ExtraPart [48]
ExtraPart [48]
Gerakan janin semakin intens di dalam rahim hingga aku mengurangi jam bekerja. Aku bahkan sudah berjaga-jaga dengan memberi tugas lebih pada Chaca, Putri, Sari, dan Giana. Aku berkata akan mengambil cuti dua bulan karena sedang fokus pada disertasi, yang tentu saja tidak sepenuhnya bohong karena Astro lah yang sedang fokus dengan disertasinya. Bukan aku.
Unit apartemenku selalu penuh jika semua orang datang. Pertama kali Mayang bertemu Bunda di awal kehamilanku yang ketiga puluh delapan minggu, Mayang terlihat sangat waspada. Dia bahkan mengatakannya terus terang saat sedang menemaniku berbaring di kamar. Namun Denada berkata Mayang hanya sedang berpikir berlebihan karena Bunda yang dikenal sebagai Tante Ana itu bersikap sangat baik.
Perdebatan tentang Bunda berlanjut di grup Lavender malam harinya. Walau Mayang berkata Axelle bisa menjamin Bunda adalah orang yang bisa dipercaya, dia tetap merasa ada yang aneh dan akan memperhatikan gerak-gerik Bunda lebih lanjut.
Aku tersenyum sambil menggeleng saat membalas semua pesan di grup Lavender. Mungkin jika mereka tahu siapa Bunda sebenarnya, mereka akan langsung memeluknya dan menceritakan segala hal tanpa malu-malu.
"Kenapa belum tidur?" Astro bertanya saat keluar dari kamar mandi dengan dada telanjang dan boxer selutut. Dia terlihat sangat sexy.
Aku memberi isyarat padanya untuk mendekat setelah dia memakai celana panjang dan kaos di depan lemari. Dia duduk di tempat tidur dengan punggung bersandar pada bantal sambil mengelus perutku. Aku merapatkan tubuh padanya karena aroma tubuhnya setelah mandi harum sekali.
"Mau makan?"
Aku menggeleng sambil memeluk kakinya, "Kamu mau kerja?"
Astro menggumam mengiyakan, "Sampai jam sebelas. Aku kerja di sini kok sambil nemenin kamu. Kamu harusnya udah tidur sekarang."
"Aku belum ngantuk." ujarku tepat saat sebuah tendangan pelan datang dari dalam rahim. "Anak kamu ngajakin main."
"Anak kita, Honey" ujarnya sambil melepas pelukanku dari kakinya dan merebahkan tubuh di sisiku. Tepat di depan perutku. Dia mengecup perutku sambil memeganginya dengan dua tangan seolah perutku adalah sebuah bola.
Aku mengelus rambutnya perlahan, "Maaf ya."
Astro mendongak dan menatapku, "Kenapa tiba-tiba minta maaf?"
"Aku nambahin kerjaan kamu. Harusnya kamu fokus ngerjain disertasi aja."
"Bunda mulai aneh." ujar Astro sambil berbisik di perutku walau jelas terdengar.
Aku mencubit pipinya, "Jangan ngomong macem-macem. Dia kan denger."
Astro mengecup perutku sebelum menggeser tubuh hingga sejajar denganku, "Yang ngomong aneh-aneh kan kamu."
"Kalau gitu maklumin dong. Aku kan lagi hamil."
Astro mengecup bibirku, "Kapan sih aku ga maklumin kamu?"
Aku tersenyum, "Thank you."
Astro menghela napas sambil menggeleng, "Ayo tidur. Aku hitung sampai seribu."
Aku menatapnya tak percaya, "Seriously?"
Astro mengamit handphone yang tergeletak di antara kami dan memindahkannya di meja di samping tempat tidur. Kemudian mengecup bibirku dan meletakkan kepalaku di lengannya, "Dari pada kamu mikir macem-macem, mending tidur. Besok aku di luar sampai malem. Kalau ada apa-apa sementara minta tolong sama Ayah dulu."
Aku mengangguk sambil memejamkan mata. Aku berusaha menghirup aroma tubuhnya yang hangat dan menyenangkan, "Usahain cepet pulang ya."
Astro menggumam mengiyakan sambil mengecup dahiku, "Mau aku bacain buku cerita?"
