Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sayang



Sayang

3"Opaku belum meninggal. Aku ga perlu tanda tangan hak waris sekarang."     

"Tuan sekarat, Nona." ujar Pak Bambang dengan tatapan sendu.     

Aku menatapi mereka berdua bergantian dan menoleh untuk menatap Kyle, "Opa di mana?"     

"Tuan di rumah sakit. Kita ke sini karena Nona butuh berpikir jernih buat ngurusin semua warisan. Kita ke rumah sakit setelah semua urusan hak waris selesai. Ini perintah dari nyonya." ujar Kyle.     

"Aku ga akan tanda tangan apapun sebelum Astro sampai." ujarku sambil mengamit handphone dari saku.     

Aku menelepon Astro karena tak mendengar kabar apapun lagi dari earpods. Namun sebelum nada dering habis, terdengar suara mobil di halaman dan Astro muncul tak lama kemudian.     

Astro berlari menghampiriku dan memegangi kedua bahuku sambil memperhatikanku dengan teliti, lalu memelukku erat. Dia mengecup puncak kepalaku lama sekali sebelum melepasku pada akhirnya.     

"Bisa kita mulai?" Pak Bambang bertanya.     

Astro mengangguk dan aku menatapnya tak percaya. Yang benar saja? Opaku belum meninggal!     

"Surat wasiat dari tuan Dewanto binti Hartono kepada Nona Mafaza Marzia binti Abbas Sohan selaku cucu ..."     

Dan semua penjelasan mengenai semua hak waris dibacakan padaku oleh Pak Bambang di depan Astro, Denada, Kyle, dan Om Chandra sebagai saksi. Hak warisku mencakup perusahaan senjata, perusahaan yang menaungi berbagai toko kain, rumah ini, dan saham sebesar delapan belas persen di rumah sakit yang sedang Opa bangun bersama Papa Zen.     

Astro mendapat sepuluh persen saham di rumah sakit yang sama, sedangkan Denada dan Mayang mendapatkan masing-masing dua setengah persen saham sebagai hadiah dari Opa. Pak Bambang juga menyerahkan denah rumah Oma bersama dengan teka-teki berbentuk cerita sepanjang dua halaman tertulis tangan. Tulisan tangan Opa dengan tanda tangan dibubuhkan di denah rumah, cerita pendek, dan semua berkas hak waris.     

Aku menatapi semua berkas di pangkuanku dengan gamang. Kepalaku berdenyut mengganggu dan dadaku terasa sesak karena aku merasa hal ini masih belum seharusnya terjadi. Opaku belum meninggal, maka seharusnya semua berkas ini belum menjadi hak milikku, bukan?     

"Bapak ga salah? Opa ngasih saham rumah sakit ke aku?" Denada bertanya pada Pak Bambang.     

"Semuanya tertulis di berkas itu. Untuk Nona dan Mayang, karena sudah sangat baik menjadi sahabat Nona Faza." ujar Pak Bambang sambil menunjuk berkas di pangkuanku.     

Denada menutup mulut dengan tangan dan menatapku dalam diam. Aku tahu dia terkejut walau sebetulnya aku bisa memahami maksud niat Opa dengan baik. Denada dan Mayang memang sahabat yang baik sekali sejak bertahun lalu.     

Astro mengelus lenganku dan mengangguk, "Ayo, kita harus ke rumah sakit."     

"Tapi opaku belum meninggal, Astro. Opaku masih hidup dan masih berjuang di rumah sa ..."     

"Tuan udah nunggu Nona cukup lama." ujar Pak Bambang dwngan tatapan sendu. "Kalau Nona berangkat sekarang mungkin masih sempat."     

Sial! Aku ingin sekali memukul sesuatu saat ini, tapi tatapan semua orang yang menungguku membuatku tertekan.     

Astaga ... haruskah?     

Aku menghela napas dan meletakkan semua berkas di meja, lalu menandatangi semua pengalihan aset berdasarkan surat wasiat dari Opa. Saat aku mengembalikan semua berkas untuk diperiksa oleh Pak Bambang, Pak Bambang memberiku sebuah amplop kecil yang tersegel dengan nama Opa, untukku.     

"Nona harus baca itu sendiri. Mungkin nanti kalau Nona pulang ke Surabaya? Kabari saya kalau ada berkas yang harus saya siapkan berdasarkan surat itu. Nona tau ke mana harus menghubungi saya karena mulai saat ini saya akan menjadi pengacara pribadi Nona." ujar Pak Bambang.     

