Twilight Connoisseurs
Twilight Connoisseurs
Ternyata dugaanku salah. Kupikir Ayah akan menyiapkan sebuah apartemen untuk kami tinggal, ternyata Ayah menyiapkan sebuah rumah satu lantai dengan material batu dan kayu. Rumah ini tidak besar atau kecil, tapi ada dua kamar tambahan jika ada tamu yang menginap.
Pemandangan di sekitar rumah ini cantik sekali. Ditambah dengan rumah ini sendiri, benar-benar terasa sedang berada di alam liar. Padahal area ini cukup padat penduduk dan semuanya ramah sekali.
Ada sebuah danau yang bisa dijangkau dengan kendaraan apapun. Aku dan Astro berencana akan ke danau itu besok menggunakan sepeda yang baru saja kami beli. Tentu bukan kami yang membelinya, tapi Kyle.
Astro memberitahuku, bahwa saat aku pingsan sebelum kami berangkat ke bandara, dia sempat mencari keberadaan ruangan rahasia di rumah Oma. Seperti dugaannya, ruangan itu ada di kamarku. Akses pintunya berada di belakang stop kontak dan kunci yang kami temukan bersama dengan laptop dan dua handphone peninggalan Opa adalah kunci pintu itu.
Pintu rahasia itu mengarah ke sebuah tangga bawah tanah dan ada pintu lain di sana. Mungkin sisa teka-teki yang belum terpecahkan menjelaskan bagaimana kami bisa masuk ke sana. Sayangnya Astro tak memiliki banyak waktu karena kami harus ke bandara. Dia akan memperlihatkan itu padaku jika kami pulang lagi, entah kapan.
Dengan meninggalnya Abidzar, kami mengurangi jumlah pengawal yang ikut ke negara ini. Hanya ada Kyle, Rilley, dan Lyra. Mereka tinggal di sebuah markas yang sama, tak jauh dari rumah kami.
Bisakah kalian menebak di mana kami tinggal saat ini? Biar aku beri tahu, kami tinggal di Kanada. Sebuah negara besar di utara Benua Amerika.
Aku menyukai tempat ini. Udaranya bersih dan ada banyak destinasi untuk menyegarkan diri. Aku dan Astro bahkan sudah menyiapkan peta petualangan khusus sebelum kami mulai berkuliah. Harus kuakui ini terasa menyenangkan.
Entah apa yang terjadi padaku. Setelah aku menangis dan pingsan sebelum berangkat ke bandara, aku merasa sangat tenang. Mungkin aku sudah melepaskan semua kekesalanku di kamar saat itu. Aku tak lagi memikirkan apapun mengenai keluarga Abidzar atau Zenatta. Aku bahkan tak lagi merasa kesal pada keluarga Zen setelah tahu apa yang opaku lakukan pada keluarga mereka adalah sebuah tindakan balas budi. Yang kupikirkan sepanjang perjalanan dari rumah Ayah hingga sampai di tempat ini adalah bagaimana aku bisa bertemu dengan bundaku lagi.
Aku mencoba menelepon nomor Bunda yang kudapatkan dari Mama Zen, tapi masih belum tersambung. Mungkin benar jika bundaku akan kembali entah kapan. Aku hanya berharap tak terlalu lama berpisah dengannya. Delapan tahun sudah cukup lama bagi kami untuk berpisah, bukan?
Kyle memberi hasil tes DNA padaku pagi ini tanpa sepengetahuan Astro. Aku belum membukanya dan hasil tes itu kumasukkan di dalam saku celana sebelum Astro menyadari apapun. Aku tak yakin akan membukanya dalam waktu dekat, lagi pula aku sudah yakin pada hasilnya. Satu-satunya handphone peninggalan Opa yang belum berhasil dipecahkan kata sandinya pun, sudah berhasil kupecahkan kemarin dengan menggunakan nama Auriana Gayatri. Ternyata Opa menggunakan handphone itu untuk menelepon Zen selama ini.
