Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Maaf



Maaf

3Aku memberitahu Astro tentang apa yang kubahas bersama Rilley setelah Oma tidur. Aku membahasnya di kamar tamu yang bersebelahan dengan ruang rawat Oma karena Rilley masih berjaga di ruang tamu.     

Rilley berkata dia mendapatkan tugas dari Kyle untuk turun di jalan tempat kami menghentikan mobil dan bertemu Donny. Dia mengamit earpods yang dia tinggalkan di sawah dan menggunakan motor Donny untuk mengambil senapan khusus sniper (jarak jauh). Dialah yang membunuh Abidzar dari bukit yang bersebelahan dengan tempat kami mengejar Abidzar.     

Aku baru menyadari bahwa Rilley mendengar semua yang kukatakan pada Abidzar setelah memakai earpods yang sebelumnya sudah dia tinggalkan di sawah. Aku memang berkata akan membunuh Abidzar, tapi aku tak juga melakukannya hingga Rilley mendapatkan inisiatif untuk melakukannya lebih dulu.     

Astro terlihat tenang sekali selama aku menjelaskan semuanya. Seolah dia lega karena bukan aku yang membunuh Abidzar.     

"Aku nemu sesuatu." ujar Astro sambil menatapku lekat. "Aku coba cari produsen yang bikin permen susu."     

"Permen susu?"     

Astro mengangguk, "Permen susu kesukaan bunda, yang bungkusnya ditemuin Axe. Axe nyari produsen permen susu itu."     

"Ketemu?"     

"Produsennya udah meninggal."     

Aku menghela napas, "Trus apa yang kamu temuin kalau produsennya meninggal?"     

"Axe curiga sama permen susu yang dikasih Zen ke Opa, jadi dia minta dua waktu di penginapan. Tadi pagi waktu dia ke mansion ketemu kakek, kata kakek rasa permen susunya mirip sama permen susu yang udah ga produksi. Axe nanya apa merk permen susunya sama kayak yang bungkusnya dia temuin di kamar bunda. Kakek bilang iya."     

Aku menatap Astro dengan jantung berdetak kencang, lalu mengamit handphone dan baru saja akan memberi Zen sebuah pesan. Namun aku membatalkannya.     

"Kenapa?"     

Aku menggeleng pada Astro dan mengetik pesan untuk Kyle. Dia pernah berjanji padaku akan mencari data tentang pemilik toko oleh-oleh di Jogja yang pernah kami datangi. Aku memintanya memberiku data secepatnya.     

"Mau ketemu kakek besok?"     

"Boleh. Kakek di sebelah?"     

"Aku bilang kakek dulu kalau kamu mau ke sana. Kita lewat dalem aja."     

Aku mengangguk. Aku tahu maksudnya adalah pintu rahasia yang terhubung dengan rumah sakit ini. Kami pernah melewatinya berbulan-bulan lalu saat hari sudah gelap.     

Astro menarikku agar berbaring di tempat tidur. Dia meletakkan kepalaku pada lengannya dan menatapku lekat, "Kamu harus kinta denah rumah Oma ke Pak Bambang. Inget Opa pernah bilang akan ngasih denah rumah itu kalau Opa meninggal?"     

"Besok aku minta. Aku capek banget. Pengen tidur, tapi kayaknya ga akan bisa." ujarku sambil merapatkan tubuh padanya dan memeluknya lebih erat. Biasanya hangat tubuhnya selalu bisa menenangkanku. Entah kenapa saat ini berbeda. Aku merasa gelisah.     

Astro mengelus rambutku dan mengecup puncak kepalaku, "Kamu harus lepasin Abidzar, Honey."     

"Lepasin apanya? Dia udah ga ada." ujarku dengan gusar.     

"Justru itu. Dia udah ga ada, makanya kamu harus lepasin dia."     

Aku mendongak untuk menatapnya. Dia sedang menatapku dengan tatapan mantap dan tenang. Entah kenapa terasa seperti sedang menatap ayahku.     

Astro menurunkan tangannya dari kepalaku dan menyentuh dadaku, "Kamu masih ga rela karena bukan kamu yang bunuh Abidzar."     

Dia benar dan aku terdiam.     

"Kamu harus lepasin perasaan itu. Abidzar udah ga ada. Aku justru bersyukur bukan kamu yang bunuh dia. Kalau boleh jujur, aku liat kamu ... ga kayak kamu di hutan itu." ujar Astro dengan tatapan khawatir.     

Aku masih terdiam.     

"Aku ngerti kamu marah. Aku juga bisa ngerti kalau kamu pengen balas dendam, tapi bukannya kamu yang ngelarang aku jadi jahat?"     

