Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Print



Print

3"Mereka bagus." ujar Bara setelah melihat video klip single terbaru The Vines yang dikirimkan oleh Reno padaku. Semua partner kerjaku yang ikut menonton dari laptopku setuju dengan pendapatnya.     

Dibandingkan dengan saat aku mendengar The Vines latihan di studio Hendry, mereka memang jauh lebih matang. Aku tahu itu pasti berkat usaha keras mereka selama berbulan-bulan ini.     

Sebetulnya Reno sudah mengirimiku video itu sejak pagi, tapi aku terlalu sibuk membantu semua partner kerjaku demi bisa menyelesaikan pesanan bros untuk Mona hari ini. Aku baru sempat melihatnya saat menyalakan laptop untuk mengabari Mona bahwa pesanannya sudah dikirim, sekaligus memberinya resi sebagai bukti pengiriman.     

Kami sedang beristirahat di atap workshop sambil merayakan keberhasilan kami menyelesaikan pesanan tepat waktu. Kami baru saja menghabiskan dua loyang pizza dan tiga kotak chicken wings yang kuorder secara online. Aku memesannya sebagai rasa terima kasih karena mereka semua sudah bekerja dengan baik.     

Beberapa hari sudah berlalu setelah aku dan Astro kembali dari mansion. Astro masih memintaku untuk lebih banyak beristirahat walau mengijinkan aku terlibat dalam semua kegiatan di workshop. Sebagai gantinya, Astro memintaku tak menyentuh pekerjaanku yang lainnya. Astro berkata semua pekerjaanku yang lain sudah bisa kudelegasikan pada orang lain tanpa harus kuurusi terlalu sering.     

Aku memang setuju dengan pendapat Astro karena Pak Bruce, Pak Simon, juga Sari memberikan laporan dengan baik. Aku memang bisa saja melonggarkan pengawasanku pada mereka. Aku hanya merasa belum rela jika aku benar-benar melepaskan kebiasaanku untuk mengecek laporan mereka setiap hari.     

Selama beberapa hari ini aku selalu berusaha tak terlihat sedang mengerjakan pekerjaan apapun jika ada Astro di sekitarku. Padahal aku akan mengecek semua laporan seperti biasanya di sela-sela kegiatanku di workshop. Aku sengaja melakukannya karena aku tahu Astro pasti akan bertingkah jika aku tak menuruti ucapannya.     

"Lagu ini kapan rilisnya? Saya mau share ke temen-temen." ujar Parti.     

"Reno bilang beberapa hari lagi. Bareng sama film yang jadiin lagu itu soudtrack. Coba nanti cek youtube, mungkin nanti mereka promosi di tv juga." ujarku sambil menaikkan bahu.     

"Yang ini siapa namanya? Ganteng." ujar Qori.     

Aku tersenyum mendengarnya, "Itu Daniel. Temen kuliahku semester lalu. Kamu mau aku kenalin? Kayaknya dia masih single."     

"Bukan itu maksudnya." ujar Qori salah tingkah dengan wajah yang mulai merona. "Aku kan lebih tua. Lagian ga pantes. Masa aku pacaran sama seleb. Aku cuma ... nanya aja kok siapa namanya. Penasaran."     

"Kenalin ke aku aja, Za, kalau gitu. Mana tau dia suka sama yang lebih tua kan." ujar Putri dengan senyum mengembang di bibirnya.     

Aku menatapnya tak percaya sambil menggelengkan kepala, "Cepet banget move on nya dari yang kemarin?"     

Raut wajah Putri tiba-tiba berubah menjadi lebih serius, "Ga usah bahas soal dia. Ga penting.     

"Sorry." ujarku sambil tersenyum. "Nanti deh aku kenalin. Sekarang pasti dia sibuk banget."     

Putri hanya diam sambil mengambil segelas cola dan meneguknya. Aku hampir saja merayunya untuk tak bersikap kekanakan saat aku mendengar suara langkah kaki menaiki tangga, lalu Astro muncul sesaat setelahnya. Kurasa sekarang sudah waktunya.     

"Your time is up (waktu kamu habis), Honey." ujar Astro dengan tatapan serius saat sampai di dekat kami. Dugaanku tepat sekali.     

Astro memang sudah pulang satu jam yang lalu, tapi dia langsung masuk ke kamar setelah memberitahuku dia akan mengerjakan deadline kuliahnya sambil menunggu jam kerjaku selesai. Walau sebetulnya aku tahu dia sedang berkoordinasi dengan tim robot ekspedisi bawah lautnya di studio mini rumah rahasia kami.     

Aku menatap semua partner kerjaku bergantian, "Bos galak kalian nyuruh aku istirahat. Aku istirahat duluan ya, kalian bisa langsung pulang. Kita lanjut besok lagi."     

Mereka semua mengangguk sambil tersenyum, lalu bangkit dari duduk masing-masing dan membereskan sempah bekas makanan kami. Entah apakah mereka sudah terbiasa dengan sikapku dan Astro, mereka seolah mengerti untuk memberi kami waktu berdua sesegera mungkin.     

