Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [44]



ExtraPart [44]

3Astro bersikeras tak akan membiarkan identitas Bunda terbongkar. Dia bahkan menelepon Axelle setelah sampai di apartemen agar merahasiakan identitas Bunda dari siapapun yang bertanya dan meminta Axelle menyembunyikan semua data yang mungkin mencurigakan.     

Bunda sudah diberi tahu tentang kecurigaan Oma, tapi dari reaksinya sepertinya Bunda menganggapnya seolah tak ada sesuatu yang terjadi. Aku sempat bertanya apakah Bunda sengaja membuat resep-resep khusus itu untuk menunjukkan identitas pada Oma, tapi Bunda menyangkal.     

Di waktu lain saat Bunda datang berkunjung, Bunda bersikap biasa saja pada Oma dan Ibu. Walau sepertinya sikap Oma berubah menjadi jauh lebih lembut pada Bunda. Di lain pihak, sepertinya Ibu akan membiarkan interaksi mereka tanpa membahas apapun lagi tentang hal-hal yang menurutnya aneh dari sikap Bunda.     

Aku memang berharap Oma tahu siapa Bunda sebenarnya, tapi Astro meyakinkanku bahwa sebaiknya identitas Bunda tetap menjadi rahasia. Dia khawatir jika Oma tak mampu menahan perasaan hingga membuat Oma sakit. Bagaimana pun Bunda sudah melindungi identitas itu selama bertahun-tahun.     

Keluarga Pranoto memang tak mungkin mengincar Bunda lagi karena Djoko Pranoto sudah meninggal beberapa tahun lalu saat kami masih berada di Kanada. Donny juga memiliki perjanjian dengan Opa untuk melindungiku dan keturunanku dalam seumur hidupnya. Namun membeberkan identitas Bunda mungkin akan memancing musuh lain karena kami masih tak tahu dengan apa yang berada di pikiran Om Hubert jika tahu Bunda masih hidup.     

Tiba-tiba saja aku merasa bersyukur karena tak ada yang mengganggu kami sejak pindah ke Kanada. Kuharap setelah ini pun kami akan tetap hidup tenang hingga bisa fokus pada bisnis, pekerjaan, keluarga, dan kolega.     

Saat musim dingin tiba aku lebih banyak bertanya dan berkonsultasi tentang kehamilan dan persalinan pada Fauenarzt jika tiba waktunya kami ke rumah sakit. Kami juga melakukan pemeriksaan USG ulang untuk mengetahui jenis kelamin bayi di dalam rahimku sekali lagi. Namun hasilnya tetap sama, yaitu laki-laki.     

Astro sangat senang saat jenis kelamin calon bayi kami terkonfirmasi sekali lagi. Entah apakah dia memang sangat menginginkan bayi laki-laki. Padahal kami sudah membeli perlengkapan bayi jauh-jauh hari walau sengaja memilih warna netral untuk berjaga-jaga jika bayi yang lahir nanti adalah perempuan.     

Dia lebih sering mengajak calon bayinya bicara menjelang tidur dan membacakan buku cerita jika memiliki waktu. Walau tentu saja dia akan membiarkanku melanjutkan tidur sementara dia menyelesaikan pekerjaan dan disertasinya saat tengah malam tiba. Jika aku terbangun karena perutku mulai terasa tak nyaman, dia akan berpindah ke kamar dan mengerjakan semuanya sambil membiarkanku merebahkan kepala di pangkuannya.     

Sore hari di tengah turunnya salju yang tak terlalu lebat, Denada datang ke unit apartemenku dan memohon untuk memberi Kyle cuti agar bisa menemaninya pulang karena ingin datang ke acara pernikahan Mayang dan Axelle. Dia bahkan berkata akan segera kembali ke negara ini dengan membawa banyak jenang ketan setelah acara pernikahan Mayang selesai.     

Aku menatapnya sendu, "Aku juga mau ikut."     

"Kamu lagi hamil gede, Faza. Ga mungkin ikut pulang." ujar Denada dengan tatapan bersalah.     

"Kamu tega biarin aku di sini sendiri?"     

"Kamu ga sendirian. Kan ada Oma."     

Aku menghela napas sambil menatap Kyle yang sudah kulepas dan kubiarkan duduk di sisi Denada sejak setengah jam lalu, "Kalau aku butuh kamu gimana?"     

