Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Mengecup



Mengecup

3Aku sedang meremas rambut Astro untuk melepas kenikmatan yang baru saja kami capai. Entah ini adalah yang ke berapa kali malam ini. Kami bercinta seolah belum pernah melakukannya sebelum ini. Sepertinya perpisahan kami selama aku menginap di rumah Opa membuat kami merasa sangat rindu. Terlebih, aku baru saja selesai menstruasi.     

Dia melepas dadaku dan menatapku penuh hasrat, "I love you, Honey."     

"I love you too."     

"Kamu sexy banget."     

Aku tertawa kecil. Entah sudah berapa kali dia mengatakan kalimat itu padaku sejak kami menikah.     

Dia merayap naik dan mengecup bibirku, "Kamu ga perlu maksain diri kalau capek."     

"Aku ga maksain diri. It was fun (Ini menyenangkan)."     

Dia mengecup dahiku, kedua pipi, kedua mata, hidung, dagu, dan bibir. Dia menatapiku dalam diam, penuh cinta. Aku tahu itu. Aku bisa merasakannya.     

"Maaf ya, aku nakal. Pikiranku penuh banget, tapi sekarang legaan."     

"I don't mind (Aku ga masalah). Kan aku udah bilang aku suka kamu nakal sama aku, tapi ini udah hampir pagi. Aku masih ada ujian."     

Aku mengangguk, "Thank you."     

"Aku yang harusnya bilang gitu. Thank you, Honey."     

Aku menggumam mengiyakan sambil memegangi wajahnya dengan kedua tangan, "Mau sarapan apa?"     

"Sarapan kamu." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku tertawa, "Serius. Aku mau bikin sarapan buat kamu. Kamu mau bubur daging?"     

"Boleh. Aku makan apa aja yang kamu bikin. Aku mau mandi. Mau bareng?"     

"Kamu duluan aja."     

Astro mengangguk dan mengecup dahiku sebelum melepas tubuhku dari pelukannya. Dia beranjak ke kamar mandi dengan tubuh telanjang yang sexy sekali.     

Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh dan mengamit handphone di meja kecil di samping tempat tidur. Ada banyak sekali pesan di grup lavender yang kuabaikan sejak di pemakaman. Kurasa aku akan membalasnya siang ini setelah melakukan beberapa arahan di workshop.     

Aku meletakkan handphone di dada dan menatapi langit-langit kamar. Ini adalah hari kamis. Sudah berselang empat hari sejak aku kembali ke Surabaya.     

Aku menelepon dan memberikan panggilan video call pada Oma lebih sering dibandingkan biasanya. Aku akan mengajak Oma berbincang lebih lama tentang semua hal yang Oma lakukan di rumah Ayah. Sejauh ini, Ayah dan Ibu sangat membantu dengan mengajak Oma melakukan berbagai kegiatan.     

Aku tahu kepergian Opa akan meninggalkan kenangan yang tak mungkin hilang di hati Oma. Setidaknya, aku ingin Oma tahu bahwa ada banyak orang yang menyayanginya di dunia ini. Aku dan keluarga suamiku seharusnya akan mampu mengurangi kesedihan yang Oma rasakan.     

Sebetulnya aku merasa kesal sekali pada keluarga Zen. Andai Opa tak memiliki proyek pembangunan rumah sakit dengan Papa Zen, mungkin aku tak akan membiarkan mereka mendekati Oma lagi.     

Aku menghela napas dan memejamkan mata. Anak beraroma amis dan penuh luka bernama Baru tak lagi muncul dalam mimpiku. Mungkin benar jika dia sudah pergi, walau aku tak tahu kenapa dia memutuskan untuk pergi.     

Aku dan Astro masih berdebat beberapa kali karena aku masih merasa ragu untuk melebur ujung tombak peninggalan nenek entah siapa yang sudah berselang lebih dari seratus tahun lalu, walau sepertinya meleburnya memang pilihan paling baik yang kami miliki.     

Kakek masih menyimpan duplikat ujung tombak di mansion dan itu akan menjadi pengganti keberadaan ujung tombak yang asli. Jika ada sesuatu yang terjadi suatu hari nanti, sepertinya menyerahkan ujung tombak itu pada siapapun akan aman untuk dilakukan.     

Aku dan Astro melakukan perbincangan penting di dalam mobil saat kami diantar ke bandara. Om Chandra memberitahu kami bahwa blueprint robot tikus ada pada dirinya, Opa berencana akan memproduksinya setelah proyek pembangunan rumah sakit selesai.     

