Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [46]



ExtraPart [46]

0Astro memesan makanan dari restoran untuk kami makan di apartemen selama acara pernikahan Axelle dan Mayang berlangsung. Kami melakukan panggilan video call dengan Teana yang memberi tahu semua prosesi acara. Namun hal itu tetap saja membuatku merasa sangat iri karena tak bisa pulang untuk datang ke acara pernikahan sahabat dan sepupu iparku.     

Air mataku meleleh saat bicara dengan Mayang karena tak mampu menahan rasa haru. Aku sudah banyak berbohong padanya, juga menyembunyikan banyak hal. Padahal dia adalah sahabat yang sangat baik dan pengertian. Walau sangat lega karena Mayang memilih melanjutkan hubungan dengan Axelle, tapi rasa bersalah karena tak memberi tahu tentang Axelle lebih cepat tetap membuatku tak enak hati.     

Rasa bersalahku semakin bertambah saat Mayang berkata akan menyusulku ke sini bersama dengan Axelle untuk berbulan madu. Tentu saja aku senang. Teramat sangat senang karena sahabatku akan menemaniku saat aku melahirkan. Namun dia bisa saja memilih tempat berbulan madu yang lain dan tak perlu memikirkan kehamilanku.     

Astro membantuku mengelap air mata dan memelukku sambil tertawa, "Kamu aneh banget. Awal hamil nyebelin, tapi di trimester akhir malah jadi cengeng gini."     

Aku menatapnya tajam sambil mengusap wajah yang masih basah, walau tak mampu mengatakan apapun untuk membantahnya karena dia benar. Aku hanya merasa kesal karena dia menganggap perubahan hormonku selama hamil sebagai hal yang lucu.     

"Udah nangisnya. Axe ketawa tuh."     

Aku menoleh ke arah laptop yang masih memperlihatkan Mayang dan Axelle di pelaminan. Axelle memang sedang menutup bibir seolah sedang menahan tawa. Aku menatapnya tajam, "Jangan ketawa!"     

Axelle justru tertawa lepas hingga membuatku terpana karena baru kali ini melihatnya tertawa. Alih-alih merasa dia menyebalkan aku justru merasa terharu karena dia tak lagi bersikap terlalu dingin seperti saat pertama kali kami bertemu, walau sikapnya masih saja kaku.     

Mayang mengelus bahu Axelle, "Masih ada banyak tamu."     

Axelle berdeham dan menghentikan tawa. Namun dia tersenyum, "Kamu mau dibawain apa? Bikin list. Kirim ke aku."     

Aku menatapnya tak percaya, "Jagain sahabatku baik-baik. Itu aja cukup."     

"Okay." ujar Axelle mantap dengan senyum masih tersisa di bibirnya.     

Aku menghela napas sambil mengelap wajah yang masih terasa basah, "Aku mau ngobrol sama Ibu."     

"Sebentar aku cari tante dulu." terdengar suara Teana walau sosoknya tak terlihat di layar.     

"See you, Za." ujar Mayang sambil tersenyum.     

"See you, May."     

Kami saling melambaikan tangan sebelum gambar beralih dengan cepat. Sepertinya Teana bergerak ke arah lain dan baru berhenti di area makan keluarga dengan Ibu yang terlihat di layar. Dia ikut bergabung dan terlihat di layar sesaat kemudian.     

"Capek." ujar Teana sambil mengamit gelas berisi soda dan meneguknya.     

Ibu mengelus lengan Teana sambil menatap kami, "Hai, Sayang."     

"Faza kangen, tapi sebel, ih. Ga bisa pulang." ujarku dengan air mata mulai mengalir lagi.     

"Tunggu Ibu ya." ujar Ibu dengan senyum lembut. "Oma mana? Kok ga keliatan?"     

Aku menoleh pada Oma yang sedang berbincang dengan Bunda di sofa di seberang sana, "Lagi sibuk ngobrol sama Tante Ana sambil ngerajut. Ibu mau ngobrol sama Oma?"     

"Ga usah. Ibu seneng Oma ada yang nemenin. Kayaknya dia ga seburuk yang Ibu pikir. Ibu udah nanya ke Axe."     

