Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [52]



ExtraPart [52]

1Aku mengelus wajah Astro untuk memintanya menatapku, "Coba kasih tau seberapa ngerepotinnya aku. Kamu ambil alih tiga perusahaan yang seharusnya aku handle. Kamu bahkan belum lepasin pembudidayaan mutiara itu ke aku. Aku sering ngerepotin kamu buat bikinin aku makanan. Aku juga sering iseng gangguin kamu kerja. Apa lagi, Honey?"     

Astro menaikkan bahu, "Dulu sebelum nikah sering tiba-tiba minta aku pulang. Setelah nikah pernah ngajak aku hampir mati dua kali gara-gara Abidzar? Pernah kabur dariku dua kali? Minta aku ceraiin sekali? Ga mau punya anak dariku?"     

Aku mencubit pipinya, "Bukan ga mau punya anak dari kamu, tapi nanti. Tunggu aku selesai kuliah atau tunggu aku siap."     

"Tapi buktinya kamu hamil. Udah mau ngelahirin sekarang." ujar Astro dengan senyum menggoda.     

"Gara-gara kamu."     

"Emang gara-gara aku." ujar Astro dengan senyum yang semakin lebar.     

Aku menoleh pada Kyle yang sedang menatap kami gamang, "Sana pulang. Kalau kamu nganggep Denada kelewat manja, kamu bisa bilang ke dia apa aja sikapnya yang kamu ga suka. Denada pasti bisa berubah kalau kamu jelasin. Dia ga mungkin nolak permintaan kamu karena dia bucin."     

"Bucin kayak kamu." ujar Astro yang membuatku menatapnya tajam.     

"Kamu lebih bucin."     

Sedetik kemudian sebuah kecupan mendarat di bibirku, "I love you, Honey."     

Aku mendorong wajahnya menjauh, "Kamu bau. Mandi dulu sana."     

Astro memeluk kepalaku, "Ga mau. Aku kangen. Nanti aku mandi kalau kamu tidur. Apa aku kunci aja pintunya biar kita bisa maki ...."     

Aku menutup bibirnya dengan tangan, "Jangan ngomong macem-macem! Ini rumah sakit."     

"Boleh kok. Biar cepet lahirannya."     

"Aku bilang jangan ngomong macem-macem!" ujarku menepuk bibirnya pelan.     

Alih-alih merasa kesal, Astro justru tertawa hingga membuatku menggeleng pasrah. Pria ini benar-benar sangat bahagia karena kami sebentar lagi akan memiliki seorang bayi.     

"Suruh dia pulang." ujarku sambil mengelus wajah Astro. Perutku mulai terasa tak nyaman karena janinku kembali merangsek turun.     

"Kamu denger istriku?" Astro bertanya pada Kyle.     

Kyle menatapku dengan tatapan yang sulit kumengerti walau beranjak pada akhirnya. Kuharap dia bisa menyelesaikan masalah dengan Denada karena mungkin Denada merasa diperlakukan tidak adil.     

"Susul mereka. Bilang Denada, aku minta maaf." ujarku sambil mengelus wajah Astro.     

"Ini kan gara-gara kamu. Coba kalau kamu ga nempelin Kyle, pasti ...."     

Aku mencubit pipinya, "Ini gara-gara bayi kamu."     

Astro mengecup bibirku, "Bayi kita."     

Aah, pria ini benar-benar ....     

"Iya, bayi kita. Sana. Nanti keburu mereka pergi."     

Astro menghela napas sambil bangkit. Aku menatapinya keluar ruangan sambil mengelus perut. Kuharap ini keputusan yang tepat. Bayi di dalam rahimku ini harus terbiasa dengan keberadaan ayahnya sendiri.     

Tak lama, Astro kembali. Dia duduk di kursi yang sesaat lalu ditinggalkan olehnya dan mengecup tanganku, "Titah Ratu sudah terlaksana. Ada lagi yang bisa dibantu?"     

Aku tersenyum sambil mengelus wajahnya, "Di sampingku. Temenin aku lahirin anak kita. Aku ga mau ditemenin yang lain selain kamu."     

Astro mengangguk sambil mengecup tanganku dan mengelus kepalaku, "Kamu tidur aja. Aku temenin."     

Aku menggumam sambil memejamkan mata. Elusan di kepalaku membuatku mengantuk. Aku tahu aku masih menginginkan Kyle untuk menjagaku, tapi aku sudah merelakannya pergi.     

