Joglo
Joglo
Aku ke sini setelah mendatangi toko oleh-oleh untuk mencari permen susu, dari keterangan pegawai toko ternyata permen susu itu adalah produk laris yang akan langsung habis setelah siap dijual di toko. Tak mengherankan kenapa aku tidak menemukannya saat ke sini bersama Bastian.
Aku ingat ucapan Kyle saat dia memberitahuku tentang nama pemilik rumah ini. Pemilik rumah ini adalah sepasang suami istri tua. Sang istri bernama Shiori, sedangkan suaminya bernama Yogi Waluyo dan sudah meninggal. Jika informasi Kyle benar, maka mungkin nenek itu tinggal sendiri dengan keluarganya yang lain. Karena rumah joglo sebesar ini tak mungkin dirawat seorang diri oleh seorang yang sudah tua.
"Perlu minta Bastian ke sini? Dia bilang dia kenal nenek yang punya toko, kan?" Astro bertanya.
Betul juga. Bastian pernah berkata dia mengenali nenek pemilik toko karena dulu nenek itu memiliki sentra batik di lokasi yang sekarang menjadi toko oleh-oleh, maka aku mengangguk.
Astro mengamit handphone dan menelepon seseorang, "Aku minta nomor Bastian. Okay, aku tunggu."
Kemudian dia berkutat dengan handphonenya kembali sambil mengajakku menjauh dari rumah itu. Area rumah ini sebetulnya padat penduduk, dengan sebuah jalan beraspal yang cukup besar untuk dilalui dua mobil bersisian. Astro mengajakku ke depan sebuah toko yang tutup dan duduk di anak tangga yang hanya ada beberapa.
Halaman toko yang tutup ini menjadi tempat parkir bagi mobil Astro karena Kyle tak tahu akan memarkir mobil di mana. Aku memang meminta Kyle dan Axelle tetap berdiam di mobil saat aku dan Astro turun menghampiri alamat rumah nenek Shiori.
Aku bisa melihat banyak kendaraan lalu lalang di sini. Namun hanya ada beberapa orang yang lewat dan sepertinya mereka terburu-buru. Aku terkejut saat toko yang kupikir tutup tiba-tiba terbuka dan seseorang dengan tatapan ingin tahu muncul sesaat setelahnya.
Aku bangkit sambil menarik lengan Astro agar ikut bangkit, "Maaf ya, Bu. Kita numpang duduk sebentar."
Perempuan itu mengangguk dan menatapku dari atas, lalu ke bawah dan kembali. Kemudian tatapan matanya terpaku pada rumah nenek Shiori, "Kalian tamunya Obaasan (panggilan nenek dalam bahasa Jepang)?"
Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Setau saya Obaasan lagi ke rumah anaknya. Mungkin kalian bisa ke sini lagi minggu depan."
Aah begitukah? Aku dan Astro saling bertatapan dan mengangguk. Kupikir perempuan itu akan langsung masuk kembali setelah memberi informasi, tapi dia masih menatapiku seolah sedang merasa sangat penasaran.
"Kayak pernah liat, di mana, ya?" perempuan itu bertanya.
Tak lama ada seorang laki-laki seumuranku muncul dari belakang perempuan itu dan langsung berteriak dengan senyum terkembang di bibirnya, "Mimpi apa aku semalem, Gusti! Kamu Faza, kan? Yang ini Astro, kan? Sini masuk!"
Aku menatapnya bingung. Aku tak akan terkejut jika ada yang mengenali kami karena beberapa bulan lalu kami memang sempat mengisi berbagai media online dengan beberapa skandal. Namun reaksinya tak terduga.
"Mbok minggir to, Yu." ujar laki-laki itu sambil berusaha menggeser tubuh perempuan yang menghalangi jalannya. "Sini masuk. Jangan di depan warung gitu nanti kesambet."
"Mm ... ga perlu repot-repot. Ga pa-pa kok. Kita cuma mau numpang duduk sebentar."
"Ealah! Sini tak temenin." ujar laki-laki itu sambil mengamit lenganku dan mengajakku kembali duduk di anak tangga. "Kalian nyari siapa? Udah pasti bukan aku. Kalian ga kenal aku, kan? Aku yang kenal kalian, hahahaha!"
Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam. Astro menggeser tubuhku dan duduk di antara kami berdua. Astaga, dia bahkan merasa cemburu pada orang asing yang baru kami kenal.