Astro mengajakku berjalan-jalan ke sebuah taman yang luas sekali dan sangat asri. Walaupun di sini sedang musim panas, tapi kami menggunakan sebuah jaket tipis dan membawa jas hujan, juga payung di dalam ransel. Hanya untuk berjaga-jaga jika hujan datang tanpa diduga.
Langit cerah berawan sepanjang hari. Kami sudah memutari taman ini dan aku sama sekali tak merasa bosan. Astro bahkan terlihat lebih ceria dari biasanya sejak kami pindah. Entah apakah perubahan suasana hatiku juga mempengaruhi suasana hatinya. Aku sudah cukup senang karena bisa melihatnya tersenyum sepanjang hari. Dia tampan sekali.
Kami membicarakan banyak hal hari ini. Bagaimana kami pertama bertemu, bagaimana kami saling mencintai dan berusaha menutupinya, bagaimana kami saling terbuka, bagaimana perjuangan kami hingga menikah, juga bagaimana kami melewati banyak hal bersama hingga saat ini.
Aku merasa bersyukur. Mungkin benar negara ini akan memberikan kami kehidupan baru. Setidaknya, tak akan ada yang menggangu kami di sini karena semua orang tertipu tentang negara yang akan menjadi tempat tinggal bagi kami bertahun ke depan. Sepengetahuanku, Angel bahkan masih mencari tahu di mana kami tinggal di Jerman.
Senja tiba dan aku masih ingin berjalan-jalan. Dari taman seluas ini aku bisa bebas mengedarkan pandangan. Di atas sana langit temaram dihiasi perpaduan jingga dan abu-abu yang memikat mata. Juga hati.
Hatiku terasa hangat saat melihatnya. Ini adalah senja yang sama yang kutatap seumur hidupku, tapi saat ini terasa berbeda. Beban di hatiku terbang pergi. Kurasa aku tak lagi merasakan dendam atau kekesalan pada siapapun lagi.
"Kamu laper? Ada yang jualan makanan tuh." ujar Astro sambil menunjuk ke arah sebuah mobil yang disulap menjadi restoran cepat saji yang cukup jauh dari tempat kami duduk.
"Boleh."
"Mau apa?"
"Apa aja. Kamu kan tau aku ga milih-milih makanan, tapi aku mau dua porsi."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa dan mengecup bibirku, "Aku seneng kamu jadi doyan makan. Tunggu di sini ya. Jangan ke mana-mana."
Aku mengangguk dan memperhatikannya beranjak menjauh, lalu kembali menatapi senja.
Senja.
Opaku meninggal dalam usia senja, dalam keadaan yang sangat baik sebagai seorang manusia. Memiliki banyak prestasi dan pencapaian di sepanjang hidupnya, juga pengalaman hidup yang kaya. Walau ada banyak hal yang terjadi, terluka dan merelakan banyak hal, Opa melalui segalanya dengan baik.
Aku ingin menjadi sepertinya. Menikmati senja hingga berusia senja seperti Opa dan menikmati segala yang terjadi dalam hidupku hingga saat itu tiba, terasa seperti tujuan baru dalam hidupku. Aku akan menerima segala manis dan pahitnya, bersama Astro yang sudah menjadi suamiku. Kami pasti bisa.
"Sendirian?" seorang perempuan tiba-tiba duduk di sisiku, yang membuatku menoleh padanya.
Perempuan dengan rambut dicat ombre coklat pirang, tanpa kacamata. Perempuan dengan tatapan teduh yang sama saat aku terakhir kali melihatnya dan mengamit sekuntum bunga dari rambutnya.
Apa yang harus kulakukan sekarang?
Dia menoleh padaku, "Kok bengong? Inget kan? Yang ketemu di taman apartemen waktu itu."
Aku hanya sanggup mengangguk. Tanpa kacamata dia terlihat lebih cantik. Aku menatap diriku sendiri di pantulan matanya dan tatapan matanya sama sepertiku.
Dia mengelus wajahku dengan elusan lembut yang sama, "Faza."
"Ya?"
"Faza mirip Ana."
Aku mengangguk. Wajahku memang mirip bundaku.
"Kak Abbas pasti pangling kalau liat Faza. Mungkin akan dikira Ana."
