ExtraPart [43]
ExtraPart [43]
Namun Bunda memang lebih sering datang walau hanya untuk menemaniku sarapan. Bunda beralasan pada Oma dan Ibu bahwa dia sedang memiliki banyak waktu jika mereka mendapati Bunda sudah berada di unit apartemenku lebih dulu dibanding Oma dan Ibu.
Kami mencari berbagai perlengkapan bayi di hari libur. Astro, Kyle, dan Denada ikut menemani hingga mereka mungkin akan terlihat seperti sekelompok orang asing yang sedang mengawal seorang ibu hamil berbelanja. Untunglah Jian yang mengikuti kami dari jauh tak akan terhitung sebagai satu orang tambahan yang berada di kelompok ini.
Denada berkali-kali datang padaku dan Kyle yang sedang kupeluk lengannya setelah menemukan berbagai pakaian dan mainan lucu hingga aku menggodanya dengan memberi saran untuk mempercepat rencana kehamilannya karena dia terlihat sangat antusias. Namun dia akan menatapku sebal jika aku mulai mengoceh tentang kehamilannya, walau sepertinya dia lelah untuk merespon godaanku pada akhirnya dan mengabaikan semua yang kukatakan.
"Tante, nanti kalau aku hamil bantu aku cari perlengkapan bayi ya." ujar Denada pada Bunda setelah kami selesai dengan makanan masing-masing di sebuah restoran. "Selera Tante bagus. Pinter nyari harga juga."
"Katanya ga mau hamil dulu?" ujarku untuk menggodanya lagi.
Bunda menatapku dengan tatapan peringatan yang hampir tak terdeteksi walau segera menatap Denada dengan senyum lembut, "Chat Tante aja ya. Nanti Tante cari waktu."
"Bener ya? Kayaknya seru kalau nanti Tante kenalan sama mamaku." ujar Denada dengan mata berbinar.
"Jadi ga sabar mau kenalan sama mamanya Denada."
Aku menatap keduanya sebal walau tak mengatakan apapun. Tatapanku beralih pada Kyle yang duduk di sebelah Denada dan tersenyum padanya karena dia sudah sangat sabar menghadapi sikapku sepanjang hari yang masih sering menempel padanya hingga beberapa staf yang membantu memilih perlengkapan bayi merasa bingung siapa suamiku sebenarnya.
"Nona mau pulang sekarang?" Kyle bertanya.
"Nanti dulu. Aku kenyang banget. Kalau kalian mau pulang duluan ga pa-pa." ujarku sambil menoleh untuk menatap Denada. "Sorry udah nyulik suami kamu seharian buat aku peluk."
Denada menggeleng pelan sambil menghela napas, "Aku harus sabar sama ibu hamil."
Aku tersenyum lebar sambil memeluk lengan Astro yang duduk di sisiku dan menyandarkan kepala di bahunya. Astro mengelus kepalaku dan mengecup dahiku dengan senyum menggoda tanpa mengatakan apapun. Di dalam hati aku merasa kasihan padanya karena dia hanya menjadi pengawalku sepanjang hari, tapi aku tak mungkin membahasnya di sini. Aku akan meminta maaf setelah sampai di apartemen.
"Kita pulang yuk. Faza udah sadar kalau dia punya suami sendiri." ujar Denada pada Kyle dengan senyum yang terlihat sangat cantik.
Kyle menatapku, "Nona yakin?"
Aku mengangguk, "Sana pulang. Nanti kabarin aku kalau udah di apartemen."
Denada menatapku sebal, "Nanti aku yang ngabarin."
Aku tarsenyum lebar, "Posesif."
"Bawel!"
Bunda menggeleng pelan padaku sambil bangkit, "Tante juga pulang ya. Maaf banyak ngerepotin."
"Ga ngerepotin kok. Makasih banyak bantuannya." ujar Oma. "Ana lagi pengen makan apa? Nanti Oma coba bikin. Buat ucapan terima kasih karena udah mau nemenin Faza padahal kerjaannya pasti banyak."
