Musuh
Musuh
Kami meminta maaf padanya saat sampai karena ada banyak hal yang terjadi hingga baru sempat datang. Namun dia berkata dia sudah mengetahui ceritanya dari Om Chandra dan dia memaklumi.
Sekarang sudah larut. Aku melirik jam di lenganku, pukul 22.16. Aku mengantuk sekali, tapi gelisah di dadaku tak juga pergi.
"Ada yang mau kamu ceritain?" Astro bertanya dari balik kemudi.
Aku menoleh padanya. Dia benar-benar mengerti aku, tapi aku sudah menceritakan temuan Kyle padanya setelah semua pekerja bangunan pulang. Aku memang tak menceritakan apapun padanya tentang teleponku dengan Axelle, tapi aku tahu bukan itu yang membuat hatiku gelisah.
"Mau kencan?" dia bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku tersenyum, "Ini udah malem banget. Kita harus istirahat."
Astro mengelus puncak kepalaku dan mengecupnya, "Mau making love?"
Aku tertawa. Dia benar-benar mengerti aku. Entah sejak kapan kami melepas beban pikiran dengan saling melepas hasrat. Awalnya aku memang tidak menyadarinya, tapi kurasa aku hanya sedang menolak menganggap diriku sendiri mesum.
Astro mendekap kepalaku di bahunya sebelum melepas tangan untuk kembali memegang persneling dan laju mobil kami bertambah kencang. Sepertinya dia akan benar-benar mengajakku bercinta saat kami sampai.
Handphone di sakuku bergetar. Aku mengamitnya dan melihat panggilan telepon dari Kyle.
"Ya, Kyle?"
"Perempuan itu ke Bandung, Nona."
"Bandung? Aku minta alamatnya."
"Baik."
Sambungan telepon kami terputus, tapi ada pesan masuk ke handphoneku sesaat setelahnya. Kyle memberiku alamat, tapi ...
Aku menatapi pesan itu lama sekali dengan tatapan tak percaya hingga duduk ke posisiku yang semula. Aku menoleh untuk menatap Astro, "Perempuan itu ke alamat anak Nenek Shiori."
Astro menghentikan mobil tiba-tiba dan menatapku terkejut. Dia mengamit handphone dari saku dan menelepon seseorang, "Cari tau soal keluarganya nenek Shiori. Waktu itu kamu nyari alamatnya, kan? Perempuan aneh itu ke sana."
"Siapa?" aku bertanya saat Astro menutup telepon.
"Axe."
Aku menghela napas dan memejamkan mata. Kupikir perempuan itu bukan siapa-siapa. Mata-mata siapa dia sebenarnya? Apa hubungannya dia dengan Nenek Shiori? Jika dia ke rumah anak Nenek Shiori, apakah mereka keluarga?
Entah kenapa tiba-tiba terngiang ucapan Zen saat menyarankan destinasi study tour tiga tahun lalu. Dia sempat menyebutkan sentra batik. Mungkinkah?
Aku membuka mata dan menatap Astro, "Aku mau telpon Zen."
"Buat apa?"
"Please, trust me."
Astro menatapku dilema walau melakukannya juga pada akhirnya. Dia menelepon Zen dan mengaktifkan speaker.
"Ada yang bisa aku bantu?" Zen bertanya.
"Istriku mau ngomong sama kamu." ujar Astro dengan tatapan tak rela.
"Okay."
"Sorry kalau aku ganggu kamu malem-malem, Zen. Aku inget kamu pernah nyebut sentra batik waktu kita kelas sebelas. Kamu tau sentra batik mana yang bagus? Aku lagi pengen ke sana sebelum pindah."
"Nanti aku chat alamatnya. Ada lagi yang kamu butuh?"
"Itu aja. Thank you."
"Kamu selalu terlalu sungkan. Padahal kamu bisa minta apa aja karena opa udah banyak bantu keluargaku. Keluargaku ga akan nolak apapun permintaan kamu sebagai balas budi."
"Aku cuma butuh itu, Zen."
"Okay. Aku chat alamatnya sekarang."
Sambungan telepon kami terputus dan meninggalkan tanda tanya yang jelas di wajah Astro.
"Trust me. Aku tau sentra batiknya Nenek Shiori udah ga ada. Aku cuma ... punya firasat."
Astro menghela napas, "Fine."
Sebuah pesan datang tak lama kemudian. Zen mengirim alamat di area pusat kota Jogja melalui pesan. Dia memberi tahu sentra batik itu adalah milik teman mamanya.