Gerakan janinku yang berputar dan mendesak panggul di bawah sana sangat terasa. Namun aku harus tidur untuk memulihkan tenaga. Aku tak tahu kapan waktunya melahirkan, maka aku harus memanfaatkan waktu untuk tidur walau hanya sebentar.     

Kelebatan di mataku berubah dengan cepat. Hutan, pantai, segala jenis pohon, burung dalam sangkar, sungai berarus deras dengan aroma lumpur yang sangat kukenali, lalu aroma lavender yang menyeruak membelai indra penciumanku mambuatku membuka mata. Bertepatan dengan sebuah tendangan kuat dari dalam rahim yang membuatku merasa mual dan pusing bersamaan.     

Ulu hatiku terasa sangat sakit hingga aku kembali memejamkan mata. Saat aku memegang perut, tendangan lain datang hingga membuatku meringkuk karena menahan sakit.     

"Mau teh?" Astro bertanya sambil mengelus punggungku.     

Aku menggeleng.     

"Kamu tidur belum ada sepuluh menit." ujar Astro sambil memijat punggungku. "Aku baru aja mau mandi."     

Aku membuka mata karena ingin bertanya apakah betul aku hanya tidur sepuluh menit, tapi tak ada suara yang keluar. Padahal rasanya aku tidur cukup lama. Namun mataku menangkap keberadaan jam dinding. Ternyata betul.     

Astro mengamit handphone dari saku dan menelepon Ibu, tapi teleponnya tidak diterima. Dia mencoba menelpon lagi beberapa kali, tapi hasilnya sama.     

"Ibu ke restoran. Mungkin ngobrol sama Bunda di sana." ujarku setelah menarik napas dalam untuk menenangkan diri.     

Astro menatapku penuh minat, "Dari jam berapa?"     

"Kayaknya udah lebih setengah jam. Ibu ke restoran sebelum Kyle nemenin aku tadi."     

Astro terdiam sambil menatapku lekat. Entah apa yang dia pikirkan. Aku sedang tak ingin menebak-nebak pikirannya saat perutku kembali berkontraksi.     

Aku memejamkan mata sambil mengatur napas selama kontraksi berlangsung. Seluruh tubuhku terasa sakit. Terutama panggul belakang dan area pribadi. Air mataku bahkan keluar tanpa mampu kutahan.     

Astro mengusap mataku yang basah dengan jari, "Sabar ya."     

Aku hanya mampu mengangguk. Memangnya pilihan apa lagi kumiliki?     

"Kamu pasti bisa, Honey."     

Aku tersenyum pasrah. Aku ingin sekali bertanya bagaimana jika posisi kami ditukar saja, dia yang melahirkan dan aku yang memberi dukungan? Namun tak ada suara yang keluar dari bibirku.     

"Kalau disertasiku lancar, akhir tahun ini kita bisa pulang bawa bayi."     

Aku membuka mata dan mendapatinya sedang tersenyum tipis padaku. Aku tahu dia akan langsung memamerkan bayi kami pada semua kolega nantinya.     

"Kakek pasti seneng." ujarnya sambil mengusap mataku yang masih basah.     

Aku mengangguk. Kakek pasti akan sangat bahagia karena bisa bertemu dengan cicit pertamanya. Namun bagaimana dengan Teana?     

Astro mengecup tanganku, "Semangat ya. Aku ada di sini kalau kamu butuh sesuatu."     

Aku mengangguk sambil menarik napas dalam-dalam untuk melegakan dada yang mulai terasa sesak. Seluruh tubuhku benar-benar terasa tak nyaman hingga tubuhku bergerak gelisah.     

Aku baru saja akan meminta Astro untuk membantuku kembali berbaring saat pintu terbuka. Ibu menggenggam tangan Bunda dengan mata berkaca-kaca dan menatap kami berdua bergantian dengan tatapan tajam. Ibu menarik tangan Bunda agar mendekat pada kami dan sepertinya kehilangan kata-kata hingga terdiam cukup lama.     

Ibu menghela napas keras dan bicara dengan suara bergetar karena amarah, "Kalian berdua keterlaluan! Kenapa Ibu ga dikasih tau? Sekarang gimana Ibu harus jelasin semuanya ke oma?"     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.