Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Komunikasi



Komunikasi

2Astro, Ayah, dan Om Chandra menemaniku menemui Paolo dan papanya. Kami membahas regulasi baru di pemerintahan dan menyiapkan strategi bersama. Di titik ini aku baru menyadari betapa memusingkannya menjadi Opa. Aku tahu aku mungkin saja belum terbiasa dan akan ada orang-orang yang membantu jika aku membutuhkannya, tapi mengerjakan pekerjaan ini untuk menggantikan Opa memang menjadi tekanan tersendiri untukku.     

Kepalaku berdenyut mengganggu setelah semua percakapan kami selesai. Aku bahkan tak mampu mengalihkan tatapan dari pintu yang terbuka setelah Paolo dan papanya meminta diri untuk pulang. Gelap di luar sana karena hari sudah malam dan yang terpikirkan adalah bagaimana keadaan opaku di bawah tanah di makam tua yang bersisian dengan nenek buyutku.     

Betapa hidup sangat membingungkan. Aku tak pernah membayangkan tumbuh dewasa akan serumit ini. Terlebih, kematian mendadak opaku yang mengagetkan semua orang. Entah kenapa kepergian opaku sekarang terasa seperti mimpi.     

"Jangan bengong." ujar Ayah sambil mengelus puncak kepalaku.     

Aku menoleh pada Ayah yang duduk di sisiku dan menatapi betisnya yang masih terbalut perban, "Maaf ya, Faza jadi ngerepotin Ayah. Harusnya Ayah lagi istirahat sekarang."     

"Ayah seneng bisa bantu. Faza ga perlu mikirin kaki Ayah, sebentar lagi juga sembuh kok. Minggu depan Ayah pasti udah bisa jalan waktu kita ke jembatan."     

"Mm ... tadi Faza bilang ke Oma Faza mau ke jembatan. Oma minta ikut."     

"Oh ya?"     

Aku mengangguk dan bicara dengan suara pelan, "Masalahnya, Axe juga mau ikut. Faza ga tau apa Oma tau soal Axe. Axe emang bilang mau lebih sering jalan-jalan, tapi Faza ga yakin apa Axe mau ketemu sama Oma."     

"Ayah ga keberatan kalau Oma ikut dan sebenernya Oma tau kok Axe kembaran Teana. Oma juga tau Axe ga suka ketemu orang, Oma cuma ga tau Axe orang yang kayak apa setelah bertahun-tahun ga pernah ketemu. Nanti Ayah bilang ke Axe kalau Oma mau ikut ya. Kita liat reaksinya dulu."     

Ini membuatku merasa lega. Jika Oma mengetahui tentang keberadaan Axelle, maka Opa juga pasti mengetahuinya. Aku bahkan baru saja berpikir mungkin sebetulnya Opa tahu apa yang Axelle lakukan, walau Astro selalu berpikir Opa tidak mengetahuinya. Aku mengenal opaku dengan baik, opaku tak akan mudah ditipu.     

Astro dan Om Chandra kembali masuk setelah mengantar Paolo dan papanya. Astro duduk di sisiku, sedangkan Om Chandra duduk di kursi di sebelahnya.     

"Jangan terlalu dibawa beban, nanti Faza biasa kok. Faza pasti cepet belajar nanganin semua kerjaan Opa." ujar Om Chandra.     

Aku terdiam. Aku sangat berharap bisa seperti itu. Akan lebih baik jika aku cepat menyesuaikan diri dengan semua hal ini.     

"Ayah denger Denada sama Mayang dapet saham dari Opa." ujar Ayah, yang membuatku menoleh padanya. "Mungkin bagus juga kalau sewaktu-waktu kalian gabungin saham. Kalian bisa pegang keputusan tertinggi."     

Aku mengangguk karena Ayah benar. Mungkin itu maksud Opa memberikan kami saham terpisah. Lagi pula, Astro juga memegang sepuluh persen saham. Jika sahamku dan Astro disatukan, mungkin kami akan mampu memilih keputusan yang disetujui pemegang saham yang lain.     

"Sekarang karena Opa udah ga ada berarti Faza dapet semua akses ke database Opa, kan?" ujar Ayah sambil menatap Om Chandra.     

Om Chandra mengangguk, "Rencananya Bruce akan ke sini besok pagi."     

"Oh ya?" aku bertanya.     

"Mungkin Faza harus tanya nyonya di mana tuan simpen semua alat komunikasi."     

Betul juga. Aku pernah melihat salah satu handphone yang tak pernah kulihat sebelumnya saat Opa menghubungi entah siapa agar aku bisa bertemu dengan Gerard. Handphone itu muncul begitu saja entah dari mana saat kami sedang bercakap di ruang baca.     