Aku mematikan laptopku saat mereka semua beranjak pergi, lalu menepuk kursi di sebelahku agar Astro duduk di sana. Astro memberiku tatapan sebal, tapi menurutiku pada akhirnya.     

Aku mengelus rambutnya sambil merapikannya karena terlihat sedikit berantakan, "Jangan cemberut terus. Nanti gantengnya ilang dibawa burung."     

Astro menyentil dahiku pelan, "Harusnya kamu ga perlu disamperin begini udah stop kerja sendiri. Dasar. Katanya mau nurut sama dokter Alena buat istirahat, tapi ga bisa diem."     

Aku hanya mampu tersenyum manis. Andai Astro tahu aku masih sering sembunyi-sembunyi mengecek semua laporan pekerjaanku, mungkin aku akan dihukum berjoget dangdut lagi olehnya.     

"Ayo." ujarnya sambil bangkit dari duduknya.     

Aku mengamit tangannya dan menariknya agar duduk kembali, "Nanti dulu. Di sini aja sebentar, temenin aku liat senja. Kerjaan kamu udah selesai kan?"     

"Senja masih lama, satu setengah jam lagi. Kamu harus istirahat. Kalau ga nurut aku hukum lagi, tapi hukumannya nambah. Harusnya kamu udah selesai 'dapet' kan hari ini." ujarnya yang tetap berdiri sambil memberiku senyum menggodanya yang biasa.     

Aah laki-laki ini benar-benar menyebalkan....     

Aku tahu Astro pasti bisa menebak dengan akurat kapan aku selesai menstruasi. Dia bahkan memiliki tanggal menstruasi bulananku sejak beberapa tahun lalu. Tak mengherankan kenapa dia bisa memberiku buket bunga lavender dan tujuh bar coklat almond di setiap hari pertama aku mulai menstruasi.     

Aku menatapnya sebal sambil mengamit laptop dan handphoneku dari meja dalam diam, lalu bangkit dan mengikuti langkah kakinya menuruni tangga tanpa berusaha mendebatnya walau hanya sedikit. Semua partner kerjaku sudah bersiap untuk pulang saat kami sampai di lantai dua. Mereka memberi salam dan berpamitan pada kami untuk pulang. Astro memintaku segera memasuki kamar dengan isyarat sambil mengikuti mereka ke bawah.      

Aku tahu dia akan segera mengunci gerbang dan pintu workshop, juga memberi tanda tutup di pintu setelah mereka semua pergi. Maka aku menganggukkan kepala dan melambaikan tangan pada semua orang sebelum memasuki kamar.     

Aku langsung memasuki lemari dan keluar di kamar rumah rahasia, lalu menaruh laptop dan handphone di meja di samping tempat tidur. Aku merebahkan tubuh di tempat tidur dan menarik napas perlahan. Sekarang aku baru menyadari bahwa hari ini melelahkan sekali.     

Aku menatap pintu geser menuju kamar workshop yang kubiarkan terbuka. Astro pernah berkata akan menaruh rak buku di sana, tapi belum juga terlaksana karena kami memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hingga membeli sebuah rak buku terasa sepele.     

Sebetulnya aku bisa saja membuat sebuah lukisan dan menaruhnya di sana. Tak akan ada yang curiga pada sebuah lukisan andai saja ada seseorang memasuki kamar ini tanpa sengaja.     

Astro muncul saat aku sedang membayangkan akan melukis apa. Dia menggeser pintu untuk menutup akses ke workshop dan menghampiriku, lalu duduk di tepi tempat tidur tepat di sebelah tubuhku sambil mengelus puncak kepalaku perlahan.     

"Thank you." ujarku sambil tersenyum.     

Astro mengangguk, "Istirahat ya. Aku lanjut kerja dulu. Nanti aku bangunin kalau senjanya dateng. Mau coklat panas atau mau jahe?"     

Aku menatapnya dalam diam sebelum bicara, "Maunya kamu nemenin aku tidur."     

Astro mencubit pipiku pelan, "Kerjaanku banyak, kamu tau?"     

Aku menatapnnya sebal, "Aku tau, dasar Tuan Gila Kerja."     

Tiba-tiba Astro menunduk dan mengecup bibirku, "Aku kerja kan buat kamu, dasar Nyonya Susah Diatur."     

Aku hampir saja tertawa mendengarnya, tapi aku justru menatapnya dengan tatapan tajam karena memanggilku dengan sebutan "nyonya". Aku tak pernah suka dengan panggilan semacam itu.     

"Nanti aku print laporan sidang hari ini. Kamu harus baca, ada yang penting. Kakek juga udah ngirim skenario reka adegan. Kamu harus baca itu juga." ujarnya sambil bangkit.     

Aku mengamit tangannya untuk menahannya sebelum dia benar-benar keluar kamar, "Ga ada apa-apa kan? Maksudku ga ada yang jelek kan?"     

Astro terdiam sebelum bicara, "Ada. Nanti kita diskusiin. Sekarang kamu harus istirahat. Jangan mikir macem-macem. Kita pasti nemu solusinya."     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.