Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [21]



ExtraPart [21]

0Aku mengendap keluar kamar setelah memastikan Oma tidur. Aku tak menyangka Oma ternyata sangat senang saat aku menawarkan diri untuk tidur bersamanya. Walau tentu saja Oma berkata akan lebih baik jika aku tidur bersama Astro karena Astro suamiku.     

Aku berusaha membuka dan menutup pintu sepelan mungkin. Langkahku bahkan sangat lambat karena tak ingin Oma menyadari aku sudah keluar kamar. Namun aku justru terkejut karena mendapati Astro sedang duduk di lantai, tepat di sebelah pintu kamar Oma.     

"Ngapain kamu di sini?" aku bertanya dengan nada pelan yang hampir berbisik.     

Astro mengangkat laptop dengan kedua tangan dan berusaha mengecupku, tapi aku menghindarinya dengan melangkah menjauh. Dia mengikuti langkahku menuju kamar dan berhenti tepat di depan pintu, dengan tatapan memelas dan sendu hingga membuatku tak tega.     

"Tidur sana." ujarku sambil menahan diri untuk masuk.     

Astro menggeleng, lalu kembali duduk di lantai tepat di sebelah pintu kamarku. Tangannya kembali mengetik dengan cepat. Dari yang sempat kubaca, dia sedang berbincang dengan Axelle.     

Aku membuka pintu perlahan, "Jangan salahin aku kalau besok kamu sakit gara-gara duduk di lantai semaleman."     

Astro hanya menggumam, tapi mengecup pahaku saat aku melangkah memasuki kamar. Bibirnya tersenyum lebar sekali walau tatapannya sendu. Aku hampir saja menatapnya sebal jika bukan karena dia terlihat menyedihkan.     

Alih-alih memprotesnya, aku segera menutup dan mengunci pintu. Aku menghela napas pelan dan terduduk dengan punggung bersandar pada pintu. Bertahun lalu sebelum kami menikah, Astro pernah pulang tiba-tiba dan duduk di tempat dia duduk saat ini. Dia bahkan tidak mengabari keluarganya dan segera berangkat ke Surabaya setelahnya.     

Aku tahu ada yang tak beres dengan diriku. Entah bagaimana aku harus menjelaskannya. Aku tak yakin jika ada seseorang yang bisa kuajak bicara mengenai hal ini. Aku bahkan belum mengabari Bunda karena Bunda meminta aku menyelesaikan masalah dengan Astro lebih dulu sebelum memutuskan untuk datang berkunjung.     

Aku memeluk lutut dengan air mata mulai mengalir. Entah kenapa aku merasa kesepian. Padahal mudah saja bagiku untuk mengajak Astro masuk dan memeluknya, tapi aku justru duduk di sini dan meratapi nasib.     

Andai saja Astro tak memaksaku untuk bercinta dengannya saat itu, aku tak mungkin menghindarinya seperti ini. Aku memang tak merasa jijik padanya lagi, tapi masih takut jika dia memaksaku bercinta. Aku takut dia akan membuatku lengah dan menanamkan benih di rahimku hingga membuatku hamil. Aku benci memikirkan semua ini padahal tahu aku membutuhkannya dan tak mungkin terus menghindarinya.     

Aku melonggarkan pelukan dan menyandarkan punggung pada pintu. Di luar sana suamiku menunggu. Aku cukup yakin dia baru akan tidur saat hari hampir pagi jika aku membiarknnya.     

Tanganku meraba perut dan mengelusnya perlahan. Aku masih belum siap hamil dan tak tertarik untuk memikirkan apapun mengenai kehamilan. Namun perutku tiba-tiba terasa nyeri seolah sedang berusaha melawan.     

"Kamu masih di situ?" aku bertanya pada Astro sambil menengok ke arahnya sedang duduk di luar sana. Terasa kosong saat yang kudapati adalah pintu, bukannya suamiku.     

"Kamu butuh sesuatu?"     

Aku menggeleng dan langsung mengutuk diriku sendiri dalam hati karena Astro tak mungkin melihatnya, "Kamu harus tidur, kamu tau?"     

"Yang harusnya tidur itu kamu. Kenapa malah duduk di lantai? Nanti kamu bisa masuk angin."     

Aku tersenyum dengan air mata mengalir, "Kamu juga duduk di lantai. Nanti kamu bisa masuk angin."     

Tak ada jawaban.     

