak perlu terlihat sedang memiliki masalah dengannya.
Aku mengikuti arah matanya dan menemukan Zen sedang berbincang dengan Denada di pelaminan. Sepertinya Zen baru datang karena aku tak melihatnya sejak pagi. Namun kali ini ada yang menarik perhatianku. Dia datang bersama seorang wanita. Entah siapa.
"Itu Tiara." ujar Astro hingga membuatku menoleh padanya.
"Oh, ya?"
Astro menatapku dengan senyum menggodanya yang biasa, "Kita doain mereka jodoh biar dia ga perlu ganggu kamu lagi."
Aku menatapnya tak percaya. Setelah sekian tahun dia masih saja ....
Astro mengecup bibirku dan melepasku dalam sedetik waktu yang terlewat. Wajahnya merona merah sekali dan tiba-tiba menatapku dengan tatapan sangat bersalah, "Maaf aku ga bisa nahan diri. Kamu cantik banget."
Wajah dan telingaku terasa panas. Sepertinya wajahku juga memerah sama sepertinya. Namun aku tak sanggup menatapnya hingga mengalihkan tatapan ke arah pelaminan. Sialnya tatapanku bertemu dengan Zen. Sepertinya dia melihat Astro mengecupku sesaat lalu karena ekspresinya terlihat tegang.
Aku menundukkan wajah dan menatapi mangkuk berisi puding di hadapanku, lalu mulai menyendok puding untuk kumasukkan ke dalam mulut. Aku sedang berada di area makan keluarga, maka seharusnya Zen tak akan berani menghampiriku.
Entah berapa lama aku berkutat dengan diriku sendiri dengan makan sekian banyak jenis penganan saat Mayang duduk di sebelahku. Mayang membawa buket bunga yang seharusnya dilempar oleh Denada di acara lempar bunga.
"Aku yang dapet, Faza." ujar Mayang dengan wajah frustrasi.
Aku tersenyum, "Bagus kan? Kamu nikah sebentar lagi."
"Jodohnya aja belum ada. Mama bisa minta aku pacaran kalau tau aku yang dapet bunganya. Kamu aja yang pegang nih. Untung mama lagi di toilet pas acara lempar bunga." ujar Mayang sambil meletakkan buket bunga di pangkuanku.
"Ga mungkin aku yang simpen." ujarku sambil meletakkan buket bunga di meja. "Aneh banget masa aku yang dapet buket bunganya? Lagian kayaknya Denada sengaja biar kamu nikah juga."
"Pasti. Ini pasti Denada niat banget ngasih ke aku. Liat deh, itu yang ngarep dapet bunga banyak banget. Kenapa ga mereka aja coba yang dapet?" ujar Mayang sambil menatap ke arah sekumpulan wanita yang terlihat kecewa di sudut yang lain.
"Berarti bunganya rejeki kamu. Oh, ya, aku belum buka chat kamu. Siapa nama orang yang kamu suka itu? Nanti aku coba cari."
"Axelle Pramadana." ujar Mayang dengan wajah berseri. "Dia lebih tua dari aku, tapi aku ga tau selisih umur kita berapa."
Aku menoleh untuk menatap Astro, lalu kami saling tersenyum. Sepertinya kami tak perlu repot-repot melakukan apapun agar hubungan Mayang dan Axelle berjalan sempurna. Axelle pasti akan sangat senang jika tahu Mayang menyukainya.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-