Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Pegang



Pegang

0"Aku pikir mereka cuma bercanda tadi. Beneran dijemput?" Jeanny bertanya dengan tatapan tak percaya saat melihatku mendekat ke arah kerumunan kecil di bawah pohon. Ada Jojo tepat di sampingnya, juga Liam dan Pratama.     

Aku tersenyum dan menundukkan bahu pada semuanya sebagai tanda salam, lalu menghampiri Astro yang sedang bangkit untuk menyalami dan mencium tangannya.     

Astro mengamit kepalaku dan mengecup dahiku. Dia memeluk pinggangku dengan erat seolah sedang menjagaku dari seseorang yang bisa saja mengambilku dari sisinya.     

Sebetulnya aku sedang merasa gelisah. Jantungku berdetak dengan kencang, kepalaku terasa berdenyut dan nyeri di perutku terasa mengganggu. Entah bagaimana aku akan memberi tahu Astro tentang menstruasiku hari ini.     

"Langsung cabut aja yuk. Biar ga baper mereka liat kita." ujar Astro dengan senyum menggoda yang terkembang di bibirnya.     

"Boleh."     

Aah hanya itu yang mampu keluar dari bibirku....     

Jeanny menatapku penuh minat, tapi tak mengatakan apapun. Jojo sedang memeluk pinggangnya seolah dia tak ingin kalah dengan Astro. Melihat mereka berdua terasa lucu.     

"Duluan ya." ujar Astro sambil mengajakku beranjak menjauh. Mereka hanya mengangguk.     

Entah apakah hanya perasaanku atau aku yang tak mengatakan apapun pada mereka yang membuat mereka seolah sedang menjaga jarak hingga tak mengatakan apapun padaku. Namun situasi tadi memang terasa janggal sekali.     

"Mereka kenapa?" aku bertanya saat kami sudah berjalan cukup jauh.     

"Kenapa gimana?"     

"Itu ... biasanya mereka agak rusuh. Kok tiba-tiba diem gitu? Cuma Jeanny yang nyapa aku."     

"Ooh, itu ... tadi ada yang rese bilang aku takut istri."     

Aku terkejut mendengarnya. Aku tahu pasti akan ada gosip menyebar karena kemarin aku menghampirinya sedang bersama Cantika di kantin. Aku juga cukup yakin akan ada gosip tentang kami karena aku mengantarnya ke kampus pagi ini. Aku hanya tak mengira teman-teman yang dekat dengannya akan terpengaruh. Setidaknya, tadi pagi saat aku bertemu mereka, mereka terlihat baik-baik saja.     

Aku menatapnya penuh minat, "Siapa? Kamu bales ngomong apa?"     

Astro terlihat ragu-ragu, "Beberapa temen Cantika nyamperin aku sebelum aku makan siang bareng Jojo sama Hasto. Mereka bilang aku takut sama kamu, sampai ke kampus dianter jemput. Kayak anak sekolahan dibawain bekal."     

"Trus?"     

Astro menatapku dalam diam. Aku tahu dia tak akan bertingkah pada orang lain jika mereka tidak memulainya lebih dulu.     

"Kenapa, Honey?"     

"Mereka numpahin bekalku trus ketawa-ketawa. Aku kepancing emosi jadi aku tarik tangan satu orang. Erm ... kayaknya aku pakai tenaga terlalu kenceng jadi dia jatuh. Bahunya kena meja, bajunya sobek dan ... berdarah sedikit."     

"Sedikit?" aku bertanya untuk memastikan ucapannya karena aku tahu dia sangat lihai berkelit jika dia menginginkannya.     

"Sedikit kok. Dianya aja lebay teriak-teriak, tapi semua orang liat dia yang bikin masalah duluan. Jadi aku aman, ga kena masalah. Erm ... tapi bekalku jadi ga bisa dimakan. Aku minta maaf."     

Astaga ... aku tahu Astro akan selalu menjaga diri dari melibatkan diri ke dalam masalah, kecuali sangat terpaksa. Dia menarik seseorang hingga jatuh, berarti dia sedang sangat marah.      