Aku menggeleng, "Aku mau peluk. Kamu jangan ke mana-mana."
"Dasar bucin."
Aku mengecup bibirnya tanpa membuka mata, "Kamu lebih bucin."
Astro tertawa hingga membuatku menutup bibirnya dengan tangan.
"Jangan berisik. Bayiku mau tidur."
"Bayi kita, Honey."
Aku mengguman sambil tersenyum, "Kalau tiba-tiba nanti yang lahir Regina, kamu jangan ngambek ya."
"Ga mungkin berubah, Honey."
"Mungkin."
Astro mencubit hidungku, "Cepet tidur. Aku harus kerja."
Aku membuka mata dan menatapnya sebal, "Katanya mau nemenin aku tidur?"
"Tapi kalau kelamaan aku tinggal."
Aku mencubit pipinya, "Katanya mau kerja di sini aja?"
Astro tersenyum menggoda, "Kirain lupa."
Aah, pria ini benar-benar ....
Aku mengecup bibirnya dan menatapnya lekat, "Ga boleh ke mana-mana sampai aku mimpi."
"Mau mimpi apa?"
Aku menaikkan bahu, "Main ayunan?"
Astro tertawa, "Ibu hamil ga boleh main ayunan."
"Kan mainnya sama anak kita."
"Oh, ya? Kenapa aku ga diajak?"
"Kamu kan sibuk."
Astro tersenyum menggoda, "Kalau kamu masih ngoceh satu detik lagi, aku ajakin making love."
Aku terdiam. Aku ingin sekali mengatakan sesuatu, tapi satu detik sudah berlalu. Dia tak akan menarik ucapannya kali ini. Aku yakin sekali.
Astro mengelus kepalaku, "Ayo tidur."
Aku menatapnya sebal walau memejamkan mata pada akhirnya. Anehnya, aku langsung merasa mengantuk saat Astro mengelus kepalaku.
"I love you, Honey."
Aku hanya menggumam. Aku tak akan mengatakan apapun atau dia akan menagih sesi bercintanya detik itu juga.
"Kamu harus jaga kesehatan, Honey. Waktunya lahiran cuma sebentar lagi. Kalau capek harus langsung istirahat."
Lagi-lagi aku hanya menggumam.
"Mau aku bikinin sarapan apa besok?"
Aku membuka mata dan menatapnya sebal. Aku harus menahan diri jika tak ingin dia menagih sesi bercintanya.
"Pancake?"
Aku menggumam sambil mengangguk. Aku akan memakan sarapan apapun yang dia buatkan untukku. Aku tak akan mengeluh karena seharusnya dia tak perlu memikirkan hal itu. Ada Oma, Ibu, dan Bunda yang bisa kumintai tolong jika mereka datang.
"Mau es krim? Aku bisa beli sekalian pulang."
Aku menutup bibirnya dengan jari agar dia berhenti bicara, tapi dia justru menjilat jariku hingga membuatku memekik, "Astro!"
Dalam sedetik waktu yang terlewat, kaos yang melekat di tubuhnya sudah terlepas dan berpindah ke meja kecil di sebelah tempat tidur. Dia tersenyum lebar, "Dua kali ya."
Aku mencubit kedua pipinya dengan kencang, "Jelek!"
Astro tertawa, "Kalau ga gini kan kamu ga mau."
Aku mendorong tubuhnya menjauh, "Sana kerja!"
Astro menggeleng sambil memeluk tubuhku, "Dua kali. Kamu ga bisa menghindar lagi."
Tepat saat aku akan mengatakan sesuatu, ulu hatiku ditendang dengan kuat dari dalam rahim. Aku terdiam dengan jantung berdetak kencang. Tanganku mengelus perut untuk menenangkan janinku sambil mengatur napas yang mulai cepat.
Astro terlihat panik, "Sakit?"
Aku mengangguk tanpa mengatakan apapun. Ulu hatiku masih terasa tak nyaman.
"Aku bikin teh ya." ujarnya sambil bangkit.
Aku menggenggam tangannya untuk menahannya tetap di sisiku, "Di sini aja. Temenin aku tidur."
"Tapi ...."
Aku menggeleng dengan tatapan memohon, "Please."
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-