Baru
Baru
Setelah pulang dari rumah Zen, aku menangis sejadi-jadinya di kamar. Aku sudah menahan tangisku tidak pecah sebelum menutup pintu, tapi aku langsung berteriak histeris saat pintu terkunci. Aku bahkan tak mengizinkan Astro masuk untuk menemani.
Aku meraung sambil menghempaskan tubuh ke tempat tidur. Aku kesal sekali. Aku ingin memaki seseorang atau memukul entah siapa. Aku ingin menceritakan pada dunia bahwa bundaku masih hidup, tapi aku tak mungkin mengatakannya.
Apalah gunanya bundaku menggunakan sebuah identitas baru jika akulah yang membongkarnya? Lagi pula untuk apa? Aku bahkan tak yakin akan bisa menceritakan hal ini pada Oma. Aku takut akan membuat Oma terlalu terkejut hingga sakit. Hal seperti ini tak akan begitu mudah diterima orang tua seperti dirinya.
Aku kesal sekali. Kenapa setelah sekian tahun, jika bundaku sudah mengingat keluarganya kembali, tak sekali pun menemuiku dan justru memantauku dari jauh? Apakah bundaku tak merasa rindu padaku seperti aku merindukannya? Apakah bundaku tak merasa rindu pada Opa dam Oma seperti mereka merindukannya?
Aku ingat dengan jelas jawaban Mama Zen saat bertanya apakah Opa pernah bertemu dengan Tante Ana, tapi Mama berkata Opa sama sekali tak tahu. Zen juga mengatakan hal yang sama.
Itu berarti Opa memang benar-benar tak pernah bertemu bundaku, bukan? Lalu bagaimana caranya aku akan menyampaikan pesan terakhir Opa pada Bunda jika aku harus ke negara baru malam ini, sedangkan bundaku berada di Norwegia?
Uugh aku kesal sekali!!
Untuk apa pegawai sentra berkata bahwa bundaku ke luar negeri untuk menemui anaknya? Apakah itu berarti Mama Zen mungkin saja tak tahu bahwa bundaku menikah lagi dan memiliki anak dari laki-laki lain selain ayahku? Namun Mama Zen berkata bundaku tak berniat menikah lagi karena cinta pertamanya sudah meninggal dalam kecelakaan, itu berarti adalah ayahku, bukan?
Astaga!! Kepalaku sakit sekali hanya dengan memikirkan segalanya!!
Aku berteriak.
Aku ingin melepas kekesalan di hati yang sebulan ini menghantui, tapi kekesalanku justru semakin bertambah seiring detik yang bertambah. Aku merasa sangat kesal karena semua hal terjadi begitu di luar dugaan.
Apa yang harus kulakukan sekarang? Tolonglah ... aku hanya ingin hidup dengan tenang.
Aku sudah menemukan bundaku, tapi aku tak mampu memberitahu dunia bahwa aku memilikinya. Aku sangat merindukannya. Aku ingin sekali bertemu, tapi harus pergi ke negara yang lain dengan negara tempatnya tinggal saat ini.
Ini terasa seperti aku sedang berusaha menggenggam angin. Angin itu terpampang di depan mataku, tapi aku tak mampu menggenggam atau melihatnya.
Aku sempat bertanya bagaimana cara menghubungi bundaku pada Mama Zen, Mama memang memberiku nomor telepon. Namun nomor itu tidak aktif saat aku mencoba menelepon. Mama bahkan berkata hal itu sudah biasa, Ana yang Mama tahu akan kembali di waktu yang tak terduga.
Aku sudah meminta Astro menelepon Bastian untuk membeli lukisan yang ada sosok bundaku di dalamnya. Aku ingin menyimpannya dan menyembunyikannya dari dunia. Terlebih, keluarga Zen tak boleh tahu Auriana Gayatri itu adalah bundaku. Entah apa yang akan mereka lakukan jika mereka mengetahuinya.
Uugh aku kesal sekali!! Sampai di titik ini pun aku masih juga merasa bodoh. Sangat bodoh!!
Bagaimana mungkin aku tak menyadarinya sebagai bundaku saat mengamit kuntum bunga dari rambutnya? Bagaimana mungkin aku begitu bodoh karena bergerak dengan sangat terlambat untuk mencari tahu tentang dirinya? Bagaimana mungkin aku masih saja menangis dan meraung di kamar kedap suara ini seorang diri padahal aku memiliki seorang suami yang bersedia menjadi sandaran bagiku?
MAFAZA MARZIA BODOH!! Aku sangat bodoh!!
Aku bangkit dan mengelap air mata asal saja dengan ujung jaket, lalu ke luar kamar untuk mencari Astro. Aku mengabaikan tatapan Ayah dan Ibu yang sedang berada di sofa lantai dua, lalu menuruni tangga untuk mencari suamiku dengan air mata berderai yang tak bisa kuhentikan.
