Berubah
Berubah
Aku mengunduh foto yang pak Ilham kirimkan padaku dengan jantung berdetak kencang. Itu adalah foto ibu dan ayah.
Aku : Itu orang tuanya Astro, Pak. Bapak ga kenal?
Pak Ilham : Oh maaf saya salah kirim. Harusnya yang ini (mengirimkan sebuah foto)
Pak Ilham : Tapi pak Jaya sama bu Nia juga dateng tadi pagi
Aku mengunduh foto yang pak Ilham kirimkan padaku. Itu adalah foto mama Zen, dengan seseorang yang lain di dalam mobil yang tak terlihat jelas. Entah kenapa jantungku berdetak tanpa irama.
Aku : Ga ada foto lain yang lebih jelas Pak?
Pak Ilham : Maaf, Non. Itu aja fotonya. Yang di dalem mobil ga keluar soalnya
Aku menghela napas. Mungkin itu hanya teman mama Zen.
Aku : Makasih infonya, Pak. Kabarin aku kalau ada orang lain yang dateng lagi
Pak Ilham : Baik, Non
Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia masih terlihat sangat fokus dengan pekerjaannya. Aku mengecup tengkuknya dan kembali menatap layar handphone.
Astro meraih wajahku untuk menatapnya, "Jangan mancing aku sekarang. Aku masih harus kerja satu jam lagi. Ini baru setengah sepuluh."
Aku tersenyum manis, tapi tak mengatakan apapun. Kami memang sudah sepakat untuk menyelesaikan pekerjaan kami sebelum jam setengah sebelas dan tidur. Kami akan bangun tengah malam untuk bercinta. Aku merayu Astro untuk beristirahat lebih dulu walau aku tak yakin dia akan sanggup menahan hasratnya.
Astro mengalihkan tatapannya kembali ke laptop karena aku tak membalas kalimatnya. Sepertinya dia benar-benar berniat akan menyelesaikan semuanya pekerjaannya sekarang.
Aku sudah menyelesaikan semua pekerjaanku sebelum membuka pesan dari pak Ilham sesaat lalu. Pak Bruce benar-benar mengerjakan pekerjaanku, aku hanya perlu mengecek laporannya yang selalu tanpa cela.
Aku banyak berpikir tentangnya. Jika memang dia adalah seorang agen rahasia sama seperti Kyle, mungkin memang akan menjelaskan banyak hal. Aku hanya tak bisa bertanya tentangnya pada siapapun.
Pak Simon pun sama. Dia sudah sangat terlatih untuk memberikan laporan padaku dengan baik. Yang menjadi perhatianku sekarang adalah Sari, tapi kurasa dia akan bisa menyesuaikan diri selama beberapa bulan ke depan.
Pekerjaanku dengan Zen pun tak terlalu membebani karena aku masih harus menunggu semua sampel produk meubeul selesai dibuat. Kami akan melakukan pengecekan dan perbaikan desain setelah sampel selesai dibuat, itu pun hanya jika dibutuhkan.
Aku membuka akun instagram. Akunku masih mendapatkan banyak permintaan pengikut walau aku sudah mengubahnya menjadi akun privat sejak mencuatnya kasus Astro dengan Cokro dan Dissa. Entah kenapa aku mengingat akun Gerard yang juga dibuat menjadi akun privat.
Aku mengetikkan namanya di kolom pencarian. Akunnya masih sama seperti saat terakhir kali aku melihatnya. Aku sedang menimbang akan mengiriminya permintaan untuk menjadi pengikutnya atau tidak.
"Nanti aku cari cara buat kamu bisa ketemu dia." ujar Astro tiba-tiba.
Aku menoleh untuk menatapnya. Astro sedang menatapku dengan tatapan khawatir. Aku hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun, lalu menutup instagram dan meletakkan handphone di meja.
Aku merebahkan tubuhku di sofa dan meletakkan kepala di pangkuan Astro sambil memeluk pinggangnya dengan erat. Membenamkan wajahku di tubuhnya sepertinya menjadi kebiasaan baruku beberapa waktu belakangan ini.
Apakah aku berubah menjadi sangat manja?
Aku melonggarkan pelukanku dan mengelus wajahnya, "Aku ... berubah ya?"
