Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Djoko



Djoko

1"Beraninya kalian sama orang tua!" teriak Ibu.     

Buku halusku meremang tiba-tiba. Aku hampir saja nekat mengamit senapan di balik punggungku saat mendengar Oma bicara dengan suara lirih. Namun cukup jelas terdengar di tengah keheningan ini.     

"Kalau anda begitu pengen bunuh saya, kenapa ga dari dulu, Djoko?" Oma bertanya.     

Sesuatu di dadaku bergemuruh. Ada Djoko Pranoto di sekitarku saat ini, tapi aku tak tahu di mana dia berdiri. Aku tak mengenali langkah kakinya.     

"Saya ga pernah berniat bunuh siapapun. Bukan dengan tangan saya." ujar sebuah suara serak yang berlanjut dengan kekehan panjang. Dia berada di sisi kiriku.     

"Harusnya anda tau ini semua sia-sia. Buat apa anda nyari kita sampai ke sini? Ngerasa aman karena Dewanto udah meninggal? Kalian ngerasa bebas karena Dewanto ga mungkin nyelametin kita?"     

"Betul! Ternyata Sagenah (Oma) yang saya kenal masih cukup pintar. Sayang, anda memilih orang yang salah untuk jadi suami."     

"Saya ga pernah salah milih suami. Keluarga saya yang salah karena pernah kenal anda!!" teriak Oma, yang disambut suara tembakan.     

Lalu hening.     

Aku tak yakin dengan apa yang terjadi di sekitarku. Entah siapa yang ditembak atau siapa yang menembak. Keheningan ini membuat bulu halusku meremang hanya dengan memikirkan berbagai kemungkinan.     

Keringatku terasa dingin saat ini. Entah apakah suhu di sini yang membuatnya terasa seperti itu atau justru reaksi alami dari tubuhku. Namun aku merasakan suatu ketakutan menyusup ke dalam dadaku. Aku baru saja akan membuka mata saat mendengar seseorang bicara. Lantang dan jelas.     

"Seret Astro ke sini!" ujar Djoko.     

Lalu orang di sisi kananku bergerak. Aku tahu itu langkah kaki Donny. Dia sedang menyeret tubuh yang tadi tergeletak di sampingku.     

"Dia pingsan, kan?" Djoko bertanya. "Gimana kalau kita bunuh anak ini biar nyusul istri dan mertuanya?"     

"JANGAN BUNUH ANAKKU, KALIAN BIADAB!!" teriak Ibu.     

"Tenang. Anda akan nyusul dia nanti. Kalau sudah begitu, tinggal nyari Jaya dan keponakannya. Kita bakar kalian sama-sama agar kalian ngumpul semua. Ga perlu khawatir tentang itu."     

Ibu menggeram kencang hingga ada suara menggema di sekitar kami, disusul suara orang berlari dan suara tertampar keras setelahnya. Juga suara burung yang terbang yang mungkin saja merasa terusik oleh keberadaan manusia yang tak seharusnya di sini.     

"Keluarga ini berisik banget!" desis sebuah suara yang tak kukenali. Suara ini terasa dalam dan dingin.     

"Mereka semua pingsan gini, trus kita mau apa, Pa?" Donny bertanya.     

"Tunggu sampai Jaya atau keponakannya muncul. Mereka ga mungkin biarin keluarganya mati di tempat ini." ujar suara yang dalam dan dingin, sepertinya dia Abidzar karena Donny menyebutnya 'Papa'. Dia berjalan menghampiriku, berhenti tepat di sisiku dan menginjak pipiku dengan kaki bersepatu dengan sol tebal yang berat. "Sayang banget, padahal mirip Ana."     

"Papa masih suka sama bundanya?" Donny bertanya.     

Hening sebelum Abidzar menjawab, "Sayang juga buat apa? Ana hilang dari penyekapan dan yang nyisa cuma anak ini. Anaknya Abbas sial*n."     

Aku marah sekali. Sangat marah hingga memilih untuk tetap diam. Kuharap kegelapan malam ini menutupi gerakan napasku yang samar. Aku hanya harus menunggu sebuah tanda untuk bergerak.     

Abidzar berkata bundaku menghilang dari penyekapan. Itu berarti bundaku bertemu dengan orang-orangnya setelah jembatan rubuh bertahun lalu. Itu juga berarti bundaku memang menyembunyikan diri, entah di mana. Dan kurasa sekarang aku tahu kenapa bundaku bersembunyi. Bunda tak ingin keluarganya diganggu lagi jika keluarga Pranoto tahu Bunda bersama Opa dan Oma.     

