Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bersimpuh



Bersimpuh

1Donny dan Djoko Pranoto bertemu dengan Oma setelah Oma diizinkan pulang keesokan harinya. Mereka bertemu di rumah peninggalan Opa di Magelang karena Oma ingin menginap di sana sebelum ke rumah Ayah.     

Sejak masuk, tubuh Djoko Pranoto bergetar. Entah apa yang dia pikirkan, tapi rumah ini adalah rumah yang sama dengan saat dia menembak rahim Oma hingga calon adik Bunda meninggal dalam kendungan.     

Aku, Astro, dan Ayah menemani di ruang tamu selama pembicaraan berlangsung, sedangkan Rilley dan Eboth berjaga di luar. Selama Djoko Pranoto bicara, Oma hanya diam dan mendengarkan. Walau jelas bahwa Oma masih sakit hati dari tatapan matanya.     

Djoko Pranoto mengakui, bangkrutnya pabrik rokok milik orang tua Oma adalah pekerjaannya. Dia yang menghasut orang tuanya untuk membuat pabrik itu bangkrut dengan cara memberi modal tak terbatas pada pabrik rokok besar yang baru dibangun. Pabrik rokok besar yang baru dibangun itu adalah pabrik yang sama dengan yang diceritakan Ibu saat Djoko menawarkan kerja sama pada Oma.     

Djoko mengakui bahwa yang diincar olehnya adalah tanah perkebunan tembakau milik orang tua Oma yang subur dan menghasilkan tembakau berkualitas super. Saat dia tahu bahwa Oma menjual perkebunan itu pada orang lain, dia marah sekali hingga tak berpikir jernih dan mengakibatkan calon adik bunda meninggal di dalam kandungan.     

Lebih lanjut, dia mengakui bahwa dialah yang mengenalkan Abidzar pada sosok Bunda saat mereka masih remaja. Dia tidak menyangka bahwa Abidzar akan benar-benar menaruh hati pada Bunda, padahal yang dia inginkan hanyalah merusak Bunda jika Bunda jatuh hati pada Abidzar karena dia tahu sejak awal bahwa Abidzar sulit sekali menahan hasrat. Sayangnya rencananya gagal sejak awal karena Bunda sudah menaruh hati pada ayahku.     

Djoko juga mengakui apa saja yang dilakukan oleh Abidzar pada bundaku. Mulai dari berusaha mengirim seorang perempuan untuk merayu ayahku, membayar orang untuk memasang bom di bawah jembatan, penyekapan bunda yang dilakukan setelah Abidzar tahu Bunda selamat, juga berkali-kali percobaan untuk mencelakaiku. Dia pun mengakui bahwa kebakaran toko kerajinan tanganku adalah ulah keluarganya.     

Djoko meminta maaf pada Oma atas semua yang sudah dia dan Abidzar lakukan, tapi jelas di wajah Oma bahwa Oma jijik sekali melihatnya. Oma bahkan tak berusaha menyembunyikan raut wajah tak ramah yang selama ini jarang sekali kulihat.     

Donny terlihat salah tingkah saat melihat reaksi Oma. Sejauh yang kuperhatikan dari raut wajahnya saat kakeknya mengakui perbuatannya, sepertinya ada banyak hal yang baru dia ketahui tentang keluarganya sendiri. Sama sepertiku.     

"Oma mau maafin kakekku?" Donny bertanya setelah keheningan yang lama di antara kami.     

Oma memang tak mengatakan apapun sejak mereka memasuki rumah ini dan sepertinya tak ada tanda-tanda Oma akan bicara. Aku menoleh pada Ayah untuk meminta saran, tapi Ayah justru memberiku isyarat untuk menunggu.     

Djoko Pranoto bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Oma. Di luar dugaan, dia bersimpuh di lantai dan menundukkan bahu hingga hampir menyentuh lantai sambil meminta maaf pada Oma.     

Oma terkejut walau menarik kaki hingga masuk ke kolong kursi. Oma menatap Djoko Pranoto dengan tatapan yang sama, tatapan jijik.     

Detik dan menit berlalu hingga selang lebih dari sepuluh menit, lalu Donny bangkit dan bersimpuh di sisi kakeknya. Dia menundukkan bahu hingga menyentuh lantai sambil memohon maaf pada Oma.     

Sejujurnya pemandangan di hadapanku ini mengharukan sekali. Aku bahkan baru saja berpikir, andai Oma memaafkan keduanya, detik itu juga aku akan melakukan hal yang sama. Aku akan mengabaikan rasa sakit hatiku pada mereka jika suatu saat muncul kembali.     

"Bangun kalian." ujar Oma pada akhirnya.     

Mereka mengangkat wajah dan menatap Oma, dengan posisi masih bersimpuh di lantai. Wajah keduanya memerah dan terlihat bersalah.     