Aku menyeka air mata dengan lengan dan bangkit. Aku hampir saja membuka pintu dan memintanya masuk, tapi membatalkannya saat menyadari tanganku bergetar saat menyentuh gagang pintu.     

"Cari aku di ruang tengah kalau kamu butuh sesuatu. Good night, Honey. I love you."     

Hatiku tersengat sesuatu hingga terasa sakit. Tenggorokanku tercekat dan membuatku tak sanggup mengatakan apapun untuk membalas kalimatnya. Entah bagaimana aku sampai di tempat tidur dan duduk di tepinya. Namun aku terduduk lama sambil menatap jam di dinding yang terus berdetak tanpa henti, pukul 22.15.     

Tubuhku bangkit untuk mengamit ransel lama. Aku mengisinya dengan pakaian, scarf, dan baterai yang kuambil dari lemari. Aku juga memasukkan laptop, handphone, botol minum berisi air, dan dua bungkus jenang ketan yang tergeletak di meja ke dalam ransel. Aku memakai jam tangan, jaket, dan topi, lalu mengamit lakban dan senter dari kabinet di dinding. Kemudian membuka pintu menuju jalan rahasia ke bawah tanah.     

Langkahku tenang dan mantap. Aku membuka pintu di bawah tanah dengan sandi yang sama dengan yang dipakai Astro saat pertama membuka pintu itu dan menyalakan lampu untuk memberiku penerangan.     

Aku mencari pintu lain yang mengarah pada lorong dan mulai menyalakan senter. Aku berusaha mencari sakelar yang mungkin bisa menerangi lorong ini, tapi nihil.     

Kakiku melangkah mengikuti cahaya senter sambil meraba dinding yang terbuat dari batu. Tujuh belas menit berjalan kaki hingga aku menemukan tiga jalan bercabang. Aku memberi tanda "X" pada dua jalan yang belum kususuri dan memberi tanda "//" pada jalan yang akan kususuri sebelum melanjutkan langkah.     

Lima belas menit kemudian aku menemukan pintu lain. Saat membukanya, aku menemukan area deretan pohon karet. Sekitar seratus meter dari jalan jika aku tak salah menduga. Aku memutuskan untuk masuk kembali dan menutup pintu sebelum kembali menyusuri lorong lain.     

Jalan keluar lainnya berada di area persawahan dengan dua batu besar yang menutup sebagian akses. Empat puluh dua menit dari pertigaan yang sebelumnya. Aku kembali masuk dan menutup pintu untuk menyusuri lorong yang lain.     

Lorong yang terakhir adalah lorong yang paling panjang. Satu jam lima menit berjalan kaki dan keluar di area hutan dekat dengan rumah pohon milik Bunda. Tepat sebelum jembatan.     

Sudah hampir pagi saat ini dan suasana di sini menyenangkan sekali. Aku keluar perlahan dari pintu yang terhalang semak. Kemudian mengarahkan senter pada jam di lengan, pukul 02.11.     

Hari masih malam walau mataku segera menyesuaikan diri dengan sekitar dan menyadari cahaya bulan cukup menerangi area ini. Aku mengamit botol minum dari ransel dan meneguk isinya sebelum mengamit satu bungkus jenang ketan yang terisi dua lusin potong.     

Cahaya senter memanduku sampai ke jembatan. Aku melewatinya dengan mudah dan melanjutkan langkah menuju rumah pohon sambil mengunyah jenang ketan.     

Tak ada siapapun di sini. Hanya terdengar suara gemerisik pohon yang diterpa angin dan suara hewan malam yang mungkin merasa terusik karena aku berada di sini.     

Aku menyukai aroma hutan yang segar di hidungku. Angin semilir yang melewati tubuhku sesekali juga memberi kenyamanan tersendiri. Perutku memang masih terasa nyeri, tapi aku mengabaikannya.     

Aku merasa kesulitan saat menaiki tangga karena tubuhku terasa berat. Namun aku berhasil sampai di atas pada akhirnya. Aku langsung melepas ransel dan merebahkan tubuh di dipan yang terasa lebih kecil untuk menopang tubuhku.     

Baru sekarang aku menyadari, apakah Bunda mengetahui jalan rahasia bawah tanah itu juga? Jika Bunda memang tahu, sedangkan Oma tidak tahu, maka bukankah sebetulnya Bunda mendapatkan kebebasan dari Opa karena bisa pergi dan pulang kapan pun Bunda menginginkannya?     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.