Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Jurnal



Jurnal

0Astro mengajakku ke pantai sore ini setelah kunjungan kami ke dokter kandungan selesai. Sampai saat kami akan pergi pun, dokter Alena terus memandangiku dengan tatapan tajam. Yang membuatku berpikir mungkin aku memang pernah berpapasan dengannya entah di mana dan aku mungkin saja melakukan kesalahan.     

"Mulai sekarang aku yang masak. Kamu boleh bantu, tapi ga boleh kecapekan." ujar Astro sambil mengelus jariku.     

Astro sedang menemaniku menyusuri garis pantai dengan kaki telanjang karena aku juga melakukannya. Dugaanku tepat sekali, dia selalu mengoceh tentang bagaimana andai benar ada janin di dalam rahimku.     

Aku sudah mencoba mengabaikannya karena mungkin saja dia benar. Namun perlakuannya yang berlebihan ini membuatku merasa khawatir andai saja kenyataannya nanti aku tetap tidak mengandung anaknya.     

"Kita jadi ke toko buku cari buku parenting?" aku bertanya untuk mengalihkan pembicaraan kami sambil memainkan pasir dengan kakiku.     

"Jadi. Mau jalan sekarang?"     

Aku mengangguk. Kami memang sudah cukup lama bermain di pantai ini.     

Astro mengajakku berjalan menjauh dari bibir pantai. Aku tahu ada banyak pasang mata yang memperhatikan kami, tapi aku juga tahu ada Lyra dan Jian yang mengawasi kami dari jarak yang cukup.      

Astro baru saja melepasku setelah aku duduk di kursi sebelah kemudi. Dia berjalan memutar dan duduk di sebelahku, lalu menyalakan mobil.     

"Besok jadi?" aku bertanya saat dia memulai perjalanan kami.     

"Ke PAMMITS?"     

Aku hanya menggumam mengiyakan dan meletakkan tanganku di atas tangannya yang sedang berada di persneling. Entah kenapa aku merasa mungkin akan menyenangkan jika aku yang menggenggam tangannya.     

"Kamu mau?" dia bertanya. Sepertinya aku tahu dia sedang berusaha mencegahku.     

"Aku mau. Bosen di rumah terus."     

Astro menoleh untuk menatapku, "Kamu ga capek? Kerjaan kamu banyak. Katanya Putri sama Bara besok sampai?"     

"Nganter mereka ke kost kan cuma sebentar. Ga capek kok. Lagian ada kamu yang bisa mijitin aku kalau aku capek." ujarku sambil tersenyum manis.     

Astro membalik tangannya dan menggenggam tanganku yang berada di atas tangannya, "Aku tau kamu masih mikir kamu ga hamil, tapi tolong jaga diri, Honey. Aku ga mau ambil resiko. Kamu jadi tanggung jawabku sekarang."     

Aku menatapnya ragu-ragu. Aku hampir saja mendebatnya, tapi aku membatalkannya. Aku tak ingin membuatnya lebih kecewa. Bahkan kurasa aku akan membiarkannya melakukan apapun yang dia inginkan sampai kami mengetahui hasil USG selanjutnya.     

"Tapi jangan larang aku kerja ya. Kerjaanku banyak, kamu tau?"     

Astro tersenyum tipis, "Okay, tapi jangan terlalu capek. Dokter bilang kamu ga boleh stress. Jadi kamu harus cerita kalau kamu punya masalah atau kamu lagi ngerasa bad mood."     

Kurasa aku tak memiliki pilihan lain yang lebih baik dari ini, maka aku mengangguk. Aku mengalihkan pandanganku ke depan, memikirkan bagaimana jika benar hasil test pack tadi pagi salah karena keberadaan janinku belum terdeteksi. Namun aku segera mendapatkan arah pikiranku kembali.      

Bagaimana pun, aku memang harus lebih baik menjaga diriku sendiri. Setidaknya aku akan memastikan kami selalu memakai kondom saat bercinta. Aku tak akan memberi Astro kesempatan untuk melepaskan sperma ke rahimku saat aku tidak menyadarinya.     

"Boleh aku tau, kenapa kamu pengen punya anak? Kita udah sepakat mau nunda punya anak dulu kan." ujarku tanpa menoleh padanya, tapi aku bisa memperhatikan pantulan sosoknya dari jendela di hadapan kami.     

Astro mengelus jariku dengan tatapan yang terlihat malu-malu, "Ga tau. Kayaknya imut kalau punya bayi."     

Astaga ... apa yang baru saja kudengar? Aku menoleh untuk meneliti ekspresinya, berharap aku baru saja salah mendengar. Namun sepertinya dia serius dengan ucapannya.     

"Punya bayi ga cuma sekedar imut, Astro."     

