Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [47]



ExtraPart [47]

0Kesuksesan menjodohkan Denada dan Kyle, juga Mayang dan Axelle, sepertinya membuatku terobsesi untuk menjodohkan Teana dengan seseorang hingga Astro memintaku berhenti memikirkan hal itu terlalu jauh. Astro berpendapat Teana memiliki standar yang tak masuk akal untuk pria yang akan menjadi suami pilihannya hingga aku tak perlu repot-repot mencarikan pria dengan tipe yang sesuai dengan keinginan Teana.     

Astro justru memintaku lebih fokus pada kelahiran bayi kami. Jika dihitung berdasarkan hari perkiraan lahir, maka itu akan datang sekitar satu bulan lagi. Bisa lebih cepat atau lebih lambat karena aku memilih akan melakukan persalinan pervaginam (persalinan melalui vagina).     

Semua makanan yang kukonsumsi, jadwal senam kegel, jadwal tidur, hingga jadwal bercinta; semuanya Astro yang mengatur. Dia akan menelepon jika waktunya jadwalku tiba jika dia sedang tak ada bersamaku dan akan menggunakan sejuta rayuan yang memabukkan jika sedang bersamaku agar aku tetap melakukan semua hal sesuai jadwal.     

Di antara semuanya, yang paling membuatnya sangat bersemangat adalah, tentu saja, jadwal bercinta. Dia selalu berdalih sperma bisa membantu memudahkan bayi lahir.     

Bukan aku tidak percaya. Aku tahu sperma memang membantu merangsang produksi hormon oksitoksin pada tubuhku yang sedang hamil besar. Hormon itu bisa merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim hingga membantu proses kelahiran. Namun aku tahu itu hanyalah alasan agar dia bisa bercinta denganku lebih sering.     

Janin di rahimku akan bergerak sangat aktif jika kami sedang bercinta hingga membuatku meminta Astro untuk berhenti sampai gerakannya reda. Dengan perut yang berukuran sebesar dan sebulat ini, entah kenapa Astro justru memujiku sexy lebih sering hingga membuatku malu karena dia akan tetap mengatakannya di tengah aktivitas bercinta.     

Napasku menjadi lebih pendek dan tubuhku terasa lebih mudah lelah. Aku akan duduk beberapa menit setiap beraktivitas satu jam sekali atau merebahkan tubuh selama setengah jam setiap tiga jam sekali. Aku selalu bicara sambil mengelus perut, bahkan jika aku sedang bekerja hingga menghindari video call atau teleconference dengan partner kerja di Levender's Craft atau Lauvender Jewelry.     

Semua partner kerjaku tak ada yang kuberi tahu tentang kehamilan ini. Aku memang mengantongi surat perjanjian mereka yang akan merahasiakan segala hal yang berhubungan denganku dan keluargaku, tapi aku berusaha mencegah hal yang tak perlu. Kasus kebakaran ruko oleh Vinny benar-benar membuatku lebih waspada di saat seperti ini karena calon bayiku akan terancam jika ada rencana buruk dari siapapun.     

Paket yang dikirim oleh Tante Lusi datang sehari setelah pernikahan Mayang dan Axelle diselenggarakan. Isinya adalah berbagai pakaian bayi dan perlengkapan setelah melahirkan untukku, juga ada selusin botol minyak aromaterapi berbagai aroma yang dibungkus berlapis agar tak mudah pecah.     

Mayang dan Axelle datang bersamaan dengan Ibu, Ayah, Denada, dan Kyle. Mereka tinggal di apartemen yang berjarak tiga blok dari apartemen kami dan datang berkunjung ke apartemenku dua hari setelah sampai. Saat mereka datang, aku menangis hingga membuat panik Mayang yang masih belum terbiasa dengan perubahan suasana hatiku.     

Mayang menatap Denada gamang sementara Denada bersikap biasa saja. Denada bahkan mengunyah salak tanpa beban sambil menyandarkan kepala di lengan Kyle.     

"Hormon hamil emang kadang aneh. Dimaklumin ya." ujar Ibu pada Mayang yang masih memelukku.     

