Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [45]



ExtraPart [45]

1Senam kegel yang kulakukan teratur sejak awal trimester akhir membuat tubuhku terasa lebih baik dan tidurku terasa lebih nyenyak. Aku memang hanya melakukannya di rumah dengan pengawasan instruktur secara online, tapi aku sangat berharap senam itu akan membantu melancarkan persalinanku nanti.     

Ibu ikut pulang bersama Denada dan Kyle untuk menghadiri acara pernikahan Mayang dan Axelle hingga membuat Oma tinggal seorang diri di unit apartemen di depan unit apartemenku. Sebetulnya aku bisa saja meminta Oma menginap di unit apartemenku dan tidur sekamar denganku, tapi aku khawatir Oma justru akan merasa terganggu dengan aktivitas Astro yang selalu bekerja tengah malam. Terlebih, kamar yang dipakai untuk ruang kerja sudah diubah menjadi kamar bayi.     

Itu sebabnya aku berinisiatif meminta Bunda menemani Oma selama seminggu sebelum Ibu kembali bersama Denada dan Kyle. Awalnya Bunda menolak, tapi aku memaksa karena aku tak mungkin menemani Oma di sana karena Astro membutuhkanku. Sedangkan Oma, seperti biasa, menerima saja apapun keputusan yang kubuat.     

Hari pertama Bunda menginap sepertinya Oma masih merasa canggung. Namun hari kedua, Oma sudah mulai terlihat terbiasa. Aku selalu mencoba memperhatikan interaksi mereka dalam diam saat tiba waktunya kami berkumpul bersama.     

Aku sangat berharap, entah bagaimana caranya Bunda akan mengakui bahwa dia adalah anak Oma satu-satunya yang menyembunyikan diri sejak bertahun lalu. Namun sepertinya harapanku hanyalah harapan semu karena Bunda bersikap seolah tak ada sesuatu yang terjadi.     

"Saya tadi mampir beli benang wol sama alat rajut. Benang sama warnanya bagus-bagus." ujar Bunda sambil meletakkan dua paper bag besar di meja ruang tamu sebelum menyalami Oma dan mencium tangannya di sore hari ketiga.     

Oma tersenyum lembut, "Ana mau bikin apa? Kok belinya banyak banget?"     

Bunda mengusap kepalaku setelah aku menyalami dan mencium tangannya, "Sebenernya saya mau ngajak Oma bikin perlengkapan bayi. Faza pernah bilang katanya Oma suka ngerajut, tapi ... maaf kalau lancang, saya ga liat ada perlengkapan ngerajut di sini dari kemarin."     

Oma mengangguk pelan dengan senyum masih menghiasi bibirnya, "Oma ga tau beli perlengkapan ngerajut di mana selama di sini."     

"Oma kenapa ga bilang kalau mau ngerajut? Faza kan bisa minta Astro nyari." ujarku setelah menelan potongan apel.     

"Ga usah. Astro kan sibuk kuliah sama kerja. Kerjaan Faza juga Astro yang pegang." ujar Oma sambil memindahkan potongan apel ke mangkuk kecil dan menyodorkannya pada Bunda. "Makan buah dulu."     

"Makasih." ujar Bunda sambil duduk di sebelah Oma. "Kalau Oma mau jalan-jalan ke pasar saya bisa nemenin. Ada area yang mungkin belum pernah Oma datengin yang jual perlengkapan kerajinan."     

Oma terdiam dengan mata berkaca-kaca walau entah kenapa tiba-tiba saja menatap Bunda dengan tatapan sendu, "Ga usah. Oma udah tua. Udah ga kuat jalan-jalan di pasar terlalu lama. Kalau Ana ada waktu, ajak Faza jalan-jalan aja. Ibu hamil harus sering jalan biar lahiran nanti gampang."     

"Faza teratur latihan senam kegel kok. Kalau jalan-jalan ke luar makan waktu. Apalagi musim dingin. Oma aja jalan-jalan sama Tante berdua. Nanti kalau capek kan bisa istirahat dulu di kafe sambil ngemil." ujarku.     