Astro sedang berada di dapur saat aku menemukannya. Aku langsung memeluknya dan menagis sejadi-jadinya. Dia memeluk dan mengecup puncak kepalaku tanpa mengatakan apapun, lalu segalanya gelap.
Aku mendengar orang bercakap entah apa di dekatku. Kepalaku terasa sakit sekali. Perutku terasa mual dan berputar. Mataku terasa bengkak dan aku sulit membuka mata. Namun saat mataku sedikit terbuka, aku bisa melihat Astro sedang bicara dengan Oma di tepi tempat tidur.
Sayup-sayup aku mendengar suara Astro berkata, "Udah mepet, Oma. Ga bisa ditunda lagi. Kita harus berangkat sekarang. Nanti Oma nyusul aja ya, ayah sama ibu bisa nemenin Oma nanti."
"Tapi Faza kasihan. Sampai pingsan gini pasti karena kecapekan, kerjaannya kan banyak. Biarin istirahat dulu. Biar Faza nanti berangkat sama Oma."
Aku berusaha mengerjapkan mata dan menggerakkan tangan untuk meraih Astro. Aku haus sekali.
Astro menoleh padaku, "Kamu udah bangun? Kita harus berangkat sekarang atau kita akan ketinggalan pesawat. Semua barang kita ada di mobil."
"Astro, biar Faza sama Oma aja nanti. Faza masih harus istirahat. Liat tuh lemes gitu."
Astro terlihat dilema. Aku memberinya isyarat untuk membantuku duduk dan dia menurutinya. Dia memeluk tubuhku dan mendudukkanku, dengan sebelah lengannya menopang punggungku. Aku berbisik padanya aku ingin minum. Dia menaruh beberapa bantal di belakang punggungku dan mengambil gelas di meja kecil di samping tempat tidur, lalu menyodorkan gelas itu di depan bibirku dan membantuku minum.
Aku menatap jam dinding. Sudah waktunya kami berangkat. Namun bagaimana caranya aku bangun dan berjalan? Tubuhku lemas sekali.
"Mau aku gendong?" Astro bertanya setelah meletakkan gelas kembali.
Aku mengangguk, tapi Oma menahan lengan Astro saat Astro akan mengangkat tubuhku.
"Faza berangkat bareng Oma aja nanti. Biar Astro berangkat duluan. Faza istirahat aja." ujar Oma dengan tatapan khawatir yang jelas sekali.
Aku menggeleng dan memaksakan diri bicara dengan suara lemah, "Faza ga ... pa-pa. Nanti sampai ... bandara ... udah sehat kok. Faza cuma lemes ... karena baru bangun."
Oma menghela napas, "Apanya yang ga pa-pa? Ngomong aja susah gini kok."
Terdengar ketukan pintu saat aku akan bicara. Astro bangkit dan memberi isyarat pada seseoang di luar sana untuk masuk, lalu Kyle muncul sesaat kemudian.
Kyle duduk di tepi tempat tidur dan menatapku khawatir, "Jadwal keberangkatan kita sebentar lagi, Nona."
Aku mengangguk dan memberi isyarat pada Astro untuk mengangkat tubuhku. Astro mengulurkan kedua lengannya untuk menggendongku, sedangkan aku memeluk bahunya karena aku merindukannya.
Ya. Aku merindukannya.
"Nona yakin mau berangkat sekarang?" Kyle bertanya.
Aku mengangguk dan tersenyum, "Suamiku berangkat dan aku harus ikut ke mana suamiku pergi. Opa bilang gitu kan?"
Kyle mengangguk dan menatap Oma yang terlihat sangat sedih, "Nyonya mau semobil sama Faza ke bandara?"
Oma hanya mengangguk lemah, lalu kami beriringan ke luar kamar. Sudah ada Ayah dan Ibu yang menunggu kami di dekat mobil.
"Yakin mau berangkat sekarang?" Ayah bertanya saat Astro mendudukkanku di jok tengah.
Aku mengangguk, "Faza ga pa-pa kok. Cuma lemes sedikit abis pingsan. Nanti Faza tunggu Oma dateng ya, Oma jangan sedih."
Oma menghela napas dan mengangguk walau terlihat berat melepasku.
"Ada banyak orang nunggu di bandara buat nganter. Inget kan harus ke terminal keberangkatan Jerman dulu sebelum pindah?" Ayah bertanya.
Aku dan Astro mengangguk. Kami akan pergi dari negara ini selama empat tahun atau lebih. Bukan ke Jerman, tapi negara lain yang sudah Ayah dan Opa siapkan untuk kami sejak berbulan lalu. Kami akan menjalani hidup baru di sana.
=======
NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING & NOVELFULL, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.
TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-