Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Playboy



Playboy

0Oma membawakan kami berbagai makanan dengan alasan kami baru akan kembali ke penginapan besok pagi. Sekarang mobil kami menguarkan aroma makanan yang membuatku merasa lapar secara berkala padahal matahari belum tinggi.     

Aku baru saja menghabiskan sebuah roti saat bertemu tatap dengan Axelle yang sedang mengemudi melalui spion tengah, "Kenapa?"     

"Berat badan kamu bisa nambah lagi kalau kamu makan terus." ujar Axelle sambil mengalihkan tatapan ke rute perjalanan kami.     

"Ngapain kamu ngomentarin berat badan istriku? Aku ga keberatan kok kalau istriku nambah berat badan." ujar Astro sambil menarikku lebih dekat padanya.     

Aku menatap sebal pada mereka berdua dan mengamit handphone dari saku. Akan lebih baik jika aku mengabaikan mereka saat ini dan mengabari Oma bahwa kami sedang mencari lokasi saat aku ditemukan warga bertahun lalu.     

"Faza inget sesuatu?" Ayah bertanya.     

Aku menoleh pada Ayah dan menggeleng, "Belum, Yah."     

Ayah hanya mengangguk dan kembali berkutat dengan laptop di pangkuannya. Karena Ayah duduk di kursi sebelah kemudi, aku mampu melihat apa yang sedang Ayah kerjakan dari sini. Aku bisa melihat percakapan Ayah dengan Pak Bruce yang meminta nama rumah sakit tempat aku dirawat bertahun lalu.     

Sebetulnya aku pun ragu apakah akan mengingat sesuatu, aku hanya merasa aku memang perlu mendatangi sungai itu lagi. Namun sungai itu bertahun lalu dan sekarang, terlihat berbeda. Suasananya, juga perasaan yang kurasakan saat menatapnya.     

Kami mendatangi lokasi yang diberikan Pak Bruce pada Ayah dan melihat-lihat sekeliling. Di tempat ini sekarang hanya ada pohon bambu yang tumbuh di sepanjang sungai dan lagi-lagi aku tak mengingat apapun.     

Kami memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran sambil berbincang mengenai kapan waktu yang tepat untuk naik ke bukit. Akhirnya, kami memutuskan akan menaiki bukit sore nanti karena Ayah masih harus mengurusi berbagai hal di depan laptopnya.     

Axelle mendapatkan perhatian dari perempuan yang melihat kami di restoran. Astro bahkan terang-terangan memberi Axelle sinyal bahwa ada yang sedang melirik ke arahnya sembunyi-sembunyi. Astro bahkan memberi isyarat pada Axelle untuk tersenyum.     

Axelle memang tersenyum, senyum dingin dan tipis yang sudah kulihat sejak kami bertemu di mansion. Anehnya, alih-alih merasa sepertiku saat dulu pertama bertemu dengannya, perempuan itu justru menatap terpesona.     

Ayah mengacak rambut Axelle tanpa mengalihkan tatapan dari laptop, "Jangan belajar jadi playboy kalau ga mau Om laporin ke mama kamu. Lagian bukannya kemarin minta dikenalin ke Mayang kalau Mayang selesai kuliah S3?"     

Axelle hanya menggumam, sedangkan Astro tersenyum lebar sekali. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua sepupu berbeda sifat walau keduanya sama-sama menyebalkan.     

"Axelle jadi playboy?" tiba-tiba terdengar suara Ibu dari earpods.     

Aku menoleh untuk menatap yang lain, sepertinya mereka tak akan menjawab atau memberikan informasi apapun. Padahal seharusnya mereka juga mendengar Ibu bicara di earpods mereka masing-masing.     

"Ibu tau Ibu ga lagi salah denger." ujar Ibu sekali lagi.     

"Ayah cuma bercanda." ujar Ayah sambil terus menatapi laptop tanpa berkedip.     

"Awas kalian kalau ngajarin Axelle aneh-aneh."     

"Axe aman kok. Tenang aja."     

Lalu hening. Namun aku hampir saja tertawa. Aku hanya menahannya. Ini lucu sekali.     

"Bagus aku bukan playboy, kan? Bucinnya sama kamu aja." ujar Astro tepat di telingaku, yang membuatku melepas tawa hingga mendapatkan perhatian dari pengunjung yang duduk di sekitar kami.     