Aku mengangguk sambil menatap Astro. Dia lah yang meminta Axelle merahasiakan semua identitas baru Bunda. Jika Ibu percaya pada pengakuan Axelle, maka sepertinya rencananya berhasil.     

"Jaga kesehatan ya. Jangan keluar kalau ga penting banget. Oh, ya, minggu lalu katanya Lusi kirim barang buat Faza lewat ekspedisi. Nanti Faza liat sendiri isinya apa, soalnya Ibu juga ga tau. Mungkin sebentar lagi paketnya sampai."     

"Buat apa ngirim paket ke Faza?"     

"Ibu ga ngerti. Ditunggu aja paketnya nanti Faza liat sendiri. Kayaknya sih rasa terima kasih dari Lusi sama Andra karena udah ngenalin Mayang ke Axelle."     

"Padahal ga perlu repot-repot." ujarku sambil memikirkan paket apa hingga harus dikirim melalui ekspedisi jika Mayang dan Axelle justru akan menyusul ke sini.     

"Apa aku ikut aja ya?" ujar Teana tiba-tiba sambil menatapku. "Ada apa aja sih di sana?"     

"Ada banyak yang siap nikah kalau kamu mau." ujar Astro. "Nanti aku kenalin ke kolegaku."     

"Ga perlu! Aku ga minat nikah cepet. Aku masih mau seneng-seneng."     

"Kalau nikah nanti juga kamu seneng."     

Teana menatap Astro tajam sebelum menoleh pada Ibu, "Tante, aku boleh ya mukul anaknya. Sumpah nyebelin banget!"     

Ibu tersenyum, "Anak gadis ga baik marah-marah. Ga pa-pa kalau mau nanti aja nikahnya. Nanti Tante yang kasih pengertian ke kakek sama Lusi."     

Teana memeluk Ibu, "Tante emang yang paling baik."     

"Yakin ga mau aku kenalin ke kolegaku?" ujar Astro yang segera mendapatkan tatapan tajam dari Teana. "Mungkin jodoh kamu orang sini. Bagus kan kalau kamu ...."     

"Cukup, Honey." ujarku sambil menutup bibir Astro agar dia berhenti bicara karena aku menyadari topik menikah sangat sensitif untuk Teana saat ini. Teana mungkin sudah mendapatkan tekanan dari Kakek dan Tante Lusi untuk segera mencari calon suami. Terlebih, Axelle yang jauh lebih anti sosial dibanding dirinya justru menikah lebih dulu.     

"Fine." ujarnya sambil mengecup tanganku yang berada di bibirnya.     

Aku menggeleng sambil melepas tangan dari bibirnya dan kembali menoleh pada Teana, "Kamu ke sini aja kalau ga tahan denger ocehan macem-macem. Ga ada yang maksa kamu nikah kalau ke sini."     

"Aku pengen banget, tapi ga mungkin. Siapa nanti yang jagain kakek?" ujar Teana dengan tatapan nanar. "Cuma aku yang punya banyak waktu luang buat nemenin kakek."     

Aku menoleh pada Astro untuk meminta pendapat, tapi dia hanya diam. Sepertinya masalah ini akan sedikit rumit karena Teana memang sudah menemani Kakek sejak pertama kali aku ke mansion bertahun lalu. Lagi pula, mengurus kelengkapan bepergian ke luar negeri membutuhkan waktu. Teana tak mungkin ikut Ibu dan yang lainnya ke negara ini di waktu yang bersamaan.     

"Nanti Tante ajak kakek ngobrol." ujar Ibu yang membuatku menoleh pada layar. Ibu sedang memeluk Teana yang sepertinya sedang terisak. "Jangan pikirin omongan orang lain kalau emang ga mau nikah buru-buru. Anggap aja saran mereka sebagai doa biar dapet suami yang sesuai kayak yang Teana mau."     

Teana mengusap pipi dan mengangguk pada Ibu sebelum menoleh pada kami, "Kalian udahan kan video call-nya? Aku capek keliling. Kesel ditanyain terus kapan nikah. Kalau masih mau liat nikahan Axe minta orang lain aja buat video call."     

Aah ....     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.