Terdeteksi
Terdeteksi
"Aku ganggu ya?"
"Ga kok. Aku abis bantuin Axe bikin brownies. Dia bikin brownies lima loyang, tapi yang empat loyang buat dirinya sendiri. Dasar pelit!"
Entah kenapa aku justru tersenyum mendengar Teana bersungut-sungut. Aku bisa membayangkan, andai ada Axelle di sisinya mungkin Axelle sedang menatapnya dengan tatapan dingin.
"Udah jadi browniesnya?" aku bertanya.
"Baru masuk oven, tapi kayaknya berhasil sih."
"Mau aku kasih resep cake buah kesukaan kamu? Kalian bisa coba bikin berdua."
"Oh iya! Kok aku ga kepikiran minta resep itu ke kamu ya? Astaga."
"Nanti aku kirim lewat chat ya."
"Bisa video call lagi buat ngasih liat stepnya?" tiba-tiba terdengar suara Axelle dari sambungan telepon kami.
Aah bagaimana ini?
"Itu ... aku tanya Astro dulu ya." ujarku. Kurasa untuk sementara hanya jawaban ini yang bisa kuberikan.
"Okay." ujar Axelle.
"Teana, bisa kita ngobrol berdua?" aku bertanya.
"Sebentar aku ke atas dulu. Cari aku di kamar kalau browniesnya mateng, Axe. Aku laper." ujar Teana.
Aku tak mendengar jawaban Axelle dari sambungan telepon kami. Mungkin Teana sudah menjauh darinya atau Axelle hanya mengangguk untuk menanggapi.
"Kamu punya masalah sama Astro?" Teana bertanya.
"Ga ada masalah kok. Aku cuma ..." ujarku sambil menoleh ke sekeliling dan memastikan tak ada Astro di sekitarku. "Kamu tau perkembangan kasus Zenatta?"
"Oh ... sebentar aku masuk kamar dulu."
Aku hanya menggumam mengiyakan. Akan lebih baik jika tak ada yang mendengar percakapan kami kali ini. Aku mengedarkan pandanganku ke seisi rumah. Aku sudah tahu letak semua kamera di rumah ini dan aku akan berusaha bersikap biasa saja. Aku bahkan sudah menyiapkan intonasi suaraku agar tetap rendah agar tak terdeteksi.
Lukisan opa dan oma dari salah satu dinding menatapku kembali saat aku menatapnya. Aku akan menelepon oma setelah aku selesai bicara dengan Teana.
"Kamu ga dapet laporan dari Kyle sampai nanya aku?" Teana bertanya.
"Astro ga mau ngasih tau. Mm ... sebenernya dia mau ngasih tau satu jam lagi abis dia kerja, tapi aku ga mau nunggu. Ini udah lewat beberapa hari dari sidang kemarin."
"Hmm ... sebenernya sidangnya aman, tapi ada pengakuan dari salah satu bodyguard Zenatta yang ditembak Astro. Kamu inget Astro ngasih keterangan dia dikasih pistol sama kakek? Penjaga itu bilang dia liat Astro ngambil pistol dari punggungnya bukan dari kakek. Jadi ... kayaknya Astro akan dipanggil jadi saksi lagi."
Kepalaku tiba-tiba berdenyut dengan kencang. Perutku terasa berputar dan meninggalkan sensasi mual.
Aku tak mungkin benar-benar sedang mengandung bukan? Aku benar-benar berharap ini adalah reaksi dari mendengar berita dari Teana.
Aku mengingat dengan jelas kejadian itu. Saat itu pengawal Zenatta sedang mengarahkan pistolnya ke arahku, lalu Astro menembaknya tepat di paha kirinya hingga pengawal itu terjatuh. Jian yang menendang punggung pengawal itu dan menahannya tetap di lantai saat kami masih berurusan dengan Donny.
"Sebenernya aku kesel. Aku sempet ngarep Astro nembak jantungnya aja biar dia mati, tapi ... Astro ga mungkin bunuh orang." ujar Teana.
Tiba-tiba saja aku kehilangan detakan jantungku. Aku mengingat beberapa hari lalu saat tatapan mata Astro terlihat begitu mengerikan. Saat itu aku yakin sekali Astro akan mampu membunuh seseorang.
"Kakek tau soal ini kan?" aku bertanya.
"Kakek tau. Untungnya ga ada kamera CCTV yang ngerekam di sana. Cuma pengawal itu aja yang liat Astro ngambil pistol itu dari punggung. Jadi kalau Astro bisa ngeyakinin hakim, kayaknya ga masalah sih."
"Kamu yakin?"
"Harusnya ga masalah. Kamu ga perlu khawatir. Astro pasti bisa kok nanganin itu."
Aku tahu Astro akan mampu berpura-pura dengan mudah. Dengan kemampuan komunikasinya yang seperti miliknya, mungkin kami memang akan baik-baik saja. Namun entah kenapa kegelisahanku tak juga pergi.
