ExtraPart [55]
ExtraPart [55]
Aku hampir saja mengejan sebelum diberi aba-aba, tapi Astro yang berada di sisiku mengingatkan untuk menahan diri. Aku ingin sekali menamparnya. Bisa-bisanya dia memaksaku hamil dan melarangku mengejan saat rasa sakit di tubuhku terasa hampir membuatku mati. Namun alih-alih menamparnya karena bayi di dalam rahimku terus mendesak turun, aku justru menggigit tangannya untuk menahan rasa sakit.
Suster mengecek bukaan lahir dan memberi tahu sudah bukaan 10. Aku tak lagi mempedulikan sekeliling selain suara dokter dan suster yang memberikan instruksi. Aku bahkan tak peduli dengan tangan Astro atau bagaimana ekspresinya saat ini karena aku menggigit tangannya.
Aku hampir mengejan saat ada sesuatu yang keluar dari rahimku. Kupikir itu adalah bayi, tapi ternyata air ketuban yang pecah. Aku masih bisa merasakan gerakan bayi di dalam tubuhku yang berusaha merangsek turun mencari jalan keluar.
Intensitas keringat di tubuhku tak lagi kupedulikan. Aku ingin sekali bayi ini cepat keluar karena tak tahan dengan rasa sakitnya. Tepat saat dokter memintaku mengejan, aku mengejan secara refleks. Namun ternyata bayiku masih berada di dalam sana.
Suster memberi instrusi untuk mengatur napas dan kembali mengejan. Entah berapa kali mengejan hingga tenagaku terasa terkuras, tapi bayiku masih berada di dalam sana. Pinggul, paha dan kakiku sudah terasa sangat lemas. Aku hampir berkata akan menyerah saja.
Namun terdengar suara Astro di telingaku saat aku memejamkan mata karena terlalu lelah, "Sekali lagi, Honey. Kamu pasti bisa."
Mataku panas karena merasa sangat kesal. Aku akan membuat perhitungan dengan Astro setelah semua ini berakhir. Aku menangis sambil mengejan. Entah dari mana aku mendapatkan tenaga, tapi suara bayi menggema di telingaku sedetik setelahnya. Tepat saat aku menatap jam di dinding, pukul 01.07.
Kecupan demi kecupan mendarat di wajah dan tanganku saat aku sedang merasa sangat lega karena sesuatu di tubuhku yang sebelum ini sangat sakit terasa kosong. Aku tak mampu mencerna apapun saat melihat Astro memotong ari-ari selain rasa syukur karena bayi kami lahir sempurna.
Aku baru saja menarik napas dalam-dalam dan memejamkan mata untuk mencoba mengembalikan tenaga saat Astro kembali ke sisiku. Dia tersenyum lebar sekali dengan tatapan penuh cinta dan mengecup seluruh wajahku. Aku ingin sekali menjauhkan wajahnya dariku, tapi tanganku terasa sangat lemas sekadar untuk digerakkan.
Aku bisa melihat bayi kami sedang dilap menggunakan kain oleh suster. Suster itu menghampiriku dan meletakkan bayi kami di dadaku. Entah dari mana datangnya tenaga yang menggerakkan tanganku untuk memeluknya, tapi aku menangis sambil terisak karena tiba-tiba merasa mencintai makhluk kecil ini.
"Reagan kita, Honey." ujar Astro tepat di telingaku.
Aku hanya sanggup mengangguk karena masih menangis sambil terisak. Aku tak tahu bagaimana cara Reagan menemukan puting untuk menyusu yang pertama kali karena aku sama sekali tidak mengarahkannya, tapi dia berhasil menyusu dengan lidah yang masih terasa kasar hingga membuatku berjengit karena menahan perih. Aku bahkan terkejut karena baru menyadari ternyata dadaku sudah memiliki susu yang dibutuhkan saat melihat aliran air berwarna putih kekuningan dari sela mulut Reagan.
Sayup-sayup terdengar percakapan suster dan dokter yang membahas berat badan bayiku 3.41 kg dengan panjang 51 cm. Bagaimana mungkin ada bayi sebesar ini hidup di dalam rahimku selama ini? Aku sulit mempercayainya.