Oma hanya tersenyum lembut tanpa mengatakan apapun hingga membuatku menatap Bunda. Aku merasa sebal dengan interaksi ini. Mereka seharusnya bisa berinteraksi lebih hangat andai saja Oma tahu siapa Bunda sebenarnya.     

"Tante, Faza lagi pengen pie. Bisa tolong bikinin? Kemarin Astro beli apel banyak banget. Ada di kulkas."     

"Sstt, ga boleh ngerepotin orang gitu." tegur Oma. "Oma aja yang bikin kalau Faza pengen. Ana pasti capek abis dari luar."     

"Ga pa-pa kok, Oma. Kita bisa bikin berdua. Mau bikin pie-nya sekarang mumpung masih sore?" Bunda bertanya.     

Oma menggeleng sambil menepuk tangan Bunda perlahan, "Ana baik banget mau direpotin macem-macem, tapi apa ga sebaiknya istirahat dulu?"     

"Saya masih punya tenaga kalau cuma bikin pie. Saya ga ngerasa direpotin kok." ujar Bunda sambil menggenggam tangan Oma, tapi segera menoleh padaku. "Astro sebentar lagi pulang kan?"     

Aku mengangguk sambil meletakkan mangkuk di meja, "Faza pulang dulu, nanti ke sini lagi. Kalau ngerepotin bikin pie-nya ga usah, Tante. Nanti Faza minta Astro beli aja."     

Bunda menggeleng, "Bisa kok. Faza mau makan apa? Biar sekalian Tante masak."     

"Terserah Tante aja mau masak apa." ujarku sambil bangkit dengan gerakan perlahan karena perutku mulai terasa berat. Aku menyalami dan mencium tangan keduanya sebelum menghampiri pintu, "Faza agak lama ya. Mau pacaran dulu."     

Oma dan Bunda menggeleng sambil tersenyum sebelum aku keluar. Entah apa yang mereka bicarakan di dalam sana, kuharap Bunda bisa menjaga sikap jika memang tak ingin mengakui identitas pada Oma. Sikapnya sudah terasa sangat berlebihan walau aku mengerti apa yang mungkin Bunda rasakan.     

Aku menghela napas sambil menghampiri unit apartemenku sendiri. Aku membuka dan menutup pintu, lalu menghampiri kamar mandi yang berada di dalam kamar karena tubuhku terasa tak nyaman.     

Aku menyalakan keran untuk mengisi bath tub dengan air hangat dan meninggalkannya menuju dapur. Kemudian membuka kulkas untuk mengamit sepotong keju dan mengunyahnya sambil menatap keluar jendela.     

Salju turun dengan intensitas sedang di luar sana. Andai aku sedang tidak mengandung, mungkin aku akan mengajak Astro bermain salju hingga malam tiba dan mengajaknya makan malam di restoran untuk menghilangkan penat.     

Aku kembali ke kamar mandi setelah keju di tanganku habis, lalu memasukkan bathbomb beraroma citrus sebelum membuka pakaian. Aroma menyegarkan yang menguar ini membuatku menghirup napas dalam-dalam.     

Tanganku berpegangan pada palang yang sudah terpasang sejak beberapa bulan lalu agar aku bisa mandi dengan lebih nyaman sebelum merendam tubuh di bath tub. Tendangan kuat dari dalam rahim datang tepat saat tubuhku terendam hingga perutku terasa nyeri.     

Aku menahan napas selama beberapa detik sebelum berusaha mengaturnya agar bisa bernapas seperti biasa. Kemudian mengelus perut sambil menyandarkan punggung hingga rasanya nyerinya menghilang perlahan karena air hangat membantu membuat tubuhku lebih nyaman.     

"Nendangnya pelan-pelan ya. Bunda sakit kalau kamu nendangnya kenceng." ujarku sambil terus mengelus perut yang disambut tendangan lembut hingga membuatku tersenyum. "Anak baik. Nanti Bunda kasih hadiah brownies kalau nurut."     

Terasa pergerakan di dalam sana. Sepertinya Reagan sedang berputar hingga membuatku geli. Aku hampir saja mengatakan sesuatu saat Astro muncul di depan pintu dengan senyum menggoda, "Hai, Honey. Hai, Reagan, anak Ayah. Ayah pulang."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.