Jantungku berdetak kencang sekali. Aku membuka mesin peramban dan mengetikkan alamat sentra batik. Ada foto-foto lokasi dari website resmi dan berbagai sudut sentra. Juga nama pemiliknya, Auriana Gayatri. Namun tak ada foto pemiliknya satu pun.
Kepalaku berdenyut kencang sekali. Kenapa perempuan itu tiba-tiba muncul di semua tempat saat ini?
Aku membalas pesan Zen : Apa dia orang yang sama yang kadang ikut Mama ke makam?
Zen : Iya. Kadang tante ke rumah kalau ga sibuk. Oleh-oleh yang sering aku bawa itu juga dari tokonya
Jantungku terasa berhenti berdetak. Aku mencarinya berputar-putar dan ternyata dia sedekat ini denganku. Sekarang masuk akal kenapa dia mengenal Nenek Shiori karena menggunakan tempat bekas sentra batik sebagai toko oleh-oleh.
Namun jika memikirkan apartemen miliknya yang sekarang sudah dijual, bukankah itu berarti dia sudah mengincar Astro sejak dulu? Apakah itu juga berarti dia sengaja mendekati keluarga Zen untuk mendapatkan akses dekat denganku karena aku dekat dengan Astro? Untuk bisa ke Jogja dari Surabaya mengurusi toko oleh-oleh dan sentra batik akan sangat memakan waktu, bukan?
Sial, aku bahkan bisa mengerjakan semua pekerjaan dari handphone dan laptop. Kenapa pula aku masih merasa heran dengan apa yang perempuan itu lakukan?
Sebetulnya sejak kapan dia mengincar Astro hingga membeli apartemen di sebelah apartemen Astro? Nama Astro mencuat dan tersebar di berbagai portal berita online setelah beberapa bulan kuliah semester satu, maka seharusnya perempuan itu sudah mengenal Astro jauh lebih dulu.
Aku menatap Astro, "Aku mau tau siapa aja musuh kamu."
"Aku ga pernah ngerasa punya musuh, tapi aku tau musuh ayah dan siapa-siapa aja yang ga suka sama keluargaku."
Aku menatapnya dalam diam. Aku memang bertanya siapa saja musuhnya, tapi entah kenapa di dalam hatiku terasa ada yang mengganjal.
Zen : Kapan kamu mau ke sentra? Biar aku bilang tante
Aku : Jangan bilang-bilang dulu. Aku belum tau kapan mau ke sana
Zen : Kabarin aku kalau kamu mau ke sana. Tante selalu suka denger aku cerita soal kamu
Aku : Kamu cerita soal aku?
Zen : Dulu sebelum kamu nikah. Sorry kalau aku ga sopan udah cerita-cerita sembarangan
Terasa ada batu jatuh ke dasar perutku dan meninggalkan sensasi berputar. Tatapan teduh perempuan itu yang mengganggu pikiranku saat ini terasa bisa kumengerti. Namun ini aneh sekali. Jika dia sudah mengetahui banyak tentangku, kenapa dia justru pergi dan menjual apartemennya setelah bertemu denganku?
Aku menutup wajah dengan kedua tangan dan memejamkan mata. Kenapa aku sulit sekali hidup dengan tenang? Kenapa ada orang-orang yang mengincarku silih berganti? Kesalahan apa yang kulakukan hingga membuat mereka mengejarku?
Astro memelukku dan mengecup puncak kepalaku, "Kamu punya aku. Kamu ga harus mikirin semuanya sendirian, kamu tau?"
Aku menggumam. Entah apa yang kugumamkan, aku pun tak yakin.
Astro melepas pelukannya dan mengamit kedua tangan yang menutupi wajahku, "Kita pulang."
Aku hanya mengangguk. Aku bahkan baru menyadari kami masih berada di jalan raya yang lengang karena sudah hampir tengah malam.
Astro mengecup dahiku sebelum kembali menyalakan mobil. Dia menaruh tanganku di persneling dan menggenggamnya. Dia hanya diam dan begitu fokus pada rute perjalanan pulang kami. Dia benar-benar mengerti aku karena saat ini aku sedang tak ingin mengatakan apapun.
Saat sampai di rumah rahasia, kami langsung mengunci pintu dan beranjak ke kamar di lantai dua. Aku langsung menghempaskan tubuh ke tempat tidur. Hari ini terasa lelah sekali.
Astro memelukku yang sedang tengkurap dan mengelus puncak kepalaku perlahan, "Good night, Honey."
=======
NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.
TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-