Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Berharga



Berharga

1"Kenapa?" aku bertanya.     

"Ada beberapa orang gerak di sekitar rumah Opa sekarang, Honey. Kalian harus cepet. Bawa koper kita juga, ada earpods yang bisa kamu pakai, sarung tangan, sama pistol Rilley di sana."     

Aku menyambar ransel dan memakainya, lalu mengamit koperku dan menggiring Denada ke ruang baca. Aku mengunci ruangan dan membiarkannya gelap tanpa menyalakan lampu, tapi ada cahaya temaram dari bulan yang membantuku melihat.     

"Mereka di mana?" aku bertanya pada Astro melalui sambungan telepon kami sambil membuka koper dan mengeluarkan senapan milik Rilley, sepasang sarung tangan, juga earpods yang menjadi alat komunikasi Astro dan Axelle saat kami berada di hutan.     

"Masih di sekitar pohon karet. Pakai earpods-nya, kita komunikasi dari sana." ujar Astro yang langsung mematikan telepon.     

Aku menangkap tatapan bingung Denada dalam gelap, "Sorry Denada, kalau kamu takut, kamu bisa sembunyi di loteng sekarang. Aku harus siap-siap."     

"Loteng?"     

Aku menggeser lampu meja di meja sudut, lalu tangga menuju loteng turun ke lantai. Aku memberi isyarat pada Denada untuk naik sambil melepas ransel dan jaket, lalu memakai sarung tangan dan earpods. Suara Astro langsung terdengar saat ini juga.     

"Kamu denger aku?" Astro bertanya.     

"Aku denger." ujarku sambil memasukkan handphone ke saku.     

"Jangan panik. Pasang telinga kamu baik-baik. Kalau mereka maksa pakai kekerasan, kamu tau harus apa."     

"Okay." ujarku sambil memakai jaket dan ranselku kembali.     

"Jangan gegabah. Tunggu Kyle dateng."     

Aku menggumam sambil membereskan koper dan menenteng senapan milik Rilley. Aku tahu ada lebih dari selusin senapan lain di ruangan ini yang tersembunyi dari pandangan, tapi aku tak ingin membuat Denada takut. Aku menarik koper di satu tangan dan mengamit lengan Denada yang masih membeku di tangan yang lain, lalu mengajaknya menaiki tangga menuju loteng.     

Loteng terlihat sama dengan terakhir kali aku ke sini. Aku menekan sebuah tombol di dinding untuk membuat tangga kembali naik untuk menyembunyikan kami sambil melepas ransel. Ternyata loteng ini cukup luas untuk menampung dua orang bersamaan.     

"Bisa jelasin ke aku?" Denada bertanya sambil menatapi rak buku.     

"Loteng ini semacem gudang. Dipakai sama Opa buat nyimpen barang-barang rahasia. Astro minta kita sembunyi di sini. Aku minta maaf kamu harus ngalamin ini, Denada. Kita tunggu Kyle di sini."     

Denada menatapku tak percaya, "Mereka ngincer kamu lagi?"     

Aku menaikkan bahu, "Aku ga tau apa mereka emang ngincer aku, tapi bukan kebetulan mereka dateng waktu Opa dibawa tengah pergi malem begini. Kalau terpaksa, aku akan turun dan nanganin mereka sendiri. Kamu tetep di sini."     

Denada menatapi senapan di tanganku dengan tatapan waspada, "Kamu udah dapet lisensi?"     

"Belum, dan aku ga akan pakai ini kalau ga terpaksa. Ini pinjeman dari bodyguard Opa."     

Denada terlihat pasrah sambil duduk di sebuah kursi dekat meja kerja yang teronggok, lalu mengedarkan tatapan ke sekeliling. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini, aku bahkan tak yakin apakah aku boleh mengajaknya ke sini.     

Aku menghampiri sebuah lubang ventilasi yang berada cukup rendah, hanya setinggi dadaku. Dari sini aku bisa mengintip ke halaman dan melihat siapa saja yang datang dan pergi. Sejauh ini aku hanya melihat Pak Said berjaga di depan sana.     

"Kamu bawa hape kamu?" aku bertanya pada Denada sambil duduk di lantai.     

Denada mengangguk sambil menunjuk ke saku celananya, "Tapi kayaknya lowbat."     

Aku bangkit untuk mengambil ransel dan mengamit sebuah charger, lalu menyodorkannya pada Denada. Denada memang tak membawa apapun selain mobil dan dirinya sendiri ke rumah ini, karena dia memiliki beberapa pasang pakaian yang disimpan di kamarku jika menginap.     