Bunda tersenyum lembut, "Saya suka rendang sama sambel goreng hati, tapi nyari bumbunya di sini pasti susah. Oma bikin apa aja saya ga masalah kok."
Oma terdiam dengan raut sedih walau entah bagaimana tersenyum sesaat setelahnya, "Coba nanti Oma cari bumbunya. Kalau dapet nanti Oma bikin, tapi kalau ga dapet Oma bikinin apa aja ya."
Bunda mengangguk dan menoleh pada semua orang, "Saya pamit ya."
"Hati-hati, Tante. Makasih udah nyempetin waktu." ujarku sambil bangkit untuk menyalami dan mencium tangannya.
Bunda mengangguk sambil mengelus wajahku, "Jangan pulang terlalu malem ya."
Aku mengangguk sambil menahan diri untuk tidak memeluknya. Bagaimana pun aku harus menjaga sikap agar Oma dan Ibu tidak terlalu curiga pada interaksi kami.
Kyle, Denada, dan Bunda meninggalkan kami di restoran sesaat setelahnya. Bunda dan Denada sepertinya membicarakan sesuatu di perjalanan mereka keluar restoran. Andai Denada tahu yang sedang berbincang dengannya adalah Bundaku, mungkin dia akan menganggapku membohonginya lagi walau itu bukanlah keinginanku dan ini terasa menyebalkan.
"Kalian mau pulang jam berapa?" Ibu bertanya.
"Sebentar lagi ya. Perut Faza penuh banget rasanya."
Ibu mengangguk dan menatap Oma, "Oma mau pesen dessert lagi?"
"Ga usah. Oma makan sedikit aja udah kenyang."
Ibu mengangguk dan menoleh pada Astro dengan tatapan tak yakin, "Kamu yakin udah nyari tau asal-usulnya Ana itu siapa? Ibu kok masih ngerasa aneh."
"Udah, Bu. Kyle yang nyari info dibantu Axe. Kalau ga yakin Kyle ga mungkin tenang-tenang aja ada tante Ana di sekitar kita."
"Coba cari tau lagi."
Aah ....
"Emang menurut Ibu anehnya gimana?" aku bertanya dengan sangat hati-hati.
"Gimana ya?" ujar Ibu sambil menoleh pada Oma.
Oma tersenyum lembut pada Ibu, "Ga usah dibahas aja. Kalau emang Kyle yang nyari informasi mungkin emang ga pa-pa."
Susuatu yang dingin mengalir di dadaku hingga membuatku terdiam. Aku menoleh untuk menatap Astro karena berharap dia akan memberi alasan yang lebih masuk akal. Namun dia justru mengecup dahiku dengan lembut tanpa mengatakan apapun.
"Coba nanti Nia nanya Axe." ujar Ibu yang membuatku menoleh padanya. Ibu menggenggam tangan Oma seolah sedang memberikan dukungan moral atau semacamnya.
Oma mengangguk tanpa mengatakan apapun, "Oma ikut keputusan Nia aja."
"Oma curiga juga sama Tante Ana? Faza pikir Oma biasa aja. Kita kan udah kenal Tante Ana lama dari kita masih di Kanada." ujarku yang entah bagaimana tiba-tiba saja merasa terganggu dengan interaksi Oma dan Ibu yang aneh.
"Bukan curiga." ujar Oma sambil menghela napas. "Oma cuma tiba-tiba ngerasa deket."
"Kita kan emang deket."
"Bukan gitu." ujar Ibu gusar. "Dia aneh. Kayak tau banget soal Faza. Dia juga bikin resep-resep yang jarang orang tau."
Aku menatap Ibu bingung, "Resep?"
"Inget waktu dia bikin smoothies seledri alpukat mint campur apa gitu waktu itu buat sarapan Faza? Ibu ga tau resep aslinya apa, tapi kata Oma, Ana pernah bikin itu waktu hamil Fara."
Tunggu sebentar ....
Oma menghela napas pelan, "Oma belakangan ini kepikiran bundanya Faza. Apalagi nama panggilan mereka sama."
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-