Mangga
Mangga
Entah apakah kami akan bisa berangkat malam ini atau tidak, tapi aku mengikuti saran Astro untuk membereskan barang agar kami bisa langsung berangkat saat kami memiliki waktu. Aku bahkan mengecek handphone lebih sering untuk melihat pesan darinya karena dia lah yang akan memutuskan kami akan berangkat malam ini atau besok pagi.
Putri meletakkan semangkuk potongan mangga di meja di hadapanku dan duduk di sebelahku. Mangga itu adalah mangga yang dia ambil dari atap karena aku yang memintanya.
"Ada lima lagi aku taruh kulkas. Nanti biar Parti yang ngupas kalau udah waktunya istirahat."
"Thank you." ujarku sambil terus menggores pensil ke lembaran kertas. Aku sedang membuat desain cincin baru.
"Kamu yakin kamu ga sakit?"
Aku menoleh untuk menatapnya, "Aku sehat kok. Kenapa?"
"Kalau kamu butuh waktu istirahat kamu bisa di apartemen aja. Besok juga kamu mau pulang kan? Walau naik pesawat tetep capek. Kerjaan kamu kan banyak."
Entah kenapa aku merasa terharu. Putri memang selalu seperti ini sejak aku mengenalnya. Dia tahu aku memiliki banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan, hingga dia juga memastikan semua pekerjaannya dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
"I'm okay. Aku kemarin istirahat karena emang butuh. Aku ga pa-pa kok sekarang." ujarku sambil tersenyum. Aku tak mungkin menceritakan padanya aku bangun terlambat karena terlalu lelah bercinta.
Putri menatapku dengan tatapan khawatir sambil menyodorkan sebuah garpu padaku, "Makan dulu."
Aku menerima garpu darinya dan menusuk satu potong mangga, lalu memasukkannya ke mulutku. Mangga ini terasa manis sekali.
"Aku lagi nunggu kabar dari Astro. Kalau kita jadi berangkat malem ini, aku ijinin kalian pulang cepet. Jadi terakhir bikin perhiasan baru sekitar jam dua ya." ujarku setelah menelan potongan mangga di mulutku.
Putri mengangguk, "Pesenan kalungnya Giza udah ready. Rencananya mau dikirim siang ini sekalian sama dua pesenan lain yang ready stok. Mau kamu yang kirim atau aku aja?"
"Aku aja."
Putri mengangguk, "Aku ke atas lagi ya. Kalau kamu butuh sesuatu bisa panggil aku."
"Okay."
Putri beranjak dan berjalan menaiki tangga. Aku memperhatikannya menghilang dari pandanganku dan mengalihkan pandanganku ke luar jendela. Jalan raya ramai walau tidak padat.
Aku memang tak teburu-buru untuk mendapatkan pelanggan yang langsung datang ke workshop ini, tapi akan lebih baik jika ada beberapa orang yang datang dan bertanya. Walau mungkin hanya sekadar berkonsultasi tentang desain yang cocok bagi mereka. Aku ingin sekali bertemu dengan orang-orang baru.
Handphoneku bergetar, aku mengambilnya. Ada pesan dari grup lavender.
Mayang : Besok pagi aku udah di rumah. Kita mau ketemuan jam berapa?
Denada : Tunggu Nyonya Astro dulu. Setauku jadwalnya padet
Mayang : Ah kalian chatting berdua ga ngajak aku?
Denada : Bukan itu. Temennya punya jadwal sparring basket sama Astro katanya
Mayang : Siapa?
Denada : Itu yang namanya Zen. Temen SMAnya Faza yang pernah diceritain ke kita itu. Ganteng loh
Astaga ... aku hanya membiarkan pesan selama beberapa detik dan mereka sudah membicarakan tentang Zen. Sepertinya Denada mengikuti jadwal melukis di galeri kemarin dan Zen tidak memberitahukannya padaku padahal aku sudah memintanya untuk mengabari.
Aku menutup pesan di grup lavender dan mengirimkan pesan pribadi untuk Denada.