"Kamu yakin aku boleh ke sini?" tiba-tiba saja Denada bertanya setelah menyambungkan charger dan handphonenya pada stop kontak.     

"Kenapa nanya itu?"     

"Loteng ini kayak nyimpen benda berharga." ujar Denada sambil menatapi foto-foto yang berjajar di satu dinding.     

"Aku ga tau apa kamu boleh ke sini, tapi ini tempat paling aman sebelum Kyle dateng. Aku cuma berharap kamu aman di sini."     

"Aku? Gimana sama kamu?"     

"Aku akan ngelawan kalau terpaksa."     

Denada menatapku tak percaya, "Jangan macem-macem, Faza. Kamu harus aman."     

Aku terdiam. Andai Denada tahu bagaimana detak jantungku saat ini. Aku sedang merasakan adrenalin mengaliri aliran darahku, dengan gejolak kesal yang mampu meletus kapan saja.     

"Aku di perjalanan ke bandara. Aku udah nelpon kakek dan minta bantuan. Kyle juga di perjalanan ke sana." terdengar suara Astro dari earpods di telingaku. "Aku sama Axelle mantau kalian. Jangan bikin pergerakan yang ga perlu, kamu tau?"     

"Okay."     

"I love you, Honey."     

"I love you too."     

"Mereka sampai. Satu si teras belakang, dua masih di mantau keadaan. Ada satu lagi ngobrol sama Pak Said."     

Tiba-tiba aku mengingat sesuatu, "Kamu hack CCTV rumah ini?"     

"Aku pasang punyaku sendiri. Bantuan dari Axe."     

Begitukah? Itukah yang dikerjakan Axelle pagi buta sebelum kami pulang ke rumah ini? Tunggu, bukankah seharusnya ada boduguard bayangan yang menjaga rumah ini?     

"Kamu ga liat orang lain? Rumah ini dijaga empat orang selain Pak Said." ujarku sambil mengintip dari lubang ventilasi.     

"Mereka masih mantau situasi. Aku mau take off, kita komunikasi lagi nanti. Sementara ini Axe yang ngasih kamu arahan. Tunggu Kyle dan jangan bikin tindakan sendiri kalau ga terpaksa."     

"Okay."     

"Take care, Honey."     

Aku menggumam dan suara Astro menghilang dari telingaku. Aku baru saja akan bertanya untuk memastikan apakah dia sudah memasuki pesawat, tapi suara yang kudengar justru suara Axelle yang cepat dan dingin.     

"Kamu denger suaraku?"     

"Aku denger."     

"Ada dua orang masuk dari dapur. Aku ga bisa liat mereka ngapain karena dilarang hack CCTV rumah opa dan jarak pandang kameraku terbatas. Jangan bikin suara apapun dan pakai insting kamu. Kalau denger suara ribut, kalian harus tetep diem."     

"Okay."     

Aku memberi isyarat pada Denada untuk jangan mengeluarkan suara apapun. Dia mengangguk sambil mengamit sebuah buku dari atas meja. Mungkin memang akan lebih baik jika aku tak memberitahunya rumah ini sudah disusupi seseorang atau Denada akan merasa panik.     

"Dua penjaga rumah lagi berantem sama satu orang di teras belakang." ujar Axelle tepat saat aku mendengar suara sesuatu didobrak dengan keras sebanyak dua kali.     

Denada menatapku terkejut. Aku memberinya isyarat untuk tetap diam. Akan lebih baik jika siapapun yang mendobrak pintu tak mengetahui keberadaan kami di loteng.     

Aku mengintip ke lubang ventilasi. Pak Said beranjak memasuki runah dengan seseorang yang sesaat lalu berbincang dengannya. Sial, tak tahukah Pak Said bahwa orang di sisinya itu adalah musuh kami?     

Aku memastikan pendengaranku berfungsi dengan baik sambil menatapi halaman. Seseorang datang dan sepertinya memasuki rumah karena aku tak melihatnya di manapun. Aku tak tahu dia musuh atau bukan.     

Aku menghampiri Denada dan memberikan isyarat padanya untuk mendengarkan situasi dengan seksama, juga memintanya tetap diam. Denada hanya mengangguk dengan tatapan khawatir.     

Aku bisa mendengar suara gaduh walau samar. Seperti suara orang berdebat pada awalnya dan sepertinya terjadi perkelahian. Aku tak tahu pihak mana yang menang dan kalah, tapi ada suara sesuatu dibanting terdengar keras di bawah sana.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.