"Papa harusnya udah bisa lupain bundanya. Mama bisa marah kalau tau." ujar Donny sambil berdecak kesal, lalu terendus aroma rokok dibakar yang menghampiri hidungku.     

Abidzar tertawa, "Kalau mama kamu tau, Papa bisa pastiin siapa yang ngadu. Semua warisan kamu akan Papa cabut."     

Hening kembali di sekitar kami. Orang-orang yang mengelilingiku bergerak ke satu titik, kecuali Donny. Mungkin sekitar belasan meter dari tempatku terbaring. Sedangkan Donny duduk di tanah tepat di sisiku, dengan aroma rokok menyebar di sekitar kami.     

"Sorry aku ga dateng ke pemakaman opa kamu." ujarnya dengan suara pelan, hampir terdengar seperti berbisik di telingaku padahal jarak bibirnya dan telingaku cukup jauh.     

Aku tak mampu menjawabnya. Aku harus terus berpura-pura saat ini.     

Udara malam sejuk sekali dan sebetulnya akan sangat menyenangkan jika kami tak berada di posisi sedang diburu. Mungkin aku akan mengajak Astro ke sini lagi lain kali setelah semua pendidikan kami selesai. Hanya kami berdua.     

Terdengar suara lain dari kejauhan. Sekitar tiga atau empat orang sedang mengendap-endap mendekati kami. Aku tak tahu mereka siapa, tapi aku akan menyiapkan diri.     

Aku menarik napas panjang dan dalam sambil menghitung dalam hati. Peranku akan segera selesai dan aku mungkin akan melukai Donny yang sudah membantuku hanya agar dia tak dicurigai oleh keluarganya. Keluarganya tak boleh tahu dia berkhianat.     

Terdengar satu tembakan dari sisi kiriku dan mengenai seseorang. Orang itu mengerang. Sepertinya dia adalah orang yang memintaku diserahkan padanya dua minggu lalu. Namun aku masih harus tetap diam. Bagianku belum datang.     

"JAYA?!" teriak Abidzar yang disambut oleh Donny yang segera bangkit, tapi dia tetap berada di sisiku. "Kamu harus tau menantu kamu udah mati! Aku cuma butuh mayat dia dan kalian bebas. Ke luar baik-baik dan aku serahin anak istri kamu sekarang!"     

Terdengar suara langkah orang mendekat. Aku tahu itu langkah siapa dan dia berhenti sekitar sepuluh meter dariku.     

"Lepasin keluargaku." ujar Ayah dengan suara tenang.     

"Aah, akhirnya ke luar. Mana keponakan kesayangan kamu? Harusnya kalian bareng, kan? Suruh dia ke luar juga biar kita lepasin istri kamu sama-sama. Aku butuh bantuan."     

"Ga perlu basa-basi! Dia udah pergi dari sini. Bebasin keluargaku sekarang! Kalian udah dapetin yang kalian mau, kan?!"     

"Ayolah, aku butuh bantuan buat lepasin ikatan. Panggil keponakan kamu atau kamu yang aku bunuh? Kamu ga pegang pistol, Jaya. Kamu pikir aku tolol, ya? Yang nembak tadi itu pasti keponakan kamu! Atau ... bantuan?"     

Ayah meludah ke tanah dan berteriak, "Ke luar, Axe! Kita ketauan gara-gara kamu!"     

Lalu terdengar suara lain yang melangkah mendekat ke arah Ayah, "Sorry, Om. Axe masih amatir pegang senapan."     

Hah? Amatir dia bilang? Dia baru saja menembak tepat di lengan seseorang di tangga dan membuat senapan yang dipegangnya terlontar, tepat di depan mataku. Aku hampir saja mendengus kesal mendengarnya.     

Abidzar mendekati mereka berdua sambil bicara, "Lain kali cek dulu sejarah nenek moyang calon menantu kalian. Jangan ngulang kasus yang sama atau kalian akan berurusan sama keluargaku. Padahal kita udah biarin kalian hidup aman selama bertahun-tahun megang tombak warisan Baru Klinthing, tapi kalian malah cari masalah dengan nikah sama orang yang salah!"     

"Anakku ga pernah salah milih calon istri. Mereka emang udah dijodohin dari kecil, kalau kamu mau tau! Cepet lepasin keluargaku! Aku ga sudi liat muka kalian lagi seumur hidup!"     

Abidzar berdecak kesal tepat di depan Ayah, "Galak kayak biasanya. Menantu kamu harusnya tau kalau mertuanya segalak ini. Sayang aja dia udah mati."     

Terdengar sebuah tembakan disambut sebuah erangan dan Donny berlari ke arah papanya, "PAPA!"     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.