Tak mengherankan jika tak ada yang berani mengganggunya, juga menggangguku. Karena dia mengatakan dengan jelas pada teman-temannya tadi pagi bahwa bekal yang dia bawa adalah buatanku. Walau kenyataannya kami memasaknya bersama.     

Yang janggal adalah, kenapa Jeanny terlihat biasa saja? Dia menatapku dengan tatapan yang biasa dan bertanya dengan caranya yang biasa.     

Kami sudah sampai di area perkiran sekarang. Astro menegadahkan tangannya untuk meminta kunci mobil padaku. Aku memberikannya.     

Tiba-tiba aku mengingat apa yang harus kuberitahukan padanya. Jantungku terasa berhenti berdetak dan tiba-tiba aku merasa gugup saat dia membukakan pintu untukku.     

Astro menutup pintu setelah aku duduk. Dia membuka pintu tengah dan menaruh ranselnya, lalu berjalan memutar menuju kemudi. Aku baru menyadari, aku baru saja menahan napas saat dia menyalakan mobil dan memulai perjalanan kami.     

"Mm ... Honey." aku membuka suara sambil menggenggam tangannya yang berada di atas persneling.     

Astro hanya menggumam.     

Aku menatapnya ragu-ragu, "Aku ..., tapi jangan kecewa ya."     

Astro menoleh padaku sebelum mengalihkan tatapannya ke rute keluar kampus, "Kenapa?"     

"Janji dulu."     

Astro terdiam hingga kami sampai di jalan raya. Jalan raya terlihat lenggang di jam ini. Mungkin sebentar lagi akan mulai padat. Dia menoleh untuk menatapku sedikot lebih lama, "Kamu mau ngomong apa?"     

"Janji dulu kamu ga kecewa."     

"Aku ga bisa janji kalau aku belum denger kamu ngomong."     

Aah..     

Aku menatapnya dalam diam selama beberapa lama. Jantungku berdetak semakin kencang. Aku hampir saja menelan kalimatku, tapi aku merasa aku harus memberitahunya sekarang. Saat aku belum berubah pikiran.     

"Aku ... 'dapet'."     

Akhirnya aku mengatakannya. Ada kelegaan luar biasa menjalari seluruh tubuhku, tapi laju mobil kami tiba-tiba terhenti.     

Astro menoleh padaku dan menatapku lekat seakan tak rela satu ekspresi pun lolos darinya. Dan aku membeku. Sia mengangkat tangannya yang masih berada di persneling dan berusaha menyusupkannya ke celanaku. Aku menahannya dan mendorong lengannya menjauh karena panik.     

"Mau ngapain?" aku bertanya dengan mata terbelalak.     

"Aku mau pegang." ujarnya sambil mendekatkan tubuhnya padaku dan memeluk pinggulku untuk menyelipkan tangannya ke celanaku lagi.     

Aku memukul lengannya dan mendorongnya menjauh, "Ga perlu dipegang juga. Jorok iih. Ini kita di tengah jalan, Astro!"     

Tepat setelah aku mengatakannya ada mobil di belakang kami menyalakan klakson berkali-kali. Membuat Astro merasa kesa, tapi segera melepasku dan kembali menyalakan mobil. Aku baru saja bernapas lega saat dia menoleh dan memberiku tatapan tajam.     

"Kita pulang. Aku mau liat sendiri kamu beneran 'dapet'."     

Aku menatapnya tak percaya, "Seriously?"     

Astro mengabaikanku, tapi memacu kecepatan mobil lebih cepat. Sepertinya dia bersungguh-sungguh karena kami sedang menuju rute pulang.     

Aku memeluk lengannya, "Honey, kita harus belanja. Ga perlu pulang. Aku udah coba pakai test pack lagi tadi. Hasilnya negatif."     

Astro menoleh dengan alis mengernyit mengganggu, "Kamu yakin hasilnya negatif?"     

"Aku yakin. Aku cocokin hasilnya sama instruksi di bungkusnya berkali-kali. Aku ga mungkin salah liat. Aku serius."     

Astro mengalihkan tatapannya kembali ke rute perjalanan kami dalam diam, tapi rahangnya terlihat mengeras. Kurasa aku tahu dia sedang berusaha menerima informasi yang baru saja kuberikan padanya.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.