Seketika jantungku terasa berhenti berdetak. Dia benar. Aku bahkan pernah beberapa kali mengatakan padanya bahwa aku tak ingin dia berubah menjadi jahat. Apakah aku sudah berubah menjadi orang jahat saat ini?     

Kupikir aku hanya belum bisa merelakan bayang-bayang keluarga Zen yang membuat opaku meninggal. Namun aku baru menyadarinya sekarang bahwa aku juga menimpakan kesalahan atas meninggalnya keluargaku pada Abidzar.     

Aku tahu mungkin kedua fakta itu memang benar, tapi aku tak seharusnya menyalahkan mereka, bukan? Menyalahkan keadaan pada mereka juga ternyata menyakitiku. Itu membuatku tak mampu menerima keadaan.     

Apa yang harus kulakukan sekarang?     

"Ini ga segampang waktu aku lewatin jembatan sebelum ke rumah pohon." kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku.     

"Maafin mereka, Honey. Cuma itu satu-satunya cara."     

Aku mendengus kesal, "Gimana mungkin aku maafin mereka? Mereka udah bikin keluargaku meninggal dan mer ..."     

"Dan kamu tau kalau semua hal ga ada yang kebetulan. Kamu juga tau keadaan kita bertahun-tahun ke belakang yang ngebentuk kita sampai sekarang. Kamu tau semua hal itu lebih baik dari siapapun, Honey. Maafin mereka dan kamu akan bebas."     

Aku menatapnya dalam diam. Entah kenapa semua kalimatnya terasa benar, tapi hatiku berusaha menolaknya.     

"Kamu mungkin cuma butuh waktu." ujarnya sambil memindahkan helaian rambut ke belakang telingaku.     

Aku ingin sekali mengangguk, tapi yang kulakukan hanya menatapnya seolah kami tak pernah bertemu sebelum ini. Dan aku terpesona. Betapa laki-laki ini begitu sabar padaku sejak bertahun lalu.     

Dia yang membuatku melepas traumaku satu-persatu. Dialah yang mengajariku banyak hal. Dia juga yang membuatku mampu melewati segalanya tanpa merasa keberatan walau hanya sedikit.     

"Aku percaya kamu bisa." ujarnya sambil mengecup bibirku. "Kalau semua yang dibilang Abidzar bener, harusnya bunda masih ada. Kamu bisa fokus nyari bunda dibanding nyalahin Abidzar, kan? Oma pasti seneng kalau bisa ketemu bunda lagi."     

Entah kenapa air mataku meleleh. Terasa panas dan sesak. Aku sama sekali tak mengerti.     

Astro mendekapku di pelukannya, "Kamu boleh nangis sampai puas."     

Aku menangis sejadi-jadinya hingga entah berapa lama. Yang kuingat adalah tubuhku terasa lelah dan mengantuk. Saat aku membuka mata, tak ada Astro di sisiku. Namun hari masih gelap.     

Aku memaksa tubuhku bangkit dan berjalan ke luar kamar. Aku bisa mendengar sayup-sayup orang bicara di ruang tamu, maka aku menghampirinya.     

Kyle menoleh padaku saat menyadari keberadaanku dan memberiku senyum menawan yang entah kenapa aku merasa rindu padanya, "Kyle udah dapet data yang Nona minta. Kita bisa ke alamat nenek yang punya toko oleh-oleh itu kapan aja Nona siap."     

Aku mengangguk dan duduk di sisi Astro, "Nanti abis aku ketemu Donny. Aku harus jelasin ke dia, bukan aku yang bunuh papanya."     

Kyle menggangguk dan melirik pada Rilley. Rilley terlihat sama dinginnya dengan yang selama aku mengenalnya. Mungkin sifat itu memang sudah melekat pada dirinya hingga aku mulai terbiasa.     

"Ada data lain yang kamu dapet?" aku bertanya.     

"Chandra lagi berusaha komunikasi sama orang yang pernah ngaku ngeliat Ana. Nanti dia akan hubungin Nona langsung."     

"Okay. Kalian mau nginep di sini?"     

"Kyle cuma mampir. Ehm, kalau boleh, Kyle mau minta ijin besok. Kyle ada janji sama seseorang."     

Aku menatap Kyle penuh minat, "Seseorang?"     

Kyle terlihat salah tingkah walau tak mengatakan apapun.     

"Mau ketemu Denada, Nona." ujar Rilley, yang segera mendapatkan tatapan tajam dari Kyle.     

Aku menatap Kyle tak percaya, "Ada urusan apa kamu sama sahabatku?"     

"Lebih tepatnya mau ketemu mamanya, tapi mungkin nanti akan ketemu Denada juga. Ya, kan?" ujar Rilley sebelum Kyle sempat mengatakan apapun.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.