Astro menoleh untuk menatapku, "Aku tau. Aku ... erm ... ga sabar pengen bisa warisin semua ilmu yang aku punya. Aku bisa aja lupa kalau aku tambah tua."     

Aku menatapnya tak percaya, "Seriously?"     

"Aku serius." ujarnya mantap.     

Aku tahu dia memang memiliki banyak ilmu yang mungkin kebanyakan orang tidak memilikinya, atau menyadarinya. Namun terburu-buru memiliki anak karena ingin mewariskan ilmu bukanlah pilihan bijak untukku.      

Anak-anak kami bisa saja lebih memilih hal yang berbeda dengan kami untuk mereka kerjakan, yang lebih sesuai dengan passionnya. Bagaimana aku harus menyampaikan hal ini padanya?     

"Kamu bisa bikin jurnal, kamu tau?" ujarku tiba-tiba. Aku mengatakannya begitu saja saat aku mendapatkan ide itu.     

Astro menoleh padaku. Dia terlihat terkejut dengan ekspresi bodoh yang jarang sekali dia tunjukkan pada siapapun. Dia tak mungkin baru menyadari hal ini, bukan? Namun sepertinya dugaanku benar.     

Aku hampir saja tertawa karena melihat ekspresi bodohnya saat menatapku kembali. Namun aku menahannya dan tersenyum lebar, "Kamu punya alasan lain?"     

Astro menggeleng tanpa menatapku. Tatapannya jauh ke depan. Seolah baru saja menyesali kealpaannya, tapi tiba-tiba saja dia menoleh.     

"Tapi kamu harus tetep jaga diri, kamu tau? Bisa aja kamu beneran hamil."     

"Sure, My Honey."     

"Kamu ngeledek ya?"     

Aku tertawa, "Aku ga ngeledek, tapi bagus kalau kamu nyadar diri."     

Astro mencubit tanganku yang sedang dia genggam, membuatku menarik tanganku menjauh darinya dan memberinya tatapan sebal. Dia justru tersenyum lebar sekali, "Nanti aku bikin kamu beneran hamil. Aku ga akan pakai kondom lagi."     

Aku memukul lengannya kencang, "Jahat kamu. Kan aku udah bilang aku ga mau punya anak sekarang. Kerjaanku banyak, kamu tau?"     

"Kita liat dua minggu lagi. Jangan terlalu buru-buru bilang kamu ga hamil, Honey."     

Sial ... dia benar.     

"Tapi jangan sengaja ga pakai kondom. Kalau aku jadi beneran hamil gimana?"     

"Resiko kamu. Siapa yang minta aku nikahin cepet-cepet coba?"     

Aku mencubit pipinya kencang, "Coba ngomong lagi. Aku laporin ke ibu ya kamu. Kita kan udah setuju mau nunda punya anak."     

Astro tertawa, "Ibu ga akan bisa apa-apa kalau kamu beneran hamil. Paling nanti ibu cariin kamu orang buat bantu jaga bayi."     

Uugh laki-laki ini benar-benar menyebalkan....     

"Aku serius, Astro." ujarku sambil melipat kedua tangan di depan dadaku sebagai bentuk protes. "Okay, aku akan jaga diri dua minggu ke depan sampai jadwal USG lagi, tapi aku bener-bener ga siap kalau kamu minta aku punya anak sekarang. Rencana kita baru punya anak kalau kita udah lulus kuliah, kamu lupa?"     

Astro menepikan mobilnya dan menatapku lekat, "Aku inget sama semua rencana kita. Aku cuma ... kelewat antusias waktu liat kamu mual. Aku langsung mikir mungkin aja kamu hamil dan kalau bener kamu hamil aku ga akan ambil resiko buat biarin kamu kecapekan ngerjain banyak kerjaan."     

"Aku tau niat kamu baik, tapi kamu bikin aku ngerasa punya beban karena mikir kamu pengen banget punya anak sekarang."     

Astro meraih wajahku dengan kedua tangannya, "I didn't mean to (Aku ga bermaksud begitu). I'm sorry."     

Entah bagaimana aku harus menanggapinya sekarang. Semua kalimat yang kutahan sejak pagi keluar begitu saja karena aku merasa kesal.     

"Kamu tetep keliatan cantik walau lagi marah-marah." ujarnya dengan senyum tipis.     

Aku menatapnya sebal, "Aku ga akan luluh cuma karena kamu bilang aku cantik, kamu tau?"     

"Now you make me scared (Sekarang kamu bikin aku takut)." ujarnya dengan tatapan serius.     

"Bagus kalau kamu tau diri."     

Entah bagaimana tiba-tiba saja bibir kami bertemu. Astro mencumbuku dengan lembut.     

"Pulang aja yuk. Beli buku parentingnya online aja. Kamu baru bisa dijinakin abis aku manjain kamu kayaknya." ujarnya setelah melepas bibirku.     

Yang benar saja?     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.