Reagan memiliki mata Astro, dengan kontur wajah yang sepertinya juga mirip Astro. Aku merasa kesal. Kenapa aku tak melihat kemiripan antara Reagan dan diriku? Padahal aku lah yang melahirkannya.
Aku menoleh untuk menatap Astro. Aku sangat berharap dia tahu bahwa aku merasa kesal walau tak yakin dengan bagaimana aku terlihat saat ini karena aku masih menangis, "Kenapa mirip kamu?"
Astro tertawa dengan air mata mengalir di sudut matanya, "Kan anakku."
Aah, pria ini benar-benar ....
Aku mencubit pipinya walau cubitanku lemah. Dia mengamit tanganku yang mencubitnya dan mengecupnya penuh cinta. Aku tahu itu. Aku tahu betapa dia sangat bahagia.
"Thank you." ujarnya dengan air mata mengalir. Entah kenapa saat ini aku melihatnya seperti seorang anak yang baru mendapatkan kebahagiaan pertamanya.
Aku menggumam sambil mengalihkan tatapan pada makhluk kecil yang tengkurap di dadaku sambil menyusu. Dia rakus sekali. Sepertinya dia akan sanggup menghabiskan air susu dalam beberapa menit sebelum beralih ke dada yang lain.
"Hei, itu punya Ayah." ujar Astro sambil menyentuh pipi Reagan hingga puting dadaku terlepas dari mulut Reagan.
"Jangan ganggu bayiku." ujarku sambil menepis jari Astro.
"Bayi kita, Honey. Lagian kan aku bener. Itu punyaku."
Aku menatapnya tajam walau masih ada sisa air mata yang belum kering dari sudut mataku. Namun aku tak tega untuk mengusirnya karena dia juga berhak berada di sini untuk menikmati momen ini.
"Hei, nanti kita gantian ya."
Aku menggeleng pelan. Lain kali, aku akan mengusirnya jika mengganggu bayiku menyusu. Jika perlu, aku akan mengunci pintu sampai bayiku kenyang agar dia tidak mengganggu.
Suster mengangkat Reagan dari dadaku setelah satu jam berlalu. Sepertinya Reagan sudah cukup puas menyusu karena sudah menemukan kedua puting dadaku dengan usahanya sendiri.
Entah kapan sisa-sisa melahirkan dibersihkan karena aku tak terlalu memperhatikan. Namun suster membantu membersihkan tubuhku dan mengganti pakaianku setelah Reagan dipindah ke tempat lain. Suster melakukan pengecekan ringan pada mata, juga bertanya apakah aku merasa mual dan pusing sebelum membawaku kembali ke ruang rawat.
Banyak orang menunggu di depan ruangan saat aku sampai. Namun aku terlalu lemah untuk menyapa semuanya. Oma, Denada, Kyle, Mayang, Axelle, Bunda, dan Ibu, memberi selamat padaku walau aku hanya membalasnya dengan senyum. Aku ingin sekali tidur. Sepertinya aku akan sanggup tidur selama seminggu untuk memulihkan tenaga yang hilang setelah melahirkan.
Suster membantuku berbaring di tempat tidur dan meletakkan Reagan yang tertidur di tempat tidur bayi tepat di sisiku. Aku bisa mendengar Denada dan Mayang berbisik tentang Reagen yang sangat mirip Astro. Aku ingin bertanya kapan mereka sampai, tapi sepertinya hal itu bisa menunggu.
Bunda membantuku meminum susu sambil duduk di tepi tempat tidur, "Faza tidur aja. Nanti Tante bangunin kalau bayinya laper."
Aku mengangguk sambil mengedarkan tatapan ke sekeliling. Namun tatapanku terpaku pada Astro. Wajahnya berseri saat memberitahu nama bayi kami pada semua orang.
Entah berapa kedipan mata saat mataku menangkap wajah Kyle yang sedang tersenyum padaku. Aku mencoba tersenyum padanya, tapi wajah Kyle berganti saat aku memejamkan mata.
"Di ujung laci lemari Ayah ada rongga. Ada kalung punya Ayah, dari nenek waktu Ayah kecil dulu. Kalung itu buat Reagan ya." ujar Ayah sambil melempar kail dengan wajah berseri, lalu menoleh untuk menatapku. "Salam buat bunda."
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-