Astro menghentikan gerakan jarinya dan menunduk untuk menatapku lekat, "Aku juga kan?"
Aku berpikir lama sekali untuk mencerna kalimatnya. Kurasa dia benar.
"Kamu ga keberatan aku berubah begini? Maksudku ... aku jadi manja, cemburuan, sering ngeluh, jadi tambah bawel. Aku dulu ga begini kan?"
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Aku jadi nyeremin kan kalau cemburu? Sering marah-marah, jadi manja juga sama kamu, ga bisa ngontrol emosi kadang-kadang, jadi tambah nyebelin, jadi lebih sering khawatir, lebih posesif, sering minta aneh-aneh juga. Aku dulu ga begini kan?"
Aku tahu dia benar. Namun aku lah yang memilihnya dan sudah menjadi resiko bagiku karena hal itu. Aku selalu berusaha mengingat ucapan opa bahwa tak ada manusia yang sempurna. Astro juga pernah mengatakan hal yang sama.
"Aku tetep cinta kamu walau kamu begitu. Aku emang takut waktu liat kamu nyeremin, tapi ... aku bisa ngerti." ujarku sambil terus mengelus wajahnya.
Astro tersenyum lebar sekali dan mengelus bibirku perlahan, "Setengah jam lagi. Aku masih harus kerja setengah jam lagi, kamu tau?"
Aah laki-laki ini benar-benar....
Sepertinya firasatku benar saat merasa dia tak akan membuang waktu untuk melepas hasratnya padaku. Dia hanya sedang segera menyelesaikan pekerjaannya dan akan langsung mengajakku bercinta.
Aku menggeser tubuhku dan membenamkan wajahku di perutnya, "Sana kerja. Aku mau tidur."
Aku bisa mendengar Astro mendengus pelan dan jarinya kembali mengetik. Aroma hangat tubuhnya membelai hidungku, membuatku merasa mengantuk.
Aku menyelipkan kedua tanganku masuk ke dalam kaosnya, lalu menyingkapkannya dan membenamkan wajahku di perutnya yang telanjang. Perut dengan beberapa kotak otot ini sexy sekali. Otot yang tak terlalu berlebihan. Aku menyukainya.
Aku mengecup salah satu ototnya dan mengelusnya perlahan. Begini kah rasanya saat Astro mengecup dan mengelus perutku? Entah kenapa ini terasa menyenangkan.
"Aku ga bisa hamil, kamu tau?" ujarnya yang tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
"Aku suka." ujarku sambil terus mengelus perutnya.
"Aku sexy kan?"
Kurasa aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Aku hanya sanggup menggumam mengiyakan.
Tiba-tiba Astro melepas kaos yang dia pakai. Lalu menatapku lekat sebelum mengalihkan tatapannya kembali ke layar laptop.
"Kamu bisa nikmatin ototku dulu sambil nunggu aku kerja. Kamu bisa manjain aku setengah jam lagi." ujarnya tanpa menoleh padaku.
Entah bagaimana tiba-tiba bulu halusku meremang. Memanjakannya dia bilang?
Aku mencubit pinggangnya pelan, membuatnya menggeliat dan tertawa. Dia bahkan tetap terlihat tampan saat sedang bertingkah konyol. Bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta padanya?
Aku melepas cubitanku dan memaksa tubuhku bangkit, "Aku ke dapur dulu. Kamu mau susu?"
Astro menatapku tak percaya, "Kamu laper lagi? Kan tadi kamu makan dua porsi."
Aku tersenyum manis sambil berjalan menuju pintu studio, "Aku mau bikin minuman penambah stamina. Kamu pasti lupa mau bikinin itu buat aku."
Astro melompat bangkit dari duduknya dan berjalan cepat untuk menyusulku. Dia mengamit pinggangku dan mengecup bibirku sambil berjalan mengikutiku ke dapur.
"Lanjutin kerjaan kamu sana. Aku ga mau kerjaan kamu ketunda lagi."
"Aku juga mau bikin." ujarnya dengan senyum lebar masih mengembang di bibirnya.
Aku menatapnya tak percaya, "Kamu ga perlu minum itu. Ga minum aja tenaga kamu ga abis-abis."
Astro hanya tersenyum semakin lebar dan tak mengatakan apapun. Sial ... aku mendapatkan firasat buruk.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-