Kyle terdiam.     

"Cuma lima hari, Faza. Lagian kita cuma ke nikahan Mayang, trus balik ke sini lagi." ujar Denada yang mulai gusar.     

Aku masih menatapi Kyle yang sepertinya akan menyerahkan keputusan padaku, "Janji langsung ke sini ya."     

"Aku janji." ujar Denada dengan nada menuntut.     

Sebetulnya aku merasa tak enak hati pada Denada karena harus memohon dan memaksa seperti ini. Andai Kyle bukan pengawalku dan sudah berjanji akan terus berada di sisiku, juga andai Kyle bukanlah pamanku, mungkin aku akan melepasnya pergi tanpa beban.     

Aku pun tak mengerti dengan perasaanku sendiri. Kenapa memasuki trimester terakhir aku justru semakin menempel pada Kyle. Aku bisa mengerti jika Denada merasa sangat terganggu dengan sikapku yang memang terlihat kekanakan.     

Aku menelan semua kalimat yang memungkinkanku mengakui Kyle adalah pamanku di depan Denada. Astro benar saat berkata kami tak seharusnya ikut campur dalam hubungan pernikahan mereka, tapi ini sulit sekali.     

"Tolong ke makam Ayah dulu kalau sampai." ujarku pada akhirnya sambil menatap Kyle setelah keheningan yang terasa selamanya. "Tanam lavender baru kalau yang lama udah rusak. Bilang Ayah nanti aku bawa cucu kalau pulang. Tolong urusin makam Fara sama Danar sekalian."     

"Baik." ujar Kyle dengan tatapan yang tiba-tiba sendu.     

Aku mengalihkan tatapan ke dinding yang terpasang fotoku bersama Ayah, Bunda, dan kedua adikku. Pak Ilham memang masih setia menjaga makam, tapi aku ingin Kyle menjenguk kakaknya yang berbeda ibu itu. Setidaknya aku bisa memintanya mewakiliku untuk menjenguk mereka untuk sementara.     

"Perlu Kyle mampir ke Bogor? Mungkin ada barang yang mau Nona ambil."     

Aku menoleh kembali padanya dan menggeleng, "Ga perlu. Nanti aku usahain minta Astro kasih cuti seminggu."     

"Empat hari cukup, Nona." ujar Kyle walau segera mendapat tatapan tak percaya dari Denada yang sepertinya akan protes.     

"Kalian harus lebih sering berdua. Nanti aku kabarin kalau Astro udah kasih keputusan. Aku titip salam sama kado buat Mayang. Tolong sampaiin maaf karena aku ga bisa dateng. Aku pengen banget, tapi ... emang ga mungkin." ujarku yang merasa pasrah pada akhirnya.     

"Sorry, Faza." ujar Denada yang tiba-tiba terlihat bersalah walau sepertinya dia senang karena aku akan mengusahakan cuti Kyle lebih lama.     

"Ga pa-pa. Aku yang harus minta maaf karena sering bikin kamu kesel selama hamil. Aku sendiri ga ngerti kenapa sikapku begini. Mungkin emang bawaan bayi." ujarku sambil mengelus perut dan berusaha tersenyum walau terasa aneh. "Maafin calon cucu ini ya."     

"Calon cucu apanya? Itu calon keponakanku." ujar Denada bingung.     

Aku menaikkan bahu sambil menatap Kyle, "Jaga sahabatku baik-baik. Langsung ke sini kalau cuti kamu abis. Astro bisa ngamuk kalau kalian telat."     

"Baik." ujar Kyle dengan senyum menawan.     

Aah, aku merindukan senyuman itu. Kyle memang banyak berubah untuk mendapatkan hati keluarga Denada hingga jarang tersenyum seperti itu.     

"Sampaiin salam buat Mama sama Papa. Nanti aku titip oleh-oleh." ujarku sambil menatap Denada.     

Denada mengangguk dengan senyum lebar, "Aku tagih cuti seminggu buat Kyle. Kamu ga boleh tiba-tiba minta dia dateng kalau cutinya belum abis."     

Aku mengangguk tanpa mengatakan apapun. Mungkin memang sudah saatnya aku belajar mengendalikan keinginan calon bayiku ini. Dia sudah cukup bertingkah selama berbulan-bulan dan sekarang saatnya kami fokus pada proses persalinan.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.