Blueprint robot tikus itu sebetulnya disiapkan sebagai salah satu teknologi mata-mata yang akan diproduksi oleh perusahaan senjata api sebagai salah satu inovasi. Namun sekarang setelah Opa meninggal, Om Chandra menyerahkan keputusannya padaku. Untuk sementara, aku masih memintanya menyimpan blueprint itu dan tak akan mengambil keputusan apapun.     

Tiba-tiba wajah Manta Harlan terbayang di mataku. Aku membuka mata dan menemukan Astro baru saja akan mengecup bibirku. Dia hanya memakai celana boxer selutut dengan dada telanjang.     

"Aku pikir kamu tidur." ujarnya sambil merebahkan tubuh di sisiku dan mengelus puncak kepalaku.     

Aku merebahkan kepalaku di lengannya, "Kamu tau apa yang dilakuin Genta ke Manta setelah dibawa ke basecamp?"     

"Dia dipulangin setelah dirawat. Kenapa?"     

Aku menggeleng, "Cuma tiba-tiba kepikiran."     

"Aku ga akan ngasih kesempatan kamu ketemu dia, kalau itu maksud kamu." ujarnya sambil memindahkan rambut ke belakang telingaku.     

Aku tersenyum. Dia benar-benar mengerti aku. Sebetulnya aku memang akan meminta izin bertemu dengan Manta dan menjelaskan keadaan Gerard padanya jika Astro mengizinkan. Namun sepertinya aku memang tak akan bisa melakukannya.     

"Stop being too nice (Berhenti bersikap terlalu baik), Honey. Ga semua orang bisa diperlakuin begitu. Harusnya kamu tau itu setelah ketemu Zen sama keluarganya."     

Dia benar dan aku tak akan mendebatnya kali ini. Aku sudah cukup merasa kesal karena keluarga Zen berkali-kali menempel pada Opa. Mungkin jika Opa tak terlalu bersemangat untuk membantu mereka, opaku masih ada sampai saat ini.     

Aah betapa naifnya aku. Aku bahkan tak tahu akan seberapa panjang umur yang kumiliki.     

Aku membenamkan wajah di dadanya. Aroma green tea yang menenangkan dan aroma hangat yang menguar dari tubuhnya membuatku merasa mengantuk. Memeluknya seperti ini terasa nyaman sekali. Mungkin aku juga akan merasa seperti Oma jika dia meninggalkanku lebih dulu.     

Aku mendongak untuk menatapnya, "Kamu yakin ga akan nikah lagi kalau aku meninggal duluan?"     

Astro mengangguk dengan mata terpejam.     

"Gimana kalau aku nikah lagi?"     

Astro membuka mata dan menatapku lekat, "Aku ga akan bisa ngelarang, kan? Aku pasti udah mati."     

Aku menatapnya sebal, "Bilang dong kalau aku ga boleh."     

"Kenapa harus ga boleh? Itu keputusan yang kamu ambil sendiri, pilihan kamu sendiri. Aku ga bisa apa-apa."     

Aku tahu dia benar, tapi ini terasa menyebalkan. Padahal aku sangat berharap dia akan melarangku menikah lagi jika dia meninggal lebih dulu.     

Astro mendekapku di dadanya sambil mengecup puncak kepalaku dan bicara dengan bibir bergerak di sana, "Tapi kamu mungkin ga akan nemuin yang sexy kayak aku. Nyari yang pinter masak, jago main catur, jago nyayi sama main gitar, punya resort sama restoran, punya perusahaan game, bisa bikin robot, bisa bantu kamu ngerjain semua kerjaan kamu, romantis, pengertian. Erm, nyari yang nyebelin banget kayak aku juga susah, kamu tau?"     

Aku tersenyum lebar sekali dan mendongak untuk menatapnya, "Sekali lagi yuk."     

"Ga mau. Ngapain? Kamu kan mau nikah lagi sama orang lain kalau aku mati. Kamu making love sama dia aja sana. Kalau kamu making love sama aku trus nanti kita punya anak kan kamu yang repot. Belum tentu suami baru kamu mau nerima anak kita." ujarnya dingin tanpa ekspresi.     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

"Aku cuma mau denger kamu ngelarang aku nikah lagi. Bukan denger kamu ngambek. Jelek!"     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Harusnya paham dong kalau aku ga akan rela."     

Aku mengecup bibirnya, "Bawel!"     

"Siap buat besok? Rencana sama kakek akan mulai jalan, tapi kita harus hati-hati karena oma sama Axe ikut kita."     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.