Aku : Kita ketemu sabtu sore sekitar jam tiga atau jam empat, bisa? Kita ada pertemuan dulu kan
Denada : Okay. Jadwal sparring Zen sama Astro gimana?
Aku : Astro bilang hari minggu, tapi aku belum tau jam berapa
Aku : Kamu ke galeri kemarin?
Denada : Iya. Aku dipaksa dateng sama mama. Katanya biar ga galau mikirin Petra terus
Andai Denada tak pernah melakukan hal-hal intim bersama Petra mungkin aku sedang menjodohkannya dengan Ray sekarang.
Aku : Having fun?
Denada : Lumayan. Ga jelek-jelek banget lukisanku ternyata. Kayaknya minggu depan aku dateng lagi
Aku : Bagus kalau gitu. Nanti aku bawain easel sama kuas yang di rumah buat kamu kalau kita ketemu. Aku ga mungkin pakai itu juga sekarang. Kamu bisa pakai kalau kamu mau
Denada : Thank you, Faza. Nanti pasti aku pakai. Kita ke grup yuk, ga enak sama Mayang
Aku : Okay
Aku menutup pesan pribadiku dengan Denada dan kembali ke grup lavender.
Denada : Kamu mau aku jodohin sama Zen, May?
Mayang : Kamu tau aku ga minat pacaran Denada. Kenapa ga kamu aja yang coba deket sama dia?
Denada : Aku masih sama Petra
Mayang : Aku punya firasat jelek soal Petra. Aku ga tau kenapa
Firasat Mayang benar. Petra memang berselingkuh dari Denada. Dia bahkan sudah bertunangan dengan perempuan berkebangsaan Australia, tapi aku belum memberi tahu siapapun selain Astro.
Aku : Kita ketemu sabtu jam 3 atau 4 bisa? Tapi nanti aku kabarin lagi kalau jadwalku berubah
Mayang : Aku terserah kalian mau jam berapa aja. Nanti kabarin ya
Aku : Sorry ya kalian jadi harus nyamain jadwal sama aku
Denada : Aku mau minta kamu sama Astro ga terlalu mesra di depanku, bisa? Aku ga kuat liat kalian mesra-mesraan
Aku : Nanti aku bilang Astro, tapi aku ga janji ya
Denada : Aah kamu jahat
Mayang : Bisa kamu jodohin Denada sama Zen, Za?
Mayang : Oh atau sama Kyle aja?
Aku : Denada mau yang mana?
Denada : Kalian jahat iih. Aku kan masih punya Petra
Astaga ... bagaimana aku harus menjelaskan pada Denada bahwa Petra sudah berselingkuh darinya? Zen atau Kyle terlihat seperti kandidat yang baik untuk Denada andai Denada bersedia membuka hati.
Denada : Kalian jadi kayak mama. Minta aku move on terus
Aku : Kayaknya mama bener. Aku setuju
Mayang : Aku juga setuju
Mayang : Sorry kalau aku baru bilang ini sekarang, tapi aku ngerasa Petra selingkuh dari kamu. Omongan temen apartemennya waktu itu kayaknya bener
Denada : Tapi Petra bilang cewek itu cuma temen. Aku percaya sama Petra
Mayang : Aku punya temen di Aussie. Apartemennya ga jauh dari apartemen Petra
Mayang : Aku bisa minta tolong dia buat buntutin Petra kalau kamu mau
Denada : Ga perlu, May. I trust him
Aku : Bukannya kamu bilang kamu mau ketemu Petra bulan depan?
Denada : Batal, Za. Petra ada proyek bikin film indie sama temennya
Aku : Trus kapan kalian mau ketemu lagi?
Denada : Aku belum tau. Aku nunggu Petra ngabarin. Jadi aku terserah dia aja. Aku udah ga mau terlalu berharap
Denada : Tapi aku percaya kok sama Petra
Mayang : Aku saranin kamu lebih hati-hati. Ikutin saran mama kayaknya lebih aman. Mama pasti punya firasat kan?
Denada : Uugh kalian bikin aku galau
Aah apa yang harus kulakukan?
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-