"Namaku Sobri. Aku main game bikinanmu lho! Uasik tenan!" ujarnya sambil menepuk kakinya sendiri dan tersenyum lebar.
"Eleh! Game teros!" ujar perempuan yang masih berada di dalam toko.
"Nyinyir ae mbak yu ku iki. Oh dia namanya Lala." ujar Sobri dengan senyum yang dibuat-buat untuk membuat Lala kesal. "Kalian nyasar?"
"Ga nyasar. Kita mau ke rumah itu, tapi kata mbak itu nenek yang punya rumah lagi pergi. Jadi kita batal. Permisi ya." ujar Astro sambil menarikku bangkit.
"Sek to! Tunggu. Kalian kalau mau tau alamat anaknya yang lagi didatengin tak kasih nih. Hadiah buat kalian karena Sobri baik. Tunggu di sini ya. Jangan ke mana-mana." ujar Sobri sambil beranjak kembali ke dalam toko.
Astro menggeleng-gelengkan kepala sebelum kembali berkutat dengan handphone. Aku bisa membaca pesan yang sedang dia kirimkan untuk Bastian. Dia membatalkan permintaan pada Bastian untuk menemani kami.
Sobri kembali pada kami dengan secarik kertas yang dilipat dan menyodorkan kertas itu pada Astro, "Ini alamatnya. Biasanya Obaasan di rumah anaknya nginep dua atau tiga hari. Obaasan baru berangkat kemarin. Jadi kalau kalian nyari di rumah anaknya besok mungkin bisa ketemu, tapi kalau kalian mau ke sini lagi minggu depan mungkin Obaasan udah pulang."
"Makasih." ujar Astro sambil memasukkan kertas ke saku bersamaan dengan handphone miliknya. "Kita pamit ya. Maaf udah ganggu."
"Santai. Aku seneng bisa ketemu kamu." ujar Sobri sambil menepuk bahu Astro.
Astro tersenyum singkat dan menarikku memasuki mobil. Dia memberi isyarat pada Kyle untuk melanjutkan perjalanan dan melambaikan tangan pada Sobri sebelum mobil kami menjauh.
"Coba liat alamatnya." ujarku pada Astro sambil menegadahkan tangan.
Astro mengamit kertas dari saku dan menyodorkannya padaku. Aku membuka kertas itu dan membaca alamat dalam diam. Alamat dan nama anak Nenek Shiori membuatku tertarik. Sepertinya aku pernah melihat nama dan alamat ini.
Astro membaca alamat yang tertera pada kertas, "Kita ga mungkin ke Bandung sekarang. Kita ke rumah itu lagi minggu depan, ya? Nanti aku minta Bastian nemenin."
Aku mengangguk sambil terus menatapi kertas di tanganku, lalu mengamit handphone dan mengambil foto alamat itu. Aku mengirimkan foto itu pada Mayang melalui pesan pribadi dan bertanya apakah dia mengetahui alamat itu. Mayang sedang tidak online saat ini, tapi aku yakin dia akan segera membalasnya jika memiliki waktu.
"Coba liat." ujar Axelle yang duduk di kursi sebelah kemudi sambil menegadahkan tangan padaku.
Aku menyodorkan alamat itu padanya dan dia mulai berkutat dengan laptop di hadapannya. Entah apa yang akan dia lakukan, aku akan membiarkannya saja. Lagi pula aku memiliki alamat rumah anaknya di handphoneku.
Aku menatap ke luar jendela. Senja sudah tiba. Cantik sekali dan membuat sesuatu di dadaku terasa hangat. Seolah ada sesuatu yang hilang, kembali padaku.
Handphone di sakuku bergetar. Aku mengamitnya dan menemukan pesan dari Mayang.
Mayang : Aku tau tempatnya. Kamu mau aku ke sana?
Aku : Ngerepotin kamu ga?
Mayang : Ga kok, soalnya ujianku udah selesai. Sebenernya aku pengen pulang sebelum kamu pindah, tapi kamu pasti sibuk banget ngurusin macem-macem setelah Opa meninggal
Aku : Nanti aku kabarin kapan aku pulang. Kita ketemu Denada
Mayang : Okay, besok aku ke alamat ini deh. Nanti aku kabarin kamu. Kamu istirahat aja. Kamu pasti capek banget
Aah betapa aku beruntung memiliki sahabat sepertinya.
=======
NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.
TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-