Aku menatapi amplop di tanganku dan mengangguk, lalu melipatnya dan memasukkannya ke saku celana. Aku tak berminat membahas apapun lagi, maka aku bangkit.     

Entah bagaimana sepertinya semua orang mengerti ke mana kami harus bergerak setelah ini. Aku, Astro, dan Denada menaiki mobil Opa, dengan Kyle yang mengemudi dan Aisley duduk di kursi sebelah kemudi. Sedangkan Pak Bambang dikawal oleh Jian di mobil yang sebelum ini ditumpangi Astro. Kami berangkat ke rumah sakit beriringan dengan Eboth yang mengikuti kami dengan motor.     

Kami sampai di rumah sakit satu jam kemudian. Masih sepi dan lengang di koridor rumah sakit yang tak pernah kudatangi ini. Hanya langkah kaki kami dan seorang perawat laki-laki yang menggema bersahutan dalam diam.     

Langkah kami terhenti di depan sebuah kamar. Perawat mengetuk pintu dan masuk, lalu kembali dengan Oma di sisinya. Oma memelukku dengan mata membengkak dan air mengalir dari selanya.     

"Cuma boleh satu orang yang masuk." ujar perawat itu sambil menatap kami bergantian.     

Oma menepuk punggungku dan mengangguk, lalu mendorongku pelan memasuki kamar. Aku sempat melihat Oma dipeluk oleh Astro sebelum pintu kamar tertutup dan aroma rumah sakit yang tak pernah kusukai entah kenapa menari lebih intens di depan hidungku saat ini.     

Opa terbaring dengan banyak alat bantu di tubuhnya. Gerak napasnya hampir tak terlihat olehku, tapi aku tahu Opa masih hidup.     

Aku menghampiri sebuah kursi dan duduk, lalu meletakkan ransel di lantai dan mengamit tangan Opa untuk kugenggam. Tangan yang bertahun ini melindungi dan membantuku tumbuh dewasa, tangan yang sama yang menyerahkan tanggung jawab atas diriku pada Astro, kini lemah tak berdaya.     

Air mataku meleleh tanpa bisa kubendung. Aku terisak dengan kepala bersandar di samping kepala Opa. Dari sini, aku bisa merasakan hangat tubuh Opa walau sedikit. Napasnya pelan sekali dan hampir tak mampu kukenali.     

Aku ingin sekali berbincang dengan Opa lagi. Membahas tentang berbagai hal. Apa saja. Aku tak akan keberatan.     

Aku tak ingin menahan sakit yang diderita Opa lebih lama dari ini, tapi aku juga tak rela jika Opa meninggalkanku dan Oma sekarang. Aku ingin bisa menemani Opa lebih lama jika mampu, tapi apakah aku egois karena meminta hal yang begitu sulit untuk dikabulkan?     

Handphoneku bergetar. Aku mengamitnya dari saku dan surat yang diberikan oleh Pak Bambang di rumah Opa di Magelang ke luar bersamaan dengannya. Aku membukanya dengan hati-hati dan membacanya dalam diam.     

...     

Mafaza sehat?     

Jika Mafaza mendapatkan surat ini dari Bambang, maka mungkin Opa sudah tidak mampu berbincang dengan Mafaza lagi. Jangan sedih ya, nanti kita bertemu lagi di alam yang lebih baik. Tanpa masalah dan kesedihan.     

Opa minta maaf karena sudah membuat Mafaza berada dalam kesulitan bertahun-tahun ini. Mafaza anak yang kuat dan pandai, Opa tahu Mafaza akan bisa menyelesaikan sekua masalah dengan baik. Opa hanya ingin berpesan, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Bersenang-senang dan menikmati masa muda dengan Astro akan lebih baik untuk Mafaza dibandingkan berkutat dengan pekerjaan sepanjang waktu.     

Opa tahu apa saja yang kalian berdua lakukan walau tidak pernah membahasnya. Opa mempercayakan tindakan dan tanggung jawab di tangan kalian. Kalian akan belajar dari pengalaman, bukan?     

Opa harap Mafaza sudah menerima penjelasan hak waris dari Bambang, semuanya sudah terdata dengan rapi dan siap diproses. Semoga Opa tidak membebani Mafaza dengan aset-aset itu. Bagaimana pun, Mafaza ingin mengelolanya atau melepasnya adalah hak Mafaza.     

Opa hanya ingin menitipkan satu pesan. Sampaikan pada Danastri maaf dan rasa rindu Opa.     

Terima kasih untuk segalanya, Mafaza Sayang.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.