Mayang menghela napas sambil mengusap air mataku, "Aku minta maaf waktu itu sempet galak. Aku cuma lagi kesel aja karena kamu ga bilang-bilang kalau Axelle sepupu Astro."     

Aku mengangguk karena memang itulah yang membuatku tak enak hati padanya. Aku berusaha menahan rasa sedih sambil mengusap mata, "Kalian mau di sini sampai kapan?"     

"Tiga bulan." ujar Axelle.     

"Aku bisa nemenin kamu lahiran." ujar Mayang yang berusaha tersenyum. "Calon keponakanku fix laki-laki kan?"     

"Kata dokter sih gitu. Ga tau nanti gimana." ujarku yang masih berusaha menahan tangis. Namun tiba-tiba perutku ditendang kuat dari dalam, tepat di ulu hati hingga membuatku terdiam karena terasa mual dan nyeri.     

Aku berusaha mengatur napas agar detakan jantungku kembali ke irama yang semula, tapi sepertinya raut wajahku tidak terlihat baik-baik saja. Mayang dan Ibu menatapku khawatir. Kyle bahkan langsung mengamit gelas dan mengisi air sebelum menyodorkannya padaku.     

Ibu membantuku minum perlahan, "Istirahat dulu ya?"     

Aku mengangguk sambil meneguk. Mungkin memang lebih baik aku merebahkan tubuh sebentar. Aku bahkan baru menyadari kepalaku terasa berat entah sejak kapan.     

Ibu membantuku bangkit sebelum Kyle sempat bangkit dari sofa, "Biar Ibu aja. Kalian ngobrol aja di sini. Sebentar lagi Astro pulang. Kalau butuh apa-apa panggil Ibu ya."     

Aku tak sempat memperhatikan ekspresi siapapun saat Ibu mengajakku ke kamar. Napasku baru terasa lega setelah tubuhku berbaring menyamping dengan bantal yang menopang punggung dan sebelah kakiku.     

Aku mengelus perut yang terbaring seolah memang ada bayi yang sedang berbaring di sisiku, "Kalau Astro pulang tolong bangunin Faza ya, Bu."     

Ibu mengangguk sambil memijat punggungku perlahan, "Faza tidur aja. Kalau capek ga perlu maksain diri. Faza kan ga cuma bawa diri sendiri sekarang. Ada calon bayi juga, jadi harus lebih sensitif sama rasa capek."     

Aku mengangguk sambil memejamkan mata. Entah kenapa tiba-tiba terasa mengantuk. Tendangan pelan dan gerakan janin di rahimku masih terasa. Namun saat ini aku sudah terbiasa. Mungkin dia hanya sedang bosan hingga bermain seorang diri di dalam sana.     

Ibu bersenandung dengan irama pelan, hingga aku mampu mendengar percakapan samar dari ruang tamu karena pintu kamar dibiarkan terbuka. Terdengar tawa dan percakapan menyenangkan dari sana yang membuatku tersenyum karena menyadari ada kedua sahabatku dan suami mereka yang menemaniku di negara ini.     

Di saat seperti ini yang kurindukan adalah Bunda. Sejak Ibu kembali ke sini, Bunda belum datang lagi. Mungkin sengaja memberi kami waktu untuk bercengkrama dan akan datang jika tiba waktunya aku melahirkan, tapi aku memang merindukannya. Andai Bunda mengakui identitasnya yang sebenarnya, mungkin segalanya tak akan serumit ini.     

Tendangan demi tendangan datang dari dalam rahim. Bersamaan dengan gerakan memutar dan merenggang hingga membuat perutku terasa sangat penuh. Sepertinya Ibu mengerti kegelisahanku hingga memijat punggung sedikit lebih kuat.     

"Mau dibalur minyak biar anget punggungnya?"     

Aku menggeleng sambil mengelus perut, "Cucu Ibu cuma lagi pengen main. Ga pa-pa kok."     

"Kalau ga kuat bilang ya. Mungkin kita harus periksa ke dokter. Posisi bayinya juga turun banget. Ibu khawatir ada apa-apa."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.