Aku berdeham sambil mencubit lengan Astro, tapi dia justru memberiku senyum menggodanya yang biasa. Aku tahu dia sedang sengaja membuatku tak memikirkan Opa atau Oma secara berlebihan. Sikapnya sejak Opa meninggal sudah membuktikannya.     

Kami ke luar dari restoran pukul 15.37. Ayah yang menggantikan Axelle menyetir kali ini, sedangkan Axelle duduk di samping kemudi sambil menatap laptop dalam diam. Astro dan aku memainkan permainan tebak kata di jok tengah seperti yang biasa kami lakukan bertahun lalu saat sedang dalam perjalanan.     

Ayah memarkir mobil di ujung jalan, di tempat lapang yang tak ada apapun selain pohon di sekelilingnya. Kami melanjutkan perjalanan ke atas bukit dengan berjalan kaki sambil menenteng ransel dan membantu Axelle membawa peelengkapan tenda. Senja tiba saat kami sampai di atas bukit, yang membuatku terdiam dan terpana.     

Senja di sini cantik sekali dan meninggalkan sensasi hangat di dadaku. Namun kali ini terasa berbeda, karena yang kuingat justru senja yang terlihat dari makam Opa. Bagaimana keadaan opaku saat ini? Apakah dingin di bawah sana?     

Astro memelukku dan mengelus puncak kepalaku tepat saat aku mengelap air mata dengan ujung jaket. Ini adalah air mata pertama yang turun karena mengenang Opa setelah seminggu berselang dan ini terasa aneh.     

Ada sebuah lubang yang tak kusadari di dalam dadaku saat ini tiba-tiba terlihat jelas. Aku tahu ini ada lubang yang ditinggalkan Opa, yang selama seminggu ini tak terlihat karena ada terlalu banyak hal yang terjadi dan aku berusaha menyelesaikannya tanpa menggunakan perasaan agar terasa lebih mudah. Namun sepertinya aku salah.     

Opaku sudah sangat berusaha di usia senja dengan membantuku, Astro, juga Zen dan keluarganya. Namun yang kusalahkan hanya Zen dan keluarganya karena aku merasa muak. Mereka tak memiliki hubungan apapun dengan Opa. Selama ini aku menganggap mereka orang asing yang tiba-tiba datang dan dekat dengan Opa karena Zen menyukaiku.     

Dadaku terasa sesak dan yang terngiang di telingaku saat ini adalah percakapanku dengan Oma berbulan-bulan sebelum aku menikah. Oma berkata jika aku hebat karena mampu melepaskan beban di hati. Oma bahkan menjelaskan dengan rinci bahwa kebanyakan orang memilih menyimpan beban di hati mereka walau mereka tahu beban itu akan menghambat, bahkan merusak diri mereka sendiri. Mereka memelihara beban itu seolah melihara benda berharga. Mereka bahkan tak akan malu-malu menyalahkan orang lain karena kesialan yang mereka alami.     

Namun apa yang kulakukan saat ini? Aku justru menambahkan beban karena berpikir Zen dan keluarganya adalah penyebab opaku meninggal, walau aku berusaha menyangkalnya.     

Aku menarik napas perlahan dan mendongak untuk menatap Astro, "Aku harus gimana? Dadaku sakit."     

"Biar waktu yang jawab pertanyaan kamu. Aku ga bisa bantu soal itu." ujarnya dengan tatapan sendu.     

Aku mengangguk pasrah dan kembali mengelap air mata dengan lengan jaket. Aku memiliki tanggung jawab untuk membuat beban di hati ini pergi. Cepat atau lambat.     

Astro mendudukkanku di tanah sebelum membantu melepas ransel dan meletakkannya di sebelah ransel yang lain, lalu menghampiri Ayah dan Axelle yang sedang memasang tenda. Mereka menyalakan api unggun membuat suhu di sekitar kami menjadi lebih hangat.     

Aku hanya menatapi senja hingga menghilang dari pandangan sambil terus mengelap air mata yang jatuh ke pipi. Aku beruntung karena Astro, Axelle dan Ayah hanya membiarkanku berkutat dengan diriku sendiri. Aku sangat berterima kasih walau tak mampu mengatakan apapun.     

Astro menghampiriku dan menarikku bangun, lalu mengajakku duduk mengelilingi api unggun. Entah apakah karena mereka memang benar-benar mengerti jika aku kehilangan Opa hingga bersikap seolah tak ada yang terjadi.     

"Sekarang kita tinggal nunggu. Kalian bawa pistol kalian masing-masing, kan?" Ayah bertanya sambil menatap kami bertiga bergantian.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.