Aku tertawa. Dia sedang bercanda, bukan?
Dia tersenyum, "Kok ketawa? Serius."
"Boleh Faza panggil Bunda? Rahasia Bunda aman, tapi Faza minta maaf karena Astro tau juga."
Dia mengangguk, "Boleh."
"Bunda tau Opa udah meninggal?"
"Bunda tau. Bunda ke makam sebelum berangkat. Bunda minta maaf ya harus kabur dari bodyguard kalian. Mereka nyebelin banget."
Aku tertawa. Ternyata Bunda masih sama dan aku baru menyadari anak yang ingin ditemuinya di luar negeri adalah aku. Mungkin dia berangkat ke sini dari Norwegia entah kapan. Aku tak akan terkejut jika ternyata dia tinggal di sekitar rumah kami, mungkin hanya terpisah beberapa rumah.
"Senjanya bagus ya. Opa selalu suka senja, Faza tau?" ujarnya sambil mengalihkan tatapan ke langit di atas sana.
Aku mengangguk, "Opa titip salam. Opa minta maaf dan Opa bilang Opa kangen."
"Dasar, padahal bisa dateng kalau kangen. Ngapain nitip salam lewat Faza?"
Aku menaikkan bahu, "Bukannya karena Opa ga mau rahasia Bunda kebongkar?"
Dia menoleh padaku dan tersenyum. Wajahnya memang berbeda, tapi dia bundaku.
"Boleh Faza peluk?"
Bunda mengangguk dan memelukku. Pelukannya masih sama seperti yang selalu kuingat. Hangat dan menenangkan, yang membuatku mengingat teriakannya saat kami terbawa arus sungai delapan tahun lalu. Kali ini teriakan itu terdengar jelas di telingaku. Dia meneriakkan namaku berkali-kali dan memintaku berpegangan pada batang kayu.
"Udah belum reuninya? Kalian bikin envy." ujar suara yang kukenali.
Aku melonggarkan pelukanku dan menoleh untuk menatapnya, "Ganggu deh kamu. Kita delapan tahun ga ketemu."
Astro meletakkan sekantung makanan di hadapan kami dan merentangkan lengan untuk memeluk kami berdua sambil tersenyum lebar sekali, "Hai, Bunda Mertua. Pasti udah kenal Astro kan? Astro anaknya sahabat Bunda. Sahabat paling setia yang pernah ada: Trini Agnia."
Bunda mencubit pipi Astro, "Nyebelin kayak om Arya. Diajarin apa aja kamu sama kakek tua itu?"
Astro mulai mengoceh tentang penderitaannya selama bertahun-tahun untuk mendapatkan hati Opa, lalu kami membahas segala hal yang terjadi hingga senja menghilang dan malam datang bersama ratusan bintang. Mungkin memang sudah waktunya bagi Astro untuk bercerita, maka aku hanya mendengarkan laki-laki tampan itu menunjukkan dirinya di hadapan Bunda.
=======
FIN
...
Alhamdulillah novel pertama nou ini tamat ^^
Novel ini pertama kali publish tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020. Terima kasih banyak atas support kalian yang luar biasa. Tanpa kalian, nou ga akan sampai sejauh ini ♡
Akan ada ekstra part, tapi nou ga berani janji kapan akan bikin atau berapa chapter. Tetep simpen novel ini di library kalian ya, jadi kalau nou update chapter ekstra kalian pasti tau ^^
Nou tau novel ini masih banyak kekurangannya dan nou berusaha terus memperbaiki diri karena nou menulis dengan sepenuh hati selama setahun lebih bareng Faza & Astro. Tapi nou minta maaf, semua rencana sekuel novel ini akan nou batalkan. Kalian bisa baca karya nou yang lain, dengan tokoh yang lain, di tempat lain. Karena mungkin ini adalah novel pertama dan terakhir yang akan nou publish di WEB*NOVEL. Nou akan terus nulis, tapi di tempat lain yaaa..
NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI INI YA. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING & NOVELFULL, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.
TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs- sampai novel ini TAMAT.
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte
Nou sangat sayang kalian. Luv ♡
Regards,
-nou-