Aku mengamit tangan Astro dan menariknya bangkit. Aku menggiringnya ke lantai dua dan mengetuk kamar yang ditempati Oma selama di rumah ini. Kamar yang tepat berada di sebelah kamar kami.     

Oma membuka pintu tak lama kemudian dengan kata yang bengkak seperti baru saja menangis. Aku melepas genggaman tanganku pada Astro dan memeluk Oma. Sepertinya kesedihan karena kepergian Opa akan membekas lama di hati Oma.     

Aku mengajak Oma masuk ke kamar dan mendudukkan Oma di tepi tempat tidur, "Faza tidur sama Oma ya malam ini."     

Oma menggeleng dan tersenyum lemah, "Buat apa? Faza kan ada Astro."     

Aku menoleh pada Astro. Dia sedang mengamit sebuah kursi dan menariknya ke sisi kami sebelum duduk. Dia mengangguk padaku sebagai isyarat setuju.     

"Astro ngijinin kok. Lagian Faza juga lagi "dapet'." ujarku.     

Oma tertawa kecil walau masih ada air mata menggenang di pelupuk matanya, "Ga usah. Oma kan udah tua. Bukan anak kecil yang tidur harus ditemenin. Faza kenapa ke sini? Bukannya lagi diskusi sama papanya Paolo?"     

"Paolo sama papanya udah pulang." ujar Astro sambil memijat lengan Oma. "Astro cuma penasaran, di mana Opa simpen semua alat komunikasi yang biasa dipakai buat hubungin semua kolega."     

"Ada di ruang baca. Besok Oma temenin kalian ngambil semuanya sebelum kalian pulang ke Surabaya. Sekalian kalian bawa camilan dari Zen. Waktu itu Zen bawa banyak camilan buat Opa. Oma simpen semuanya di laci ruang tamu karena Opa ga boleh kebanyakan makan makanan manis." ujar Oma dengan nada suara yang berubah-ubah, tapi isak keluar di kalimatnya yang terakhir.     

Aku memeluk Oma sambil mengelus bahunya untuk membantunya menenangkan diri. Aku tak berani mengeluarkan kalimat penghiburan apapun karena aku tahu Oma masih sangat terpukul dengan kepergian Opa yang tiba-tiba.     

"Sebelum Opa dibawa ke rumah sakit ... Opa sempet ngobrol sama Oma. Sambil megang tangan Oma." ujar Oma di tengah isak yang berusaha ditahan. "Opa minta maaf karena bikin Oma punya banyak masalah. Opa ... minta maaf karena ... sering bikin Oma repot. Padahal ... Oma ga pernah ... ngerasa direpotin.Opa bilang andai Opa punya badan lebih sehat, mungkin ... Opa udah ngajak Oma ke Spanyol."     

Aku terus mengelus bahu Oma sambil menatap Astro dalam diam. Sepertinya dia akan membiarkan Oma melepas bebannya dengan terus diam dan mendengarkan, maka aku mengikutinya.     

"Oma ga ngerti kenapa. Opa tiba-tiba bangun pas Oma ke kamar dan ngomong kayak gitu. Oma pikir, Opa cuma ngerasa udah tua. Ternyata ... Opa tiba-tiba berhenti ngomong dan ..."     

"Opa udah tenang, Oma." ujarku sambil terus mengelus bahu Oma.     

Oma menggeleng, "Opa sempet nyebut nama Ana sebelum lepas tangan Oma. Oma pikir Opa pingsan, tapi ... napas Opa hampir ga berasa waktu Oma pegang. Oma panik ... bingung harus gimana. Oma pikir Opa akan bangun waktu Faza ke kamar, tapi ternyata ..."     

Kalimat Oma tak sanggup diselesaikan karena Oma menangis dan terisak hingga tak mampu mengatakan apapun. Aku tahu apa yang terjadi setelahnya dan aku sudah meminta Kyle merahasiakan apa yang terjadi di rumah setelah Opa dibawa ke rumah sakit pada Oma. Aku tak ingin membuat Oma khawatir karena ada orang-orang yang berhasil menyusup untuk mencariku di rumahnya sendiri.     

Aku beruntung karena pengawal rumah bekerja dengan cekatan untuk membereskan sisa-sisa perkelahian sebelum Oma pulang untuk mengurusi semua keperluan pemakaman. Aku hanya berharap Oma tak akan menyadari jika pintu kamarku mungkin sudah diganti dengan model yang sama seperti sebelumnya.     

"Besok kita ke rumah ya. Oma percayain benda-benda itu ke kalian berdua. Tolong bantu Opa selesaiin semua kerjaannya, bisa?"     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.