Mampu menembak tepat sasaran, tanpa lisensi dan dengan keterangan yang memberatkan Astro terasa seperti masalah baru bagiku. Padahal aku sudah berusaha menutupi fakta bahwa senapan yang kami pegang hanyalah senapan mainan, yang kami gunakan untuk kamuflase. Tunggu sebentar....
"Zenatta juga pegang kan? Dia kan juga belum punya lisensi." ujarku tiba-tiba.
"Iya. Dia emang beberapa kali nembak mami, tapi ga kena. Mami bilang kemampuan nembaknya parah banget."
Aku ingat yang menghadang Zenatta saat itu adalah tante Lusi dan mama Ray. Mereka memang baik-baik saja saat kami bertemu di mansion.
Yang tiba-tiba kuingat dan membuatku banyak berpikir adalah luka tembak di lengan kiri ayah. Bagaimana caranya luka itu bisa sembuh dengan cepat? Saat aku pulang bulan lalu, tepat dua minggu setelah resepsi, lengan ayah terlihat baik-baik saja walau masih terlihat bekasnya.
"Ada laporan soal Gerard?" tiba-tiba saja aku bertanya.
"Ga ada. Dia punya lisensi dan ga ngelukain siapa-siapa. Kayaknya hukuman buat dia cuma hukuman karena ikut rencana om Neil. Dia ga akan lama di penjara."
Entah kenapa informasi ini membuatku merasa lega. Aku sangat ingin bisa bicara dengan Gerard lagi. Aku memiliki banyak pertanyaan untuknya.
"Yang harus kita waspadai sekarang om Hubert. Om Hubert lumayan deket sama om Hanum. Kalian pernah ketemu kan? Kamu harus hati-hati kalau nanti ketemu om Hubert lagi. Mungkin aja nanti om Hubert dateng ke galeri di Surabaya."
Teana benar. Terutama karena aku akan menjadi salah satu pengurus galeri. Aku harus benar-benar mempersiapkan diri dengan baik.
"Okay. Aku pasti lebih waspada nanti." ujarku sambil terus menatap lukisan opa dan oma.
"Gimana sama bisnis baru kamu? Kemarin aku sempet liat websitenya, bagus banget. Semua desainnya bikinan kamu?" Teana bertanya dengan suara yang jauh lebih ceria. Entah apakah dia sengaja melakukannya agar aku tak merasa terlalu khawatir, tapi aku menghargainya.
"Sementara ini pakai desain dariku sambil aku ajak anak-anak workshop nyoba bikin desain mereka sendiri, tapi konsumen bisa milih sendiri desain yang mereka mau kok."
"Kalau gitu nanti aku coba cari contoh desain yang aku mau. Nanti aku kasih ke kamu ya. Aku ada janji dateng ke perkumpulan pianis bulan depan."
"Boleh. Kamu juga bisa fitur chat di website, nanti Putri yang balesin. Dia juga bisa ngasih saran desain yang cocok buat kamu."
"Okay. Sabtu nanti kamu jadi pulang kan?"
"Jadi, tapi jadwalku padat banget. Kamu bisa ke rumah opa kalau kamu mau, nanti kita ketemu di sana."
"Ga mau ah. Aku ga mau ganggu pengantin baru. Lain kali aja kalau kamu pulang lagi, kamu harus nginep di sini. Kemarin kakek nanya apa makanan kesukaan kamu. Katanya mau minta Ray yang bikin kalau kamu ke sini lagi."
Entah kenapa aku merasa terharu, "Nanti aku coba bilang Astro ya. Aku ga berani janji."
"Kalau gitu urusannya jadi gampang. Astro pasti nurut sama kakek. Kalau kakek minta kalian nginep di sini Astro pasti setuju."
Sepertinya Teana benar. Kurasa aku akan menunggu kakek yang meminta Astro untuk menginap di mansion. Mungkin aku akan bisa memanfaatkan kesempatan untuk bertanya banyak hal tentang opa pada kakek. Kurasa aku baru mengingat sesuatu.
"Kamu tau waktu kamu konser beberapa bulan lalu Ray duduk sama perempuan? Perempuan itu pacar Ray?" aku bertanya.
Teana tertawa, "Kak Ray ga akan berani pacaran. Dia udah kapok dibuang ke Irlandia sama kakek. Cewek itu anaknya kenalan om Ganesh. Mereka tadinya mau dijodohin, tapi kak Ray ga suka sama cewek itu. Terlalu manja katanya."
"Ray disuruh nikah maksud kamu?"
"Kayaknya sih. Kak Ray udah cukup umur kan? Apalagi Astro udah nikah. Kak Ray dapet ceramah panjang dari kakek minggu lalu, disuruh cepet cari istri."
Entah kenapa aku memikirkan Denada. Bisakah? Namun sepertinya Denada lebih menyukai Kyle, tapi Denada belum mengenal Ray, bukan?
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-