"Saya masih ga bisa maafin kalian sekarang. Saya ga bisa janji akan bisa maafin kalian dalam waktu dekat. Sebaiknya kalian pulang sekarang." ujar Oma dengan nada dingin.     

Raut kecewa muncul di wajah Donny dan Djoko Pranoto. Aku baru saja akan mengamit tangan Oma, tapi Oma lebih dulu bangkit dan berjalan menuju kamar utama. Jantungku terasa berhenti berdetak saat Oma membuka dan menutup pintu.     

Donny dan Djoko Pranoto menatapku dalam diam. Mereka tetap duduk bersimpuh di lantai dan seolah sudah meleburkan kaki dengan tegel rumah ini.     

"Sorry, aku ga bisa bantu. Keputusan maafin kalian atau ga itu hak Oma. Perjanjian kita tetap berlaku, tapi kalian harus bener-bener nunjukin diri kalau kalian ngerasa bersalah mulai sekarang. Mungkin Oma akan maafin kalian suatu hari nanti." ujarku.     

Donny menundukkan pandangan dan mengamit tangan kakeknya. Dia mengajak kakeknya bangkit, tapi kakeknya tetap bergeming.     

"Faza mau maafin Kakek?" Djoko Pranoto bertanya.     

Aku hampir saja tertawa mendengarnya menggunakan kata "kakek" padaku. Aku masih ingat betapa arogan dirinya di tengah hutan beberapa hari lalu. Dia bahkan menatapku jijik seolah aku bukan manusia.     

"Please, Faza. Kalau kamu belum bisa maafin papaku, se ga nya maafin kakekku." ujar Donny dengan tatapan penuh harap.     

Aku menarik napas panjang, "Aku ga bisa janji kapan bisa maafin kalian. Harusnya kalian tau diri ga minta maaf terlalu cepet. Aku manusia dan aku butuh waktu. Omaku juga sama."     

Donny menelan ludahnya dan mengangguk lemah, "Aku akan tunggu maaf dari kamu sampai kapanpun. Aku akan terus pegang semua perjanjianku. Kamu ga perlu khawatir, aku ga akan ganggu kamu atau keluarga kamu lagi, juga keturunan kalian."     

Aku mengangguk tanpa mengatakan apapun. Ayah lah yang bangkit dari duduk, lalu mengamit lengan Donny dan Djoko Pranoto hingga bangkit. Ayah menggiring mereka ke halaman tanpa mengatakan apapun dan kembali dengan tatapan tenang.     

"Ayah minta Eboth nganter mereka pulang." ujar Ayah sambil duduk ke kursi yang sesaat lalu ditinggalkan olehnya.     

"Makasih, Yah." ujarku sambil menyandarkan punggung pada punggung kursi. Aku baru menyadari, ternyata aku menahan diri dan tubuhku terasa tegang saat ini.     

Ayah menggumam mengiyakan, "Kapan kalian balik ke Surabaya?"     

Aku menoleh pada Astro yang duduk tepat di sisiku. Dia terlihat sedang berpikir dalam. Entah apa yang sedang dia pikirkan hingga aku mengelus lengannya untuk meminta perhatian.     

Astro menoleh padaku, "Kenapa?"     

"Ayah nanya kapan kita pulang ke Surabaya."     

"Kapan aja kamu siap, Honey. Aku ga mau bikin kamu buru-buru. Lagian aku juga udah ga ada kelas. Aku tinggal nunggu hasil ujian."     

"Gimana kalau besok? Aku udah ninggalin workshop lama banget. Cacha sama Putri emang bisa dipercaya, tapi aku kangen kerja."     

Astro menyentil dahiku, "Dasar gila kerja."     

"Jadi kalian mau pulang ke Surabaya besok? Biar Ayah bilang Axe buat siap-siap. Dia harus nempatin apartemen kalian, kan?" Ayah bertanya.     

Astro menoleh pada Ayah, "Ayah mau Axe pulang bareng kita?"     

"Kenapa ga? Lebih cepet dia kenal dunia luar lebih bagus. Ayah mau bikin Axe lebih keren sebelum ngelamar Mayang."     

Astaga, apa yang baru saja kudengar? Aku baru saja akan mendebat Ayah saat mengingat sesuatu.     

"Tapi Faza mau ke Jogja dulu. Mau ke toko oleh-oleh buat ngecek permen susu."     

"Kenapa Faza ga nanya Zen di mana dia beli permen itu?"     

Aku melirik Astro, "Faza kan dilarang ngehubungin Zen. Coba nanti biar Astro yang nanya."     

Astro menatapku dalam diam, tapi dari tatapannya aku tahu dia cemburu. Laki-